Jumat, 26 September 2008

BUKU TELPON




Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik.
Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas.
Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan :

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu bahagia?
Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru, "Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu...".
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu menunjuk pada seorang murid.
"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu. ..".

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah masa yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah
motor, persis seperti yang aku impikan selama ini." Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan
lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!"

Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.
Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah
belakang. "Pak Guru..Pak, aku belum bercerita." Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar.
Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?" Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang
lalu."

Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan
tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa
menyedihkan. ..hahaha. " Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain Yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak...."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang
baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan. "Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah
mau menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman
modal buat bekerja."

"Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah
rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah
untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur di
dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...
" Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal : "Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap kali mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun. Sebesar apapun."

------------

ehem ehm mm mm.. berikut doa sebelum tidur...




seorang ayah bingung mendengarkan doa putrinya yang masih kecil ketika akan tidur, "tuhan, lindungi ibu, lindungi ayah, lindungi nenek, dan terimalah kakek."
"kenapa doamu untuk kakek bunyinya seperti itu?" tanya ayahnya. si kecil menjawab, "nggak tahu, yah. aku pengen aja ngomong seperti itu." entah apa yang terjadi,seesokan harinya sang
kakek meninggal dunia. suatu kebetulan yang sangat aneh, pikir si ayah.
beberapa hari kemudian sang ayah menidurkan kembali putrinya dan mendengar si anak berdoa, "tuhan, lindungi ibu, lindungi ayah, dan terimalah nenek." dan keesokan hari, sang nenek meninggal dunia. astaga, pikir si ayah, anak gua bisa berkomunikasi dengan alam gaib!
seminggu kemudian si ayah kembali mendengarkan anaknya berdoa, "tuhan,lindungi ibu dan terimalah ayah." deg! kontan saja sang ayah terkejut. malam itu ia nggak bisa tidur memikirkan kejadian yang akan menimpanya besok pagi.
ketika mengemudi sampai kantor pikirannya nggak karuan. jam makan siang telah lewat, namun tidak terjadi apa-apa. si ayah makin cemas. ia memilih menghabiskan hari itu di kantor, minum
kopi dan begadang menunggu tengah malam tiba.
ketika jarum jam menunjukkan 00.01, si ayah lega. hari itu telah lewat dan ia masih selamat. dengan langkah ringan ia pun kembali ke rumah.
"ya, ampun... tumben-tumbennya kamu kerja lembur. ada apa sih?" tanya istrinya ketika membukakan pintu. "aku nggak mau ngomongin masalah ini. pokoknya hari ini adalah hari
terburuk dalam hidupku," kata si suami. kata istrinya, "kalau kamu mendengar cerita yang
akan aku sampaikan, kamu pasti nggak akan menyangka kalau hari ini lebih buruk dari yang kamu duga. tahu nggak, tadi pagi mas joni tetangga sebelah meninggal dunia ketika betulin jemuran belakang rumah."
"ayah" : ??????????????????????

-------------

suatu hari, seorang ahli 'Manajemen
Waktu' berbicara didepan sekelompok
mahasi swa bisnis, dan ia memakai
ilustrasi yg tidak akan dengan mudah
dilupakan para siswanya.

Ket ika dia berdiri dihadapan siswanya
dia berkata, "Baiklah, sekarang
waktunya kuis."

Kemudi an dia mengeluarkan toples
berukuran satu galon yg bermulut cukup
lebar, dan meletakkannya diatas meja.
Lalu ia juga mengeluarkan sekitar
selusin batu berukuran segenggam
tangan dan meletakkan dengan hati-hati
batu-batu itu kedalam toples.

Ketika batu itu memenuhi toples sampai
ke ujung atas yg muat untuk masuk ke
dalamnya, dia bertanya, "Apakah toples
ini sudah penuh?" Semua siswanya
serentak menjawab, "Sudah."

Kemu dian dia berkata, " Benarkah? Dia
lalu meraih dari bawah meja
sekeranjang kerikil. Lalu dia
memasukkan kerikil-kerikil itu ke
dalam toples sambil sedikit
mengguncang- guncangkannya, sehingga
kerikil itu mendapat tempat diantara
celah2 batu-batu itu.

Lalu ia bertanya kepada siswanya
sekali lagi, "Apakah toples ini sudah
penuh?"

Kali ini para siswanya hanya
tertegun, "Mungkin belum", salah satu
dari siswanya menjawab.

"Ba gus!" jawabnya

Kemb ali dia meraih kebawah meja dan
mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia
mulai memasukkan pasir itu kedalam
toples, dan pasir itu dengan mudah
langsung memenuhi ruang-ruang kosong
diantara kerikil dan bebatuan.

Sek ali lagi dia bertanya, "Apakah
toples ini sudah penuh?"

"Belu m!" serentak para siswanya
menjawab

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"

Lalu ia mengambil sebotol air dan
mulai menyiramkan air ke dalam toples,
sampai toples itu terisi penuh hingga
ke ujung atas.

Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini
memandang kpd para siswanya dan
bertanya, "Apakah maksud dari
ilustrasi ini?" Seorang siswanya yg
antusias langsung menjawab,
"Maksud nya, betapapun penuhnya
jadwalmu , jika kamu berusaha kamu
masih dapat menyisipkan jadwal lain
kedalamnya"<>
"Bukan", jawab si ahli, "Bukan itu
maksudnya.
Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan
kita bahwa :
Kalau kamu tidak meletakkan batu besar
itu sebagai yg pertama, kamu tidak
akan pernah bisa memasukkannya ke
dalam toples sama sekali. Apakah batu-
batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-
anakmu, suami/istrimu, orang-orang yg
kamu sayangi, persahabatanmu,
p endidikanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal
yg kamu anggap paling berharga dalam
hidupmu. Hobbymu. Waktu untuk dirimu
sendiri. Kesehatanmu. Ingatlah untuk
selalu meletakkan batu-batu besar ini
sebagai yg pertama,atau kamu tidak
akan pernah punya waktu untuk
melakukanny a. "Jika kamu mendahulukan
hal- hal kecil(kerikil dan pasir)dalam
waktu mu maka kamu hanya memenuhi
hidupmu dengan hal-hal kecil, kamu
tidak akan punya waktu berharga yg
kamu butuhkan untuk melakukanhal-hal
besar dan penting (batu-batu besar)
dalam hidupmu.

Tidak ada komentar: