Kamis, 25 September 2008

Unlock Genius Power in U




Kali ini saya ingin berbagi tentang eksplorasi kecerdasan dalam diri seorang anak. Memang agak panjang sedikit, namun layak untuk disimak. Semoga memberi manfaat dan pencerahan.

Mengapa saya memberikan judul diatas?
Selama tahun-tahun terakhir ini, dalam dunia pendidikan dan sekolah sudah mulai ada kesadaran akan perlunya cara dan metode yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ada banyak training dan pelatihan bagi para guru, pendidik dan siswa tentang metode2 pembelajaran yang sudah terbukti efektif. Namun seringkali hanya terfokus pada teknik dan cara belajar saja. Misal teknik menghafal cepat, teknik mencatat dengan mudah, atau strategi membaca efektif, teknik membangkitkan kreativitas dan masih banyak lagi.

Namun amat jarang, mereka yang menyinggung bagaimana cara mengekplorasi kecerdasan dan kejeniusan seorang anak. Singkat kata, bagaimana membantu seorang anak, dari yang biasa2 menjadi pintar, cerdas dan melakukan hal-hal kejeniusan dalam sekolah dan kehidupannya.

Setiap Anak terlahir Jenius, namun mengapa ada banyak anak bodoh di sekolah?
Kita tentu sudah sering mendengar bahwa setiap anak terlahir jenius. Sehingga kata ”Born to be genius” sangat terkenal dan menjadi sesuatu yang memuaskan siapa saja yang mendengarnya. Namun jarang yang mempertanyakan lebih jauh lagi. Kalau setiap anak terlahir jenius, mengapa ada banyak anak yang ’bodoh’ di sekolah?

Sebelum membahas lebih dalam, kita mesti meyakini dulu bahwa setiap anak sudah memiliki bakat dan talenta yang terpendam di dalam dirinya. Karena Tuhan sudah memberi anugerah berupa bakat yang luar biasa pada setiap anak yang terlahir di dunia. Namun apa yang terjadi.... seorang anak mengenal label ”saya bodoh” setelah dia masuk di sebuah institusi apa yang dinamakan ”sekolah’. Jadi kalau kita lihat di sini, sebenarnya pihak sekolah yang memberi label seorang anak ini pintar atau bodoh, dan anehnya hal ini diterima dan dipercaya oleh sang anak dan orang tuanya. Padahal kita tahu khan... Tuhan tidak pernah memberi label ”Bodoh” pada seorang anak.

Kalau kita melihat lebih jauh, masalah yang sebenarnya terjadi adalah pihak sekolah, guru atau juga orang tua yang belum berhasil mengeksplorasi kecerdasan dan kejeniusan sang anak. Mereka akhirnya memberi beraneka label: anak malas, sulit diatur, anak bodoh, anak lambat, ’anak lelet’, kemampuan pas-pasan dsb. Sang anak yang belum mengerti hal ini, menerima dan..MEMPERCAYAI. ... Dan masuklah pernyataan ini ke dalam bawah sadarnya (Subconscious Mind) Dan jadilah program negatif atau apa yang disebut Mental Blok.

Berikutnya dapat di duga, saat sang anak mengerjakan soal dan menemui tantangan baru, maka sang anak akan mengakses program negatif di dalam otaknya: saya tidak bisa, saya anak bodoh, matematika itu sulit, Fisika menakutkan, sekolah tidak menyenangkan, pe-er itu siksaan bagi saya. Akhirnya masa sekolah yang seharusnya menyenangkan, berubah menjadi paksaan dan menakutkan dalam hidupnya.

Bisakah membantu anak ’bodoh’ tersebut menjadi pintar?
Jawabannya tentu: Bisa. Namun seringkali para guru menyarankan kepada orang tuanya agar anaknya diikutkan les pelajaran, lebih rajin belajar dan mengerjakan pe-er. Tentu saja hal ini tidak menyelesaikan masalah sang anak.

Sebelum membahas cara, kita mesti meyakini dulu bahwa setiap anak sudah memiliki bakat dan talenta yang terpendam di dalam dirinya. Oleh sebab itu fokus traning ini adalah bagaimana menggali dan menemukan potensi kecerdasan sang anak dan membangkitkan keyakinan dan harga diri sebagai seorang pemenang dalam hidupnya. Apa yang kami sampaikan ini bukan hanya sekedar metode belajar dan berprestasi, nilai baik di sekolah. Namun kami ingin membantu setiap anak menemukan dirinya, membongkar ”mental block” dalam dirinya, menciptakan goal untuk masa depannya. Jadi bukan hanya mengejar nilai baik di sekolah.

Kita sepakat dulu bahwa : Setiap anak memiliki keunikan dalam hal kecerdasan yang berbeda pada masing-masing anak. Bahwa kejeniusan dan kecerdasan itu bisa dikembangkan sedini mungkin, asal kita tahu bagaimana cara mengeksplorasi kecerdasan dan kejeniusan seorang anak.

Kali ini saya menghadirkan beberapa kisah tentang eksplorasi kecerdasan seorang anak.

Berikut contoh nyata, inspirasi dari keluarga Polgar, yang tinggal di Hungaria.
Laszlo Polgar adalah guru catur luar biasa, yang walaupun konsepnya anti teori tentang kecerdasan tapi hasilnya mencengangkan dunia. Saya ingin menghadirkan keberhasilan Laszlo Polgar dengan kegigihannya mewujudkan visi dan misi spektakulernya dalam mendidik ketiga putrinya menjadi juara catur dunia, melalui homeschooling.

Homeschooling adalah sebuah bentuk pendidikan alternatif dalam mengembangkan potensi anak secara maksimal. Polgar percaya bahwa kunci keberhasilan seorang individu adalah mengoptimalkan otak di usia dini dibandingkan menghabiskan waktu bermain diluar atau menonton TV. Di masa itu, ide homeschooling merupakan hal yang baru dan tak lazim, dan Polgar sempat mendapat tentangan luar biasa, tidak hanya dari masyarakat tapi juga dari pemerintah Hongaria. Namun dia tetap mendidik anaknya melalui homeschooling, dan ingin membuktikan bahwa pencapaian di bidang permainan catur dari ketiga putrinya kelak akan mendatangkan kesuksesan, tidak hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi negara Hongaria. Polgar bersama istrinya mengajarkan mereka: matematika tingkat tinggi, bahasa, kesenian, olahraga dan digembleng main catur.

Hasilnya? Zsuzsa Polgar (Susan), 4 kali menjadi juara dunia catur wanita dan 5 kali juara olimpiade catur wanita. Pada usia 15 tahun Susan menduduki peringkat pertama dunia catur wanita. Putri keduanya, Zsofia Polgar (Sofia), Master International (MI) wanita, usia 14 tahun sudah menjuarai turnamen catur dunia di Roma. Si bungsu Judit Polgar, pernah menantang para juara catur dunia seperti Anatoly Karpov, Garry Kasparov, Vladimir Kramnik, Viswanathan Anand (juara dunia 2007) dan pernah mengalahkan mereka.

Apa yang mendasari Keyakinan Keluarga Polgar tersebut?
Polgar mempercayai bahwa kegeniusan dapat diwujudkan dan dibentuk, dan “sukses adalah 99% kerja keras". Dalam pengalaman mendidik ketiga putrinya, Polgar juga melihat bahwa diantara ketiga puterinya, Sofia adalah yang paling berbakat bermain catur, kemudian diikuti Susan dan Judit.. Walau dari aspek bakat paling rendah, namun Judit punya keunggulan lain, yaitu memiliki motivasi paling tinggi dan pekerja keras.

Satu Contoh lagi dari Magnus Carlsen si “Anak Ajaib”
Magnus Carlsen adalah Grandmaster (GM) catur termuda dalam sejarah, ketika dia mencapainya di usia 13 tahun dan menggemparkan dunia dengan memenangkan turnamen catur di tahun 2004 secara amat gemilang.

Magnus dikenal sebagai bintang catur di negaranya Norwegia. Dia seorang anak yang sederhana, murah senyum dan disenangi banyak orang. Dia berlatih amat keras untuk kemajuan caturnya. Mula-mula hanya 2-3 jam per hari, kini sekitar 4-5 jam per hari. Dia banyak menghabiskan waktu membaca buku-buku teori catur, bermain catur online di Internet, dan berlatih bersama pelatihnya.

Untuk mengembangkan bakatnya secara optimal, orang tuanya menjual mobil bekas mereka dan menyewakan rumah mereka, dan selama setahun penuh mereka berkeliling dunia mengikuti turnamen-turnamen catur. Magnus tetap melakukan pe-er sekolahnya, walaupun itu dilakukannya di kursi jok belakang mobil atau di kamar hotel. Mengikuti turnament catur di seantero dunia membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan akan mustahil tanpa dukungan keuangan yang memadai. Untunglah mereka menemukan sponsor baru yaitu Microsoft.

Kemampuan daya ingat Magnus amatlah luar biasa. Pelatihnya pernah membuat pertunjukan di hadapan sebuah pertunjukan TV. Magnus diberi sebuah posisi atau diagram catur yang diambil dari sebuah buku catur, dan dia dapat menyebutkan dengan tepat nama kedua pemain yang memainkannya, dan lanjutan langkah-langkah yang dimainkan mereka. Ayahnya pernah pula menyebutkan Magnus di usia 5 tahun dapat menyebutkan nama, luas, dan jumlah populasi dari 430 kota di Norwegia. Kemampuan daya ingat ini amat berguna untuk mengikuti perkembangan teori pembukaan catur modern.

Magnus memang pemain masa depan yang briliant, dia pernah menahan imbang Garry Kasparov, juara dunia catur tahun 1985-2000. ELO Rating nya per Januari 2007 adalah 2690 dan menempatkannya di rangking 24 dunia saat ini.

Target selanjutnya adalah menembus rating 2700 dan masuk Top 10 dunia. Dengan bakat dan kerja keras seperti ini, siapakah yang meragukan peluangnya untuk kelak menjadi salah satu yang terbaik ?

Satu contoh lagi....

Zhang Xinyang, Anak Ajaib dari Tiongkok Umur 13 Tahun, Kuliah Pascasarjana.
Zhang Xinyang benar-benar fenomenal di dunia pendidikan. Dalam usia yang sangat belia, 8 Juli 2008 lalu genap berusia 13 tahun, dia sudah terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Teknologi Beijing. Jurusan yang diambil pun bukan sembarangan, matematika.

Zhang memang tertarik dan berbakat dalam disiplin ilmu yang oleh kebanyakan anak seumurnya justru menjadi momok. Gelar S-1 nya pun dia dapatkan dari bidang Matematika di Universitas Teknik Tianjin.

Perjalanan akademik Zhang memang membuat banyak orang terkesima. Masuk SD umur lima tahun, Zhang kecil hanya betah dua tahun duduk di sana. SMP dan SMA juga dijalaninya dengan ekspres. Ketika teman-teman sebayanya masih asyik bermain, pada usia 10 tahun Zhang justru terdaftar sebagai mahasiswa matematika di Universitas Teknik Tianjin.

Zhang memang benar-benar menggandrungi matematika. Demi mewujudkan mimpinya sebagai pakar matematika, dia benar-benar menggembleng diri. Ia juga menyiapkan betul ujian masuk perguruan tinggi (NCEE) sedari awal. Usahanya tidak sia-sia. Zhang lulus ujian NCEE dengan skor 505, atau 47 poin di atas skor rata-rata..

Menyandang status mahasiswa di usia 10 tahun, Zhang dengan segera menarik perhatian publik karena menjadi mahasiswa termuda di Tiongkok. Rekor mahasiswa termuda sebelumnya dipegang Feng Hao dari provinsi Hunan yang masuk Universitas Hunan pada tahun 2002 ketika usianya 12 tahun.

Yang menarik, dosen Zhang di Tianjin, Profesor Zhang Yuehui, mengatakan bahwa IQ Zhang sebenarnya hanya superior, dua tingkat di bawah jenius. Namun, Zhang dinilai memiliki tingkat logika yang tinggi dan pandai mengatur jadwal studinya.

Kecintaannya membaca buku termasuk buku di luar studinya, membuat Zhang hanya butuh kurang dari tiga tahun -dari jatah empat tahun-- untuk menuntaskan skripsi. Karena dianggap masih kecil, ketika di Tianjin, mahasiswa cilik ini ke kampus bersama dengan ayahnya yang setia menunggu selama dia kuliahnya. Meski begitu Zhang juga memulai belajar mandiri dengan menjadi tutor matematika paruh waktu.

Atas serentetan prestasi ini, ketika berumur sepuluh tahun, terbitlah buku ''The Magic Study'' yang merekam perjalanan hidupnya. Sang penulis, Xiao Chuan, dari Universitas Normal Beijng, mengatakan sukses Zhang Xinyang merupakan sukses orang tuanya dalam mengeluarkan potensi sang anak.

Kesimpulan:
Bakat atau talenta adalah Anugrah dari Tuhan. Namun kita tidak dapat hanya mengandalkan hal itu saja tanpa berlatih. Bakat yang dipadukan dengan latihan, pengorbanan waktu dan harga, dan dukungan orang-orang terdekat akan menjadikan seorang anak menjadi "excellent" dalam kehidupannya.

(Tulisan ini adalah bagian dari materi training Unlock Jenius Power in U bagi para Guru SD Pembangunan Jaya, Sidoarjo dalam rangka ”Misi Pendidikan” pada tanggal 6 September 2008)

Menghargai

Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.


Pembaca Yang Budiman,

Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

Tidak ada komentar: