Jumat, 28 November 2008

SUKSES DAN KECERDASAN




Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat. Pertama, kecerdasan sebagai suatu kemampuan memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kedua, kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problems solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.

Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas.

Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) ternyata kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.

Sepuluh Elemen Sukses

Ada dua alasan mengapa hal di atas terjadi. Pertama, bahwa kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen sukses. John Wareham (1992), umpamanya, mengatakan ada sepuluh unsur pokok untuk menjadi eksekutif yang sukses yaitu:

(1) kemampuan menampilkan "persona" (topeng) diri yang tepat,
(2) kemampuan mengelola energi diri yang baik,
(3) kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin,
(4) kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat,
(5) kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran),
(6) adanya kebiasaaan kerja yang baik,
(7) keterampilan antarmanusia yang baik,
(8) kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional,
(9) pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan pekerjaan, dan
(10) kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.

Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan. Ia mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan sepuluh kualitas yaitu:

(1) rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat,
(2) keterampilan berkomunikasi yang baik,
(3) keterampilan antarmanusia yang baik,
(4) kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain,
(5) sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri,
(6) keterampilan menjual ide dan gagasan,
(7) kemampuan mengingat yang baik,
(8) kemampuan mengatasi masalah, stres, dan kekuatiran,
(9) antusiasme yang menyala-nyala, dan
(10) wawasan hidup yang luas.

Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses. Perlu dicatat di sini bahwa John Wareham menyimpulkan hal di atas sesudah ia mewawancarai puluhan ribu calon eksekutif dan mensuplai ribuan eksekutif ke banyak perusahaan, dalam peranannya sebagai "head hunter".

Dale Carnegie juga tiba pada kesimpulannya sesudah ia mewawancarai banyak tokoh sukses kontemporer pada jamannya dan sesudah membaca ribuan biografi dan otobiografi orang-orang sukses dari segala macam lapangan kehidupan.

Tujuh Macam Kecerdasan

Kedua, kecerdasan umumnya yang kita mengerti sangat sempit, yaitu hanya berkaitan dengan daya ingat, logika, atau penalaran. Dr. John Elliot, seorang profesor pendidikan pada jurusan pengembangan (kecerdasan) manusia dari Maryland University, dalam seminar pada bulan April 1993 di Jakarta, membahas adanya tujuh macam kecerdasan yaitu:

Kecerdasan Fisikal: Kecerdasan ini tampil dalam bentuk kinerja (performance) fisik manusia, seperti pada diri atlet umpamanya. Mereka yang unggul dalam kecerdasan fisikal ini mampu mendayagunakan fisik mereka pada taraf yang mengherankan pada orang-orang biasa. Olahragawan, pelukis, pengukir, penulis indah, pemain sirkus, dan penari adalah kelompok-kelompok manusia yang cerdas fisiknya.

Kecerdasan Ruang-Waktu: Kecerdasan ini membuat seseorang selalu sadar akan posisi relatifnya dalam koordinat ruang-waktu. Orang yang tidak cerdas ruang, tetap bingung akan jalan-jalan di Jakarta, walaupun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Orang yang tersesat, yakni orang yang mengalami disorientasi ruang, termasuk pula pada golongan tak cerdas ruang. Sebaliknya pilot, nakhoda, penyelam, penjelajah alam, pemain bulu tangkis, adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ruang yang tinggi. Demikian juga arsitek, insinyur, ahli geometri, fisikawan dan sejarawan.

Kecerdasan Penalaran: Inilah kecerdasan yang secara umum dikenal luas sebagai kecerdasan. Orang ini mampu memahami relasi antarbagian dalam realitas yang disadarinya dan karena itu ia produktif membuat kesimpulan-kesimpul an. Kecerdasan macam ini juga termasuk kemampuan berpikir logis dan matematis.

Kecerdasan Verbal: Anak kecil yang sudah pandai berceloteh dan memiliki vocabulary yang mengherankan pastilah cerdas secara verbal. Orang-orang yang cari makan dengan mengandalkan kepiawaian mulutnya, seperti guru, pengacara, instruktur, orator, master of ceremony, penyiar radio, komentator olahraga, termasuk penulis, reporter, dan penyiar adalah golongan orang-orang cerdas verbal. Orang-orang ini mampu mengekspresikan diri, pikiran, dan perasaannya lewat rangkaian kata-kata.

Kecerdasan Sosial: Orang yang cerdas secara sosial seolah-olah mampu membaca orang dengan akurat. Dan bisa mengetahui persis apa isi hati, suasana hati, dan keinginan orang lain. Karena itu, ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik antarpribadi, pertengkaran, ketakharmonisan hubungan, dan semacamnya, banyak berpangkal pada ketakcerdasan sosial yang bersangkutan.

Kecerdasan Musikal: Kecerdasan ini membuat seseorang mampu memahami, menghayati, dan mengekspresikan nada, irama, dan suara dalam bentuk musikal yang estetik. Musikus dalam segala bentuknya, termasuk seniman pada umumnya, tentulah termasuk kaum cerdas musikal.

Kecerdasan Etis-Spiritual: Orang cerdas di bidang ini mampu mengerti hal ikhwal spiritual. Tidak saja dalam pengertian bahwa ia memahami dunia spiritual, tapi lebih pada kemampuannya menampilkan sikap dan praktik hidup yang harmonis dengan nilai-nilai fundamental yang secara tajam diketahuinya. Hati nuraninya bening, suara batinnya tajam, dan mata hatinya awas dalam membedakan apa yang baik dari yang tidak baik, dan membedakan apa yang baik, yang terbaik, dan yang sempurna. Orang yang unggul di bidang ini pada akhirnya menampilkan diri sebagai pribadi yang bijak bestari, penuh hikmat, agung, dan berwibawa.

Menurut Prof. Elliot, semua manusia memiliki ketujuh macam kecerdasan ini dengan kombinasi kualitas yang berbeda dari orang ke orang. Dengan demikian mudah dipahami adanya kenyataan yang kita lihat seperti orang yang goblok ruang tapi cerdas musikal, dosen jenius matematika tapi sontoloyo dalam mengajar.

Di lain pihak kita juga dapat menjumpai orang multi cerdas: pintar bergaul, jenius fisika, piawai main biola, luhur budi pekerti, serta canggih dalam mengajar. Einstein konon termasuk dalam kategori ini.

Jika kita bandingkan tujuh macam kecerdasan di atas dengan sepuluh kunci sukses menurut Wareham dan Carnegie, tampaklah bahwa banyak di antaranya merupakan fungsi dari salah satu kecerdasan tersebut. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu elemen kunci untuk berhasil, karena dengannya kita dimampukan untuk mengenal teritori permainan, diri kita sendiri, mitra tanding kita, aturan permainan, serta jebakan-jebakan pertandingan yang lazim. Olehnya kita juga mampu menyusun strategi permainan yang membawa kita kepada kemenangan akhir. Namun tetap perlu kita catat, kecerdasan bukanlah segalanya. Masih ada hal-hal lain yang bukan termasuk kategori kecerdasan pada daftar Wareham dan Carnegie.

Petunjuk Meningkatkan Kecerdasan

Sebelum kita lihat beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan yang tujuh macam tersebut, ada baiknya kita lihat dahulu struktur kecerdasan tersebut yang terdiri dari dua bagian:

Bagian pertama ialah informasi atau pengetahuan itu sendiri. Ini kita peroleh melalui pengalaman dan pendidikan.

Bagian kedua ialah mengolah informasi, terdiri dari penalaran, penilaian, dan kreativitas. Mudah dipahami, memang sebagian kecerdasan, kita warisi secara genetis. Warisan semacam ini umumnya kita sebut sebagai bakat. Tetapi bagian terbesar dari kecerdasan adalah hasil usaha. John Dewey mengatakan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang kita miliki dan tak berubah selamanya, melainkan kecerdasan adalah suatu proses pembentukan yang berkesinambungan, dan untuk mempertahankannya diperlukan semacam kewaspadaan untuk mengamati kejadian-kejadian, keterbukaan untuk belajar, dan keberanian untuk menyesuaikan diri.

Jadi untuk meningkatkan kecerdasan, kita perlu menambah pengetahuan dan berlatih memproses pengetahuan itu lewat kegiatan kreatif, kegiatan menalar, dan kegiatan mengevaluasi atau menilai. Dari penjelasan yang sederhana ini maka beberapa hal di bawah ini akan menolong kita untuk meningkatkan kecerdasan kita:

1. Mengadakan evaluasi diri.
Meneliti kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tepatnya menyusun peringkat kecerdasan kita, yang mana dari yang tujuh tersebut paling kuat, kedua paling kuat, dan seterusnya.

2. Menetapkan cita-cita atau sasaran hidup.
Cita-cita yang jelas akan membangkitkan semangat dan antusiasme. Cita-cita yang memikat bagi diri sendiri mampu melahirkan daya juang. Semangat, antusiasme, dan daya juang adalah tiga serangkai yang membuat kita produktif belajar dengan demikian kecerdasan kita diasah. Dari sekian banyak cita-cita, maka salah satunya ialah kita harus mencita-citakan menjadi orang cerdas dan ingin dikenal orang sebagi orang cerdas.

3. Membangun suatu kebiasaaan hidup cerdas, umpamanya membaca, berdiskusi, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

4. Membangun sikap keterbukaan- kritis.
Sikap terbuka membuat kita mampu menerima ide-ide baru, ilmu-ilmu baru, dan pengertian-pengerti an baru. Tapi jangan terlalu terbuka supaya kita masih mungkin membuat sintesa dari pertemuan sejumlah ide-ide yang berlainan. Jadi kita juga harus kritis, artinya mampu mempertanyakan apa saja yang memasuki alam pikiran kita. Tapi jangan terlalu kritis yang membuat kita jadi tertutup, kaku, dan merasa benar sendiri. Yang pas adalah terbuka dan kritis.

5. Membangun suatu sikap belajar positif terhadap apapun yang kita alami.
Pengalaman, kata Aldous Huxley, bukanlah peristiwa-peristiwa yang menimpa kita, melainkan apa yang kita lakukan terhadap peristiwa-peristiwa itu. Hanya dengan sikap belajar positif inilah kita dapat bertambah cerdas sesudah mengalami suatu peristiwa, yaitu pengalaman kita jadikan sebagai guru. Pengalaman, katanya, adalah guru terbaik.

6. Membangun sikap yang rendah hati.
Air selalu mengalir ke tempat yang rendah, demikian pula hikmat dan pengetahuan mengalir menuju hati yang rendah.

Penutup
Saya harap, sesudah membaca artikel ini, Anda sekalian akan bertambah cerdas. Bila Anda berhasil melihat ketaklengkapandan kekurangan artikel ini dan sekalian melengkapinya, berarti Anda adalah orang yang sangat cerdas. Tapi bila Anda tidak merasa dicerdaskan sedikitpun, itu berarti sayalah yang kurang cerdas, sedikitnya kurang cerdas dalam hal penalaran dan verbal. Doakanlah supaya saya tambah cerdas. Dengan berbuat demikian, kecerdasan etis-spiritual Anda akan ditingkatkan. Artinya upaya membaca artikel ini sama sekali tak sia-sia.

*) Jansen H Sinamo, Direktur Jansen Sinamo WorkEthos Training Center. Dapat dihubungi langsung di jansen@institutmaha rdika.com

Matriks diatas digambarkan secara sederhana mengenai tingkat kompetensi dan
motivasi seseorang, untuk penjelasan matriks dan dimana positioning kita simaklah
dengan baik di bawah ini :

1. Kompetensi rendah, dan motivasi rendah

Kamu harus bersikap sebagai trainer/coach, di sini adalah peran kamu
sebagai leader untuk memberikan dia penjelasan bahkan sampai ke teknis
dan bimbingan secara spirit. Memang kudu rada kerja keras untuk anak
tim yang seperti ini.

2. Kompetensi tinggi, tetapi motivasi rendah

Kamu harus bersikap sebagai motivator, di sini penekanan untuk
bimbingan secara teknis tidak perlu dilakuan terlalu dalam. Namun
penekanan kamu adalah untuk memotivasi mereka dan membangkitkan
inisatif. Hati-hati menghadapi orang seperti ini, terkadang mereka merasa
direndahkan apabila kita terlalu mengajari hal teknis. Cuman orang seperti
ini kurang inisatif dan motivasi. Butuh kontrol yang cukup tinggi.

3. Motivasi tinggi, tetapi kompetensi rendah

Bimbinglah dia sebagai tentor dan controller Nah di sini tidak perlu
khawatir ttg motivasi diri dia, tinggal diajari masalah teknis dan diberi
sedikit kepercayaan maka orang2 seperti ini bisa jalan, selain itu kemauan
belajarnya lebih bisa diandalkan. Tinggal dikontrol aja.

4. Motivasi tinggi dan kompetensi tinggi

Enak banget kalo dapet anggota tim yang semuanya kayak begini, tugas
kamu adalah sebagai delegator dan ditambah sedikit kontrol. Berikan
kepercayaan yang lebih pada orang2 seperti ini, percayalah tugas2 akan
beres di tangan mereka. Selain kompetensi tinggi, merka juga punya daya
juang dan inisiatif yang tinggi. Tugas kamu adalah mendelegasikan job
saja.

Akibat Karena Terlalu Emosi

Seorang general manager di sebuah perusahaan besar tiba-tiba melakukan inspeksi
mendadak ke pabriknya untuk melihat kinerja bawahannya.

Di pabriknya, ia menemukan sesorang pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu.
Nampaknya di tengah bersantai. Semua pekerja yang ada di ruangan itu tengah sibuk
bekerja, kecuali dirinya.

Sang GM segera menghampiri pemuda tersebut dan bertanya,"Berapa gajimu seminggu?"

Dengan sedikit terkejut, pemuda itu melihat ke arah sang GM dan berkata,"Se. ...
sekitar Rp 100.000,- per minggu. Memangnya kenapa Pak?"

Sang GM mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang 100 ribuan. Ia
memberikan pada si pemuda tersebut,"Ini gajimu untuk dua minggu dan cepat pergi dari
sini. Aku tak mau melihatmu lagi"

Dengan keterkejutan yang luar biasa dan juga takut, si pemuda segera lari meninggalkan
tempat tersbut tanpa banyak bicara.

Lalu dengan memasang muka wibawanya sang GM melihat para stafnya yang sedari tadi
menyaksikan adegan tersebut.

"Adakah yang tahu, dari divisi mana manusia pemalas itu bekerja?" tanyanya. Suasana
menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan,"Ia
tidak bekerja di sini Pak. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan divisi HRD"

"It doesn't matter which side of the fence you get off on sometimes. What matters most is getting off. You cannot make progress without making decisions."

Jim Rohn
Author and Speaker

Lukas Podolski
Pangeran yang Terlupakan

Panggung Piala Dunia 2006 benar-benar mencuatkan nama Lukas Podolski (23) sebagai predator. Wajar Prinz (Pangeran) Poldi, julukannya, digadang-gadang akan melegenda bersama Bayern Muenchen. Sayang, jalan yang ditempuh tak semulus perkiraan.

Lukas Podolski, terus berjuang meraih tempat utama di Muenchen. (Foto: AFP)

Sejak diboyong dari FC Koeln pada 1 Juni 2006, Podolski belum juga mendapat tempat reguler di tim inti Muenchen. Padahal suporter Bayern sempat berharap banyak pada pemain yang ditebus dengan nilai transfer 10 juta euro itu.

Apalagi tak lama setelah ditransfer, Poldi tampil luar biasa di Piala Dunia yang berlangsung di Jerman. Pesepakbola keturunan Polandia ini merebut perhatian dengan koleksi lima gol sekaligus menjadi Pemain Muda Terbaik.

”Podolski adalah pemain muda dengan penampilan terbaik sepanjang turnamen. Bersama (Miroslav) Klose, ia menjadikan lini depan Jerman sangat ditakuti,” tutur Holger Osieck, mantan pelatih timnas Kanada sekaligus anggota Tim Studi Teknik FIFA yang melakukan penilaian.

Sayang, harapan tak menjadi kenyataan. Ketajaman Podolski memudar di Bundesliga. Ia hanya mencetak lima gol dalam 29 pertandingan di musim perdana. Sang tandem, Klose, bisa mencetak 26 gol. Kondisi bak langit dan bumi ini tak pelak mengapungkan keraguan terhadap Podolski.

Suasana makin tak nyaman seiring kedatangan Luca Toni dari Fiorentina awal musim lalu. Bomber timnas Italia tersebut langsung berkilat dan bahkan mengakhiri musim dengan koleksi 39 gol. Peran Sang Pangeran mulai terlupakan.

Kehadiran Juergen Klinsmann sebagai suksesor Ottmar Hitzfeld awal musim ini juga tak mendatangkan perubahan. Duet Klose-Toni tetap menjadi andalan di lini depan. Ironisnya saat Toni absen karena cedera, Klinsi justru lebih memilih menggunakan bomber tunggal.

Hal ini jelas menjadi pukulan berat bagi pemilik tinggi 182 cm itu. Ia tak menduga dipinggirkan oleh Kinsmann, der Trainer yang sempat menyebutnya sebagai elemen penting dalam skema penyerangan timnas Jerman.

Tak mengherankan jika pemain yang sempat dianggap tak layak masuk ke timnas Polandia ini gerah dan mulai menyuarakan keinginan untuk hengkang dari Allianz Arena. Sejumlah klub besar Eropa seperti Juventus, Arsenal, Tottenham Hotspur, Roma, Fiorentina, hingga Real Madrid sempat dikabarkan antre mengincar tanda tangannya.

Hanya, segenap petinggi klub yakin bahwa pemain satu ini hanya butuh waktu untuk bisa memperlihatkan kembali bakat, visi bermain, serta naluri mencetak gol lewat kepala atau sepasang kakinya. Podolski tetap dianggap sebagai aset yang terlalu berharga untuk dilepas.

”Kontrak Podolski baru berakhir pada 2010 dan kami berniat mempertahankannya minimal hingga saat itu tiba. Dia tak akan hengkang dari Muenchen,” kata presiden klub, Karl-Heinz Rummenigge, pada Soccernews.

Pandangan sang pelatih? ”Masa depan Podolski ada di Muenchen. Dia akan bahagia di sini dan saya berniat menjadikannya bagian dari rencana masa depan tim,” tegas Klinsmann.

Pernyataan dari kalangan pemain pun senada. ”Kami sangat senang memiliki Podolski dalam tim, baik di timnas maupun di Muenchen,” ucap Klose.

Hebat di Timnas

Jika Sang Pangeran masih berjuang meraih tempat di klub, kondisi di level timnas justru sebaliknya. Podolski adalah pilihan utama mendampingi Klose sebagai penggedor gawang lawan.

Jejak ketajaman di Tim Panser juga terlihat jelas. Lihat saja total golnya yang sudah mencapai angka 31 hanya dalam 59 pertandingan. Poldi kembali menjadi predator ganas tiap kali mengenakan seragam Nationalmanschaft.

Kualifikasi Piala Eropa 2008 menjadi bukti paling sahih. Suami Monika Puchalski ini mencetak delapan gol hanya dalam tujuh laga, termasuk empat gol sekaligus ke gawang San Marino.

Kiprah Jerman menuju Piala Dunia 2010 Afrika Selatan pun tak lepas dari peran Podolski. Dalam empat laga kualifikasi yang sudah dilalui sejauh ini, nama Podolski selalu dicantumkan sebagai starter.

Hasilnya tak mengecewakan. Podolski berhasil mencetak tiga gol bagi Nationalmanschaft. ”Lukas selalu tampil baik bersama timnas. Ia memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa. Saat mendapat ruang untuk melepas tembakan, kiper lawan pasti akan kesulitan,” puji Joachim Loew seperti dimuat BBC.

Sang komandan timnas punya saran khusus kepada Poldi. ”Musim masih panjang dan Bayern hanya memiliki tiga penyerang. Saya yakin Lukas akan segera mendapat tempat jika dia terus berlatih keras,” ucap Loew. (cw-1)

DATA DIRI
-----------------------------
Nama: Lukas Podolski
Panggilan: Prinz (Pangeran) Poldi, Lukas
Tempat Lahir: Gliwice, Polandia
Tanggal Lahir: 4 Juni 1985
Postur: 182 cm/80 kg
Posisi: Penyerang
Orangtua: Waldemar Podolski (ayah) dan Krystyna Podolski (ibu)
Istri: Monika Puchalski
Anak: Louis Podolski (7 bulan)
Musik Favorit: Lagu-lagu Polandia, khususnya hip-hop
Penyanyi Favorit: Xavier Naidoo
Mobil Favorit: Audi A6
Debut Profesional: 22 November 2003
Kewarganegaraan: Jerman
Cap/gol: 59/31
Debut Internasional: 6 Juni 2004 vs Hongaria
Karier Klub:
2003-06: FC Koeln 81 (46)
2006-…: Bayern Muenchen 69 (16)*
Ket *: Hingga pekan ke-12 Bundesliga musim 2008/09.




Tetap Cinta Polandia

Sebagai seorang keturunan Polandia, wajar saja cinta terhadap negara berpenduduk 38,5 juta jiwa (berdasarkan data bulan Juli 2008) ini tetap bersemayam di hati Lukas Podolski. Apalagi masih banyak sanak-saudaranya yang tinggal di sana.

Namun, sebagai pesepakbola profesional, ada kalanya Podolski harus menyingkirkan sejenak kecintaannya terhadap Polandia. Perhelatan Euro 2008 menjadi bukti nyata.

Kala itu, Jerman dan Polandia tergabung di Grup B. Saat keduanya berhadapan, Podolski tetap tampil trengginas. Alhasil, ia melesakkan dua gol.

Hanya, sebagai bukti cinta terhadap tanah kelahirannya, Poldi tak melakukan selebrasi apa pun. Ia bahkan tak tersenyum dan hanya berjalan sambil menundukkan kepala. Sikap ini sontak membuat suporter Polandia menaruh respek padanya.

Sang bomber juga cakap berbicara dalam bahasa Polski, bahasa asli Polandia. Uniknya, kemampuan ini kerap menjadi keuntungan tersendiri.

Ia sering menggunakan bahasa ini saat berkomunikasi di lapangan dengan Miroslav Klose, yang juga keturunan Polandia. Tujuannya adalah agar bek lawan tak memahami rencana mereka.

“Saya lahir di Polandia dan memiliki keluarga besar di sana. Polandia selalu memiliki tempat khusus di hati saya,” kata pria kelahiran 4 Juni ini seperti dilansir Soccerstar. (cw-1)





Bergheim dan Ski

Sebagai pesepakbola tenar, Lukas Podolski jelas terikat dengan jadwal yang sangat padat. Agar bisa sedikit rileks, ia mesti pintar-pintar mencari waktu untuk bisa pulang ke Bergheim, kota kecil di bagian utara Rhine-Westphalia.

Menurut Poldi, kota tempatnya tumbuh dan dibesarkan itu bisa membuatnya merasa tenang. “Saya besar di Bergheim. Sampai sekarang masih ada keluarga yang tinggal di sana. Dalam waktu senggang, saya selalu mencoba berkunjung ke sana. Kota itu akan selalu menjadi rumah bagi saya,” kata Podolski di situs pribadinya.

Selain itu, demi menghilangkan kejenuhan, Podolski pun tak ragu mencoba olahraga lain, termasuk ski es. Ia bahkan pernah secara khusus meminta masukan dari Adam Malysz, peseluncur es asal Polandia yang merupakan peraih 38 gelar kejuaraan dunia.

”Saya berteman dengan Adam sejak mengunjunginya saat berseluncur. Ketika itu dia bahkan menghadiahi saya papan seluncurnya karena senang dengan kunjungan itu. Dia pribadi yang sangat ramah,” kata Podolski.

Ia bahkan punya penilaian tinggi terhadap sosok Malysz. “Adam barangkali atlet paling terkenal dari Polandia. Banyak orang yang bahkan sudah menganggapnya seorang pahlawan,” tutur ayah Louis tersebut. (cw-1)

Vid :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/536/FHM_Lingerie_Buyers_Guide___Chloe_Jones/?ref=Belajar777

Tidak ada komentar: