Jumat, 28 November 2008

TEGURAN UNTUK DISIPLIN KAYAWAN




Ditegur itu tak mengenakkan. Namun, menegur pun tak kalah sulitnya. Apalagi bila yang ditegur adalah karyawan
lama yang semestinya tahu peraturan perusahaan. Menegur karyawan baru lebih mudah karena biasanya tidak
menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Justru mereka merasa lebih lega bisa mengetahui apa yang tidak
seharusnya dikerjakan. Menegur adalah proses pendisiplinan yang harus dilalui untuk menjaga keteraturan kerja.
Berikut beberapa tips menegur tanpa menimbulkan konflik.

1. Jangan menegur tanpa persiapan.

Anda harus memiliki alasan dan informasi yang akurat. Tanpa itu, anda akan dianggap berlaku semena-mena.
Segera setelah anda mendapatkannya, tentukan waktu dan tempat untuk membahas masalah ini. Namun jangan
mencari-cari kesalahanorang lain hanya karena anda merasa ingin menegur.

2. Tegur segera setelah terjadinya pelanggaran.

"Tempalah besi selagi panas". Jangan habiskan waktu untuk mencari semua bukti. Ini bukan sidang pengadilan
yang Mengancam pesakitan masuk penjara. Asal anda memiliki alasan dan informasi yang akurat, ditambah
keyakinan diri, maka sudah cukup untuk menegur. Tugas anda adalah meluruskan perilaku.

3. Lakukan secara pribadi.

Jangan wakilkan pada orang lain. Berbicaralah empat mata. Dari pribadi ke pribadi, namun jangan masukkan ke
dalam hati. Pilihlah tempat yang melindungi privacy. Bersikaplah profesional. Jangan buat ia merasa dipermalukan di
depan orang lain.

4. Berikan teguran dalam keadaan tenang.

Tenangkan diri anda. Jangan menegur dalam keadaan penuh emosi. Kemarahan malah bisa memperburuk keadaan.
Orang akan lebih mempercayai anda bila mereka merasa anda sedang berusaha menolong.

5. Fokuskan pada persoalan.

Bahas perilakunya, bukan orangnya. Sebagai contoh, jangan katakan, "Kamu terlambat lagi. Kamu malas." Namun
katakan, "Keterlambatan anda sungguh tak bisa diterima." Selain itu, jangan campur adukkan dengan hal-hal lain
yang tak anda sukai dari orang itu. Fokuskan pada kesalahannya saat itu. Tak perlu mengungkit-ungkit yang
sudah lampau. Ini bisa memberi kesan anda seorang pendendam.

6. Berilah kesempatan pada mereka untuk mengutarakan persoalannya.

Galilah inti permasalahannya. Dengarkan baik-baik agar anda bisa mencari pemecahan bagi dirinya. Sekali lagi,
tunjukkan sikap untuk menolong mereka, bukan menghukum mereka.

7. Sampaikan apa yang anda inginkan dan nasehat.

Orang perlu jalan keluar. Jangan cuma menegur, berikan nasehat dan upaya perbaikan. Beritahu apa yang anda
inginkan. Jangan biarkan mereka melakukan kesalahan lagi hanya karena mereka tak tahu apa keinginan anda.

8. Buatlah komitmen perbaikan bersama

Tunjukkan kepercayaan, bahwa anda dan dia bisa memperbaiki keadaan lebih baik. Tentukan batas waktu. Akhiri
prosedur pemberian teguran ini dengan salin pengertian dan tak menimbulkan konflik berkepanjangan. Segera
lupakan bagian-bagian "keras" yang mungkin terjadi selama pembicaraan. Lebih lanjut, carilah kesempatan agar
anda bisa melihat perbaikan yang dilakukan.

9. Tegakkan peraturan dengan bersikap konsisten, tegas dan adil

Teguran akan berdampak lama bila anda bersikap adil dan tegas pada seluruh karyawan. Bila anda hanya menegur
orang-orang tertentu, sedangkan orang lain yang juga melakukan kesalahan mendapat teguran, maka anda akan
dicap tidak adil dan pilih kasih.

Heterosexuality and Homosexuality
November 23rd, 2008

Heterosexuality involves individuals of opposite sexes.

Different-sex sexual practices are limited by laws in many places. In some countries, mostly those where religion has a strong influence on social policy, marriage laws serve the purpose of encouraging people to only have sex within marriage. Sodomy laws were seen as discouraging same-sex sexual practices, but may affect opposite-sex sexual practices. Laws also ban adults from committing sexual abuse, committing sexual acts with anyone under an age of consent, performing sexual activities in public, and engaging in sexual activities for money (prostitution). Though these laws cover both same-sex and opposite-sex sexual activities, they may differ with regards to punishment, and may be more frequently (or exclusively) enforced on those who engage in same-sex sexual activities.

Courtship, or dating, is the process through which some people choose potential sexual partners. Among heterosexual adolescents in the mid-20th century in America, dating was something one could do with multiple people before choosing to enter a committed relationship.

Different-sex sexual practices may be monogamous, serially monogamous, or polyamorous, and, depending on the definition of sexual practice, abstinent or autoerotic (including masturbation).

Different religious and political movements have tried to influence or control changes in sexual practices including courting and marriage, though in most countries changes occur at a slow rate.

Homosexuality

Same-sex sexuality involves individuals of the same sex. It is possible for a person whose sexual identity is mainly heterosexual to engage in sexual acts with people of the same sex. For example, mutual masturbation in the context of what may be considered normal teen development. Gay, lesbian, and bisexual people who pretend to be heterosexual are often referred to as being closeted, hiding their sexuality in “the closet”. “Closet case” is a derogatory term used to refer to people who hide their sexuality, and “coming out” or “outing” refer to making that orientation (semi-) public voluntarily, or by others against their wishes, respectively. Among some communities (called “men on the DL” or “down-low”), same-sex sexual behavior is sometimes viewed as solely for physical pleasure. Men on the “down-low” may engage in sex acts with other men while continuing sexual and romantic relationships with women.

The definition of homosexuality is a preference to members of one’s own sex, though people who engage exclusively in same-sex sexual practices may not identify themselves as bisexual, gay or lesbian. In sex-segregated environments, individuals may seek relationships with others of their own gender (known as situational homosexuality). In other cases, some people may experiment or explore their sexuality with same (and/or different) sex sexual activity before defining their sexual identity. Despite stereotypes and common misconceptions, there are no forms of sexual activity exclusive to same-sex sexual behavior that can not also be found in opposite-sex sexual behavior, save those involving contact of the same sex genitalia such as tribadism and frot.

Sengketa Blades vs Hammers
Jalur Arbitrase Dilarang

Skandal kepemilikan ilegal Carlos Tevez oleh West Ham di akhir 2006/07 terus dipermasalahkan Sheffield United. Bila Carlitos kala itu tidak dimainkan, seharusnya Hammers-lah yang terdegradasi ke Championship Division, bukan Sheffield United.

Kemenangan 1-0 West Ham di Old Trafford pada pekan ke-38 2006/07 memang lahir berkat gol semata wayang Tevez. Raihan tiga angka itulah yang akhirnya menyelamatkan klub London Barat tersebut lolos dari ancaman relegasi.

The Blades pun telah mengajukan tuntutan pada pengadilan agar West Ham didenda sebesar 30 juta pound (Rp 576,2 miliar), sesuai dengan kerugian materiil dan imateriil yang dialami sebuah klub yang terdegradasi akibat persekongkolan di atas.

Kasus ini akan disidangkan pengadilan tinggi Inggris pada awal 2009, namun belum-belum West Ham telah melakukan dua manuver pembelaan diri.

Menurut pihak Hammers, mereka telah dihukum denda oleh Premier League karena kasus kepemilikan Tevez, yang belakangan terbukti dimiliki juga oleh pihak ketiga. Merasa langkah ini belum cukup memberi rasa aman, mereka pun sempat meminta kasus ini ditengahi Court of Arbitration for Sport (CAS), yang bermarkas di Lausanne, Swiss.

Pada Rabu (26/11) akhirnya sebuah keputusan penting dikeluarkan pengadilan tinggi Inggris. Para hakim mengeluarkan perintah agar West Ham tidak melakukan tindakan hukum apa pun, seperti mengadu pada CAS, sebelum pengadilan domestik dijalankan di 2009.

Media-media Inggris sendiri menganggap kasus ini tidak perlu terjadi andai pihak administratur Premier League, Richard Scudamore, lebih tegas dua musim lalu.

Seharusnya di awal 2007 Premier League telah mendenda dan mengurangi nilai Hammers tanpa perlu menunggu siapa yang bakal terdegradasi pada bulan Mei dalam tahun yang sama. Bila langkah itu diambil, jelas Sheffield United tidak bakal merasa dirugikan.

Kasus ini sendiri tidak memengaruhi status Carlitos sebagai pemain pinjaman di Manchester United. Pasalnya United mentransfer si pemain dari sang pemilik resmi, Media Sports Investments (MSI).

Sebelumnya, pada Agustus 2007, Kia Joorabchian sebagai petinggi MSI telah membeli separuh hak kepemilikan West Ham atas Tevez dengan kompensasi sebesar dua juta pound (Rp 38,5 miliar).

Carlitos memang aman, tapi West Ham malah jauh dari kondisi yang menyenangkan. (toen)

Vid :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/233/Heather_Sutton_s_Model_Portfolio/?ref=Belajar777

Tidak ada komentar: