After carefully considering Greenleaf's original writings, Larry Spears, CEO of the Greenleaf Center has identified a set of 10 characteristics that he views as being critical to the development of servant-leaders. These 10 are by no means exhaustive. However, they serve to communicate the power and promise that this concept offers:
1. Listening
Traditionally, leaders have been valued for their communication and decision making skills. Servant-leaders must reinforce these important skills by making a deep commitment to listening intently to others. Servant-leaders seek to identify and clarify the will of a group. They seek to listen receptively to what is being and said (and not said). Listening also encompasses getting in touch with one's inner voice, and seeking to understand what one's body, spirit, and mind are communicating.
2. Empathy
Servant-leaders strive to understand and empathize with others. People need to be accepted and recognized for their special and unique spirit. One must assume the good intentions of coworkers and not reject them as people, even when forced to reject their behavior or performance.
3. Healing
Learning to heal is a powerful force for transformation and integration. One of the great strengths of servant-leadership is the potential for healing one's self and others. In "The Servant as Leader", Greenleaf writes, "There is something subtle communicated to one who is being served and led if, implicit in the compact between the servant-leader and led is the understanding that the search for wholeness is something that they have."
4. Awareness
General awareness, and especially self-awareness, strengthens the servant-leader. Making a commitment to foster awareness can be scary--one never knows that one may discover! As Greenleaf observed, "Awareness is not a giver of solace - it's just the opposite. It disturbed. They are not seekers of solace. They have their own inner security."
5. Persuasion
Servant-leaders rely on persuasion, rather than positional authority in making decisions. Servant-leaders seek to convince others, rather than coerce compliance. This particular element offers one of the clearest distinctions between the traditional authoritarian model and that of servant-leadership. The servant-leader is effective at building consensus within groups.
Top
6. Conceptualization
Servant-leaders seek to nurture their abilities to "dream great dreams." The ability to look at a problem (or an organization) from a conceptualizing perspective means that one must think beyond day-to-day realities. Servant-leaders must seek a delicate balance between conceptualization and day-to-day focus.
7. Foresight
Foresight is a characteristic that enables servant-leaders to understand lessons from the past, the realities of the present, and the likely consequence of a decision in the future. It is deeply rooted in the intuitive mind.
8. Stewardship
Robert Greenleaf's view of all institutions was one in which CEO's, staff, directors, and trustees all play significance roles in holding their institutions in trust for the great good of society.
9. Commitment to the Growth of People
Servant-leaders believe that people have an intrinsic value beyond their tangible contributions as workers. As such, Servant-leaders are deeply committed to a personal, professional, and spiritual growth of each and every individual within the organization.
10. Building Community
Servant-leaders are aware that the shift from local communities to large institutions as the primary shaper of human lives has changed our perceptions and caused a send of loss. Servant-leaders seek to identify a means for building community among those who work within a given institution.
-------------
yuk sopan-santun di jalan raya
Setiap hari saya berangkat menuju tempat kerja melalui jalan raya, betapa sedihnya hati saya melihat pengguna jalan raya semakin menunjukan ego pribadinya masing-masing. Semua orang merasa penting dan patut di dahului. Sehingga semua memaksakan keinginannya dan menyebabkan hokum yang berlaku di jalan raya adalah hokum rimba. Siapa kuat dia yang menang. Dan hal ini yang menyebabkan besarnya kecelakaan lalu lintas.
Saya akan membahas beberapa sudut pandang saya sebagai pengguna jalan raya dari berbagai sudut. Pertama saya sebagai penggendara motor, jujur motor adalah kendaraan yang saya pakai sebagai transportasi utama saya menuju tempat jemputan saya dengan alas an cepat, murah dan bisa nyelip.
Diri saya sebagai pengendara motor, musuh utama saya adalah pengguna jalan mobil pribadi, saat saya menggunakan motor terkadang saya kesal dengan mobil pribadi karena tidak mau ngalah dan berjalan berbelok tanpa send, nanti saya senggol dan mobilnya baret pasti akan marah. Kedua angkutan umum dimana angkutan umum dengan sembarang berbelok, berhenti ngebut sembarangan saya hamper celaka karena angkutan umum… pejalan kaki yang tiba-tiba melintas terkadang hamper saya menabraknya. mungkin sahabat pengendara motor akan setuju dengan pendapat ini, tapi jujur ini tidak semuanya benar. karena motor seperti kita sering menjadi penyebab macet dan rawan kecelakaan.
Kedua Diri saya sebagai pengendara mobil pribadi, saya sering menggunakan metode ini sekali-sekali saja jika libur atau pun kepepet. Musuh utama saya adalah motor dimana saya suka bingung untuk menempatkan posisi, jujur saya pernah menabrak motor sehingga motor terguling, karena motor memotong jalur saya tiba-tiba. Kedua angkutan umum yang sering membuat macet dengan berhenti sembarangan dan menyupir ugal-ugalan, ketiga pejalan kaki, seperti kasus saya menggunakan motor musuh pengendari pribadi adalah pejalan kaki yang tidak tertib. Yang terakhir adalah sesama mobil pribadi yang terkadang memancing saya untuk menjadi mental sembalab. Yang menyebkan kerawanan kendara di jalan raya.
Ketiga Sebagai pejalan kaki, terkdang saya sering berjalan kaki dimana sebagai pejalan kaki saya merasa ngeri untuk berjalan di trotoar apa lagi jika jalanan macet, hak saya diambil motor trotoar dinaiki oleh motor. Untuk menyebrang pun saya bingung untuk menyebrang dimana , motor, mobil pribadi, angkutan umum semua jalan serba cepat dan tidak tertib. Sebagai pejalan kaki saya sadar posisi saya sangat lemah dan rentan di jalan raya dan saya target kecelakaan yang paling rentan.
Keempat sebagai pengguna angkutan umum, saya menyadari supir angkutan umum sering melanggar aturan lalu lintas demi setoran dan strees menghadapi macet walau terkadang angkutan umum sering menjadi sumber kemacetan.
Kalau melihat dari sudut pandang masing-masing semua memiliki alas an untuk cepat dan di dahulukan dalam di jalan raya. Pernah kh terpikir oleh masing-masing untuk saling menjaga . coba lah kita bayangkan bila semua mengikuti aturan seperti sepeda motor tidak berajlan main serobot, angkurn umum tidak berhenti sembarangan, pejalan kaki berjalan di tempat yang ditentukan, menggunakan jembatan peyebrangan jika menyebrang. Mobil pribadi berjalan dengan tenang. Mungkin jalanan Jakarta tidak akan macet seperti sekarang .
saya pribadi dalam hati menginginkan Jalan raya yang tertib. Untuk pemerintah dan polisi saya memiliki perintaan. Untuk bapak polisi yang terhormat tolong pak atur kami yang terkadang nakal di jalan raya, dan tertibkan jalan raya. Tetapi jangan pak kami dijadikan tempat mencari uang dengan melakukan jebakan dan bersembunyi, dimana jika kami melanggar bapak polisi yang terhormat segera muncul untuk menilang kami, diman transaksi tawar-menawar seperti di pasar pun dilaksanakan. Dimana ada uang pelanggaran kami akan selesai. Semoga pak polisi jadi aparat yang jujur dan berwibawa dalam menertipkan lalu lintas.
Untuk pemerintah tolong kami pak sediakan solusi kemacetan ini, kami hanya mengingatkan sebelum bapak menjadbat bapak pernah menjanjikan kami memperbaiki keadaan termaksud keadaan lalulinta. Dan tolong berikan kami solusi angkutan umum yang tertib, aman dan Nyman. Jangan karena bapak menjabat ketika kami bermacet-maceten, bapak dengan kawalan polisi bapak melenggang dengan mengorbankan kami dengan cara menyetop semua kendaraan yang ada. Tolong bapak pemerintahan mari kita rasakan kemacetan bersama agar kami dapat diberikan solusi, betapa tidak enaknya kemacetan ini.
Kepada semua pengguna jalan raya saya berharap kita untuk sadar dan menggunakan jalan raya untuk kepentingan bersama agar tertib.karena jika kita perpribadi dapat tertib akan terujud ketertiban nasional. Dan jalan raya akan lebih manusiawi. Mari bersama kita wujudkan ketertiban dijalan raya, agar tercipta jalan yang baik, nyaman, dan manusiawi.
" Dengan menghargai dan memberikan hak orang lain, sama dengan kita menghargai dan menggormati diri kita sendiri " EA
--------------
Pak Andrie Wongso Mematok Bayaran Rp...
Ya saya pikir tergantung sudut pandang siapa dulu?
Kalau dari sudut pandang saya sebagai pengusaha, yang meng-hire seorang Trainer, lihat dulu, apa dan bagaimana materi yang dibawakan, lalu sejauh mana si Trainer punya "Credential" maupun kemampuan "Delivery" nya.
Kemudian nego harganya berapa, yang seimbang antara "KoceK Saya", "Credential & Delivery si Trainer", "Materi-nya". Kalau setelah ditimbang-timbang cocok harganya, ya go ahead aja. Kalau dirasakan kemahalan ya cari Trainer lain aja deh...
Dan, kalau sudut pandang pengusaha kan diusahakan biaya "hire" trainer ya seminimal mungkin lha ya...pokoknya harus sesedikit mungkin keluar biaya, tapi menghasilkan hasil yang luar biasa prima. Daripada sudah keluar biaya besar, eehh..ternyata hasilnya gak ada...atau gak signifikan.. .gak sesuai yang diharapkan.
Tapi, kalau dari sudut pandang si Trainer...ya emang lebih besar terima "Doku" kan lebih baik ya...hehehe. ..makin tinggi nila jual si trainer, ya makin oke buat trainer tsb. Kan hukum dagang berlaku juga di dunia training. Nama Trainer makin ngetop, pasti mematok harga jual.. ya makin tinggi. Meskipun materi yang dibawakan sama, tapi kalau yang membawakan sudah ngetop, ya pasti beda harga jualnya, dan jelas minta tinggi-tinggi sekali, ya..nggak...
Nah, untuk menjawab pertanyaan sdr. Tome Beka ini ya sangat relatif sifatnya, gak mungkin bisa ditentukan dengan pasti. Tapi kalau pak Andrie Wongso mematok tarif Rp.30Juta,- per Dua Jam...wah itu sih ya kemahalan banget deh, untuk ukuran saya lho. Kalau ada juga yang meng-hire-nya, ya...itu sudah rejekinya pak Andrie...hehehe. ..
Secara umum, setahu saya untuk rata-rata biaya meng-hire seorang Trainer kelas Menengah-Atas, per Jam-nya adalah Rp.5Juta,-.. .dan masih banyak yang per Jam-nya di bawah RP.5Juta,-. Dan, paling murah, biaya seorang Trainer Menengah-Bawah. ..per Jam-nya adalah Rp.500Ribu,- ....saya belum pernah tahu yang di bawah Rp.500Rubu,- per Jam.
Mungkin kalau ada...ya...maaf, Bapak atau Ibu Guru kita kali ya...memang nasibnya masih memprihatinkan. ...lho kok ngelantur... hehehe...
Nah, kalau seorang Trainer, biaya sewanya sudah lebih dari Rp.5Juta,- per Jam...wah, saya salut kepada Anda dan yang menyewa Anda...Luar Biasa Prima!!!
Dan, satu lagi...masih banyak Trainer yang juga selalu membantu tanpa perlu membayarnya, meskipun mereka ini sudah kelasnya Menegah-Atas. ..nah salut untuk mereka ini yang bisa membedakan situasi dan kondisinya. Pasti Anda semua para Trainer sudah tahu siapa saja mereka ini, dan saya yakin, Anda juga termasuk salah satu Trainer yang senang beramal tsb.
Ok, segitu dulu sharing saya ya. Semoga nasib para Trainer gak seperti para guru kita dulu ya. Tapi juga harapan saya, jangan kelewat mahal deh, kalau pasang tarif training...harus tetap ada misi sosialnya gitu, meskipun yang meng-hire Anda perusahaan besar, kan di bawahnya juga ada banyak karyawan. Jangan-jangan karena sewa trainer yang kelewat mahal, nanti para karyawannya tidak dinaikkan gajinya dalam waktu lama...atau naiknya kecil banget...nunggu BEP dari meng-hire Anda itu...
----------
Here comes the LG Lotus, LX600, a handset that LG Electronics worked together with fashion designer Christian Siriano. Christian Siriano is the designer who won the season IV of the reality show known as Project Runway.
The team-up between LG and fashion designer, Christian Siriano, shows that it’s the recent trend that many gadget makers are keen to team up with fashion designers to spice up their products. The LG Lotus comes in a clamshell form factor, features a QWERTY keyboard. It takes on a special square shape and comes in a few choices of colors which are textured purple and satin black.
The LG Lotus is made to ride on Sprint network. It’s the first device on Sprint that boasts One Click, which is a highly customizable interface that allows super easy access to various applications such as texting, Web access, email, Sprint Navigation, Sprint TV, Sprint Music Store etc.
Other goodies found on the LG Lotus Clamshell including a 2-megapixel camera that is capable of video recording, stereo Bluetooth connectivity, music playback with external controls and a microSD card slot that gives you up to maximum of 12GB of memory expansion.
The LG Lotus so has pretty good achievement in the design line, which it’s picked up the Red Dot Design Award, which is one of the largest and most renowned design competitions in the world by virtue of the Lotus’ original form factor. The LG Lotus is scheduled to hit the Sprint retail channels this October.
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar