Oleh : Nilnaiqbal
Berani berubah. Berani keluar dari zona kenyamanan (comfort zone).
Rupanya itulah salah satu resep orang-orang sukses. Bagaimanapun kondisi mereka, kekurangan mereka, kelemahan mereka, semua itu tidak menjadi sebuah kendala. Lihatlah Julius
Caesar, meski menderita epilepsy, ia berhasil menjadi seorang jenderal dan kemudian menjadi kaisar. Lalu juga Napoleon, walau berasal dari keluarga sederhana, juga berhasil menjadi
jenderal. Bethoven bahkan menulis beberapa lagu terbaiknya justru sesudah telinganya tuli sama sekali. Atau Charles Dickens yang menjadi novelis Inggris terbesar meski kakinya pincang
dan lahir dari keluarga yang sangat miskin. Atau Milton yang menggubah sajak-sajaknya yang paling indah bahkan sesudah ia menjadi buta.
Orang-orang ini sanggup mengubah kekalahan jadi kemenangan, kekurangan jadi prestasi. Itulah orang-orang yang yakin bahwa keunggulan, kemenangan, keberhasilan dan kejayaan
adalah fungsi garis lurus dari kemauan dan keberanian untuk berubah. Semua memang bergantung bagaimana sikap pikiran kita menghadapi gejolak kehidupan.
Apakah benar kita sudah berubah? Apa tanda-tandanya? Jika benar kita sudah melakukan perubahan, biasanya kita akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Karena setiap perubahan
pasti menuntut kita keluar dari zona kenyamanan (comfort zone). Itulah sebabnya tidak banyak orang yang benar-benar menyukai perubahan. Sebab untuk berubah ke arah yang lebih
baik, biasanya memang tidak gratis dan memang tidak nyaman. Ada 'harga' yang harus kita bayar! Entah itu pengendalian sikap kita, pengorbanan waktu kita, fokus pikiran kita, bahkan
terkadang bisa jadi terimbas juga pada keluarga kita.
Berubah berarti keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama, membentuk kebiasaan-kebiasaan baru. Berhenti bekerja dengan cara-cara lama (yang biasanya sudah rutinitas), lalu terpaksa
belajar lagi untuk bisa bekerja dengan cara-cara baru (tentu saja ini tidak terlalu nyaman). Akan tetapi, siapapun yang mau melakukannya, dan bersedia untuk keluar dari zona
kenyamanannya, insyaAllah 99,9% pasti akan berhasil melaluinya. Sedang mereka yang masih dikuasai bisikan untuk menentang perubahan, dengan tetap mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan lama pasti akan tergilas, tertinggal, dan gagal.
Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, lakukanlah dengan cara yang berbeda. Untuk mengubah nasib ya berubahlah. Kalau kita kita mau mengubah arah, kita akan berakhir di tempat
yang sama.
Memang yang paling sulit adalah mengubah sikap atau attitude kita. Betapa tidak, selama ini kita sangat suka dan nyaman dengan sikap itu. Lalu tiba-tiba kita harus mengubah
sikap-sikap yang biasanya kita suka itu menjadi sikap-sikap baru! Kalau selama ini kita tergolong orang yang senang dilayani, tentu tidak mudah untuk segera berubah menjadi manusia
baru: suka melayani. Kalau kita terbiasa tidur sampai matahari terbit, tentu tidak mudah untuk bangun shalat malam. Kalau biasanya kita begitu mudah tersinggung bahkan naik pitam,
tentu sedikit lebih sulit untuk menjadi lebih sabar. Kalau kita takut melakukan sesuatu yang baru, tentu sulit untuk segera memulainya, sehingga selalu saja ada ribuan alasan untuk terus
menundanya.
Berubahlah. Tinggalkan zona kenyamanan. Memang akan ada tekanan dari berbagai arah. Ada banyak pergolakan batin. Ada banyak keluhan atas berbagai kesulitan. Akan banyak gejolak
emosi yang menghimpit. Tapi itu adalah sebuah keniscayaan. Suatu jalan yang mau tidak mau terpaksa harus kita tempuh. Itulah sebuah pertanda jalan yang kita tempuh memang benar.
Tidak mudah memang. Tetapi teruslah berjalan....
AS Tuduh Motorola Pasok Ponsel ke 'Negara Terlarang'
Fino Yurio Kristo - detikinet
Motorola (ist)
Washington - Vendor ponsel kenamaan Motorola terlibat kasus dengan lembaga pemerintah Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini dituduh menjual produknya ke negara-negara yang dilarang AS karena dianggap terlibat terorisme.
Pada mulanya, sebuah kesalahan di situs Motorola mengindikasikan bahwa perusahaan itu menjual produknya ke negara Kuba, Iran, Syria dan Sudan. Padahal, penjualan ke wilayah itu dilarang keras oleh hukum AS.
Akibatnya, seperti dilansir CellularNews dan dikutip detikINET, Kamis (25/9/2008), Motorola menerima surat dari lembaga industri pemerintah AS, Securities & Exchange Commission (SEC). Motorola diminta memberi penjelasan mengenai kejadian tersebut.
Apalagi SEC juga menengarai bahwa di bulan Maret 2008, terdapat berita yang mengindikasikan ponsel Motorola dijual di Kuba. Sementara di bulan Mei 2008, mereka juga memperoleh kabar bahwa ponsel Motorola dijual di Iran.
Baik Kuba, Iran, Syria maupun Sudan dikategorikan oleh AS sebagai negara yang mensponsori terorisme. Karena itulah mereka menjadi subyek sanksi ekonomi negara adidaya itu.
Menanggapi kasus ini, pihak Motorola menjelaskan bahwa mereka sama sekali tidak melakukan kontak apapun dengan pihak yang berada di wilayah yang dilarang AS. Mengenai penjualan ke Sudan dijelaskan sebagai bagian dari program kemanusiaan bersama PBB.
Adapun tentang penjualan di negara-negara terlarang lainnya kemungkinan dilakukan oleh pihak ketiga tanpa sepengetahuan Motorola.
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar