Kamis, 25 September 2008

Tentang K E M A R A H A N !




DI tengah kemelut kehidupan yang dapat menjerumuskan
kita ke jurang stres, konon sering marah-marah, bukanlah
pertanda baik. Berbahaya bagi kesehatan. Begitu cerita
kebanyakan orang. Punya pemimpin yang sering
marah-marah tidak keruan juga menyebalkan.

Pendapat umum ini dibantah Stanley Bing, penulis buku
Sun Tzu was a sissy. Bing, kolomnis di majalah Fortune,
memang gemar menulis buku kontroversial. Menurut ing,
marah itu sangat diperlukan dalam manajemen.

Kalau seorang pemimpin marah, artinya dia terusik dan
gusar oleh sesuatu hal. Sekaligus membuktikan bahwa ia
eling atau sadar karena ada yang tidak beres dan perlu
dikoreksi. Pemimpin yang tidak pernah marah sama
dengan pemimpin acuh tak acuh. Itu menurut Bing.

Marah membangkitkan energi yang luar biasa. Pemimpin
yang marah biasanya segera melakukan perubahan,
peremajaan, dan perbaikan. Artinya, pemimpin marah
memungkinkan terjadinya perubahan lebih cepat dan
berarti.

Dalam hal yang satu ini, saya rada setuju. Kita kan sering
melihat betapa pemimpin kita kerjanya cuma basa-basi,
klemar-klemer, tidak melakukan gebrakan apa pun. Tapi
berbahaya juga kalau kita punya pemimpin yang pemarah
atau mudah marah tanpa sebab.

Barangkali salah satu pemimpin kita yang legendaris
dalam hal marah ini adalah Bang Ali, bekas Gubernur
Jakarta. Pernah ada cerita, beliau sedang naik mobil,
dan jalanan macet semrawut gara-gara ada tukang becak
yang seenaknya mengendarai becaknya. Bang Ali tidak
segan-segan turun dan memarahi tukang becak itu.

Masih banyak lagi cerita tentang marahnya Bang Ali.
Kenyataannya, di bawah kepemimpinan Bang Ali, Jakarta
maju pesat. Jadi, teori Stanley Bing ada benarnya juga.

Dr. Stephen Diamond menulis di bukunya yang sangat
kontroversial, Anger, Madness, and Daimonic: The
Psychological Genesis of Violence, Evil, and Creativity,
bahwa marah adalah emosi yang paling bermasalah.
Namun ada korelasi sangat kuat antara marah dan
kreativitas.

Menurut dia, marah dan kreativitas sering bersumber pada
hal yang sama. Hanya saja, marah memiliki potensi
destruktif lebih besar. Orang-orang berbakat dan genius
umumnya memiliki naluri sangat tajam untuk menyalurkan
energi ini, agar tidak merusak dan mengubahnya menjadi
sebuah upaya yang konstruktif.

Ketika kita dilanda krisis moneter lima-enam tahun lalu,
teman saya suka berseloroh. Katanya, kita butuh
pemimpin seperti Bang Ali, yang berani marah. Bukan
pemimpin yang mudah marah dan ngambek. Atau
pemimpin yang suka marah-marah tidak keruan.

Dr. Stephen Diamond menulis bahwa beberapa artis
seperti Van Gogh dan Picasso, konon, memiliki kehidupan
yang penuh amarah dan kekerasan. Barangkali benar
bahwa energi yang sama mereka salurkan juga ke dalam
karya-karya lukisan mereka. Hasilnya memang luar biasa.

Untuk membuat seekor kuda berlari, biasanya ada dua
cara populer. Dengan cemeti atau hadiah wortel. Menurut
Stanley Bing, marah bisa menjadi cemeti yang kreatif.
Membakar semangat para eksekutif agar terus
bersemangat dan mengadakan perubahan.

Tulisan ini tentu saja tidak mengajak Anda untuk
marah-marah di kantor. Juga bukan pembenaran tindakan
marah-marah. Melainkan sebagai upaya agar kita lebih
peka menghadapi lingkungan kantor.

Pesan saya, kalau ada yang tidak beres, jangan takut
untuk mengadakan perubahan. Dan kalau perubahan itu
menuntut Anda marah, silakan saja. Kadang-kadang
marah itu sangat perlu.

Marah sebagai terapi manajemen memang antibudaya.
Budaya kita mengajarkan agar selalu santun dan bersabar.
Namun, untuk menerobos sebuah kemapanan yang buntu
dan berkarat, marah bisa saja menjadi antibudaya yang
dibenarkan. Asal jangan asal marah. Marahlah dengan
bijaksana. (kafi kurnia)

Pikirkanlah.....Sebelum Kamu Mengeluh....

Hari ini...sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang pasangan mu.
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup

Sebelum kamu mengeluh tentang nasib hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu lalai
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan dengan apa adanya

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang cacat yang mencari pekerjaan seperti mu

Sebelum kamu menunjukkan jari telunjukmu untuk menyalahkan orang lain,
Pikirkanlah, bahwa keempat jarimu yang lain menunjuk padamu dan tidak ada orang yang tidak pernah membuat kesalahan.



------------------------
Mengejar Tantangan
Memang sulit. Justru itu yang membuatnya demikian berharga.

Waktu, usaha, dan komitmen yang anda berikan dalam usaha mencapai sasaran memiliki kepuasan tersendiri, di luar dari prestasi yang didapatkan. Mereka membuat anda lebih kuat, lebih disiplin, dan lebih efektif.

Ketika usaha besar dibutuhkan, kesempatan-kesempat an besar pun melimpah. Di saat tantangan dan kesulitan menyelebungi anda, ada banyak nilai yang akan diciptakan.

Daripada meratapi tantangan, berterimakasihlah untuk kesempatan yang datang itu, karena anda telah dirancang dan diperlengkapi untuk dapat menyelesaikan berbagai tantangan, dan hidup anda pun akan menjadi sangat memuaskan.

Ketika pekerjaan sulit sedang menanti, melangkahlah dengan penuh antusias. Karena inilah saatnya bagi anda untuk bersinar, tumbuh, dan mencipta sesuai dengan harapan-harapan terbaik anda.

Kejarlah tantangan anda, karena di dalam tantangan itulah anda akan memenuhi impian-impian besar anda.

Tidak ada komentar: