Rahasia #12 : Kurangnya kepercayaan diri merupakan alasan utama yang membuat kita menghindar dari persaingan dan perjuangan. Dan tanpa perjuangan tidak ada kemungkinan untuk sukses.
Awal Kembali MJ di NBA
MJ kembali ke memenangkan setiap pertandingan pada musim itu. Hingga membawa Chicago Bulls mencapai final NBA melawan Orlando Magic. Tapi tim Orlando Magic yang muda, seolah menunjukkan bahwa jaman sudah berganti. Saat itu pertandingan final ke empat tahun 1995, antara Chicago Bulls dan Orlando Magic.
Berikut saya gambarkan kisah partai final yang amat menegangkan itu:
Terjadilah saat yang menegangkan, skor saat itu 91-90 untuk keunggulan Magic. Dan saat waktu tinggal 18.1 detik. MJ membawa bola dijaga ketat oleh Anderson. Dan MJ berputar melewati Anderson, namun bolanya berhasil dicuri oleh lawan, dan Hardaway melaju ke daerah Bulls, bola diberikan kepada Grant dan masuklah ke keranjang. Selisih satu point untuk Magic. Waktu terus berjalan tinggal 6.2 detik lagi.
MJ minta waktu untuk break time-out. Kembali ke pertandingan, MJ membawa bola, MJ dijaga Royal, karena terdesak bola diberikan kepada Scotti Pippen. Namun apa yang terjadi? Pippen gagal melesakkan bola ke keranjang. Kesalahan MJ hampir tidak bisa dibayangkan. Tadinya MJ punya satu kesempatan untuk menjadi pahlawan lagi. Harusnya MJ yang menjadi penentu, namun dia harus merelakan kepada rekan mainnya. MJ merasa telah mengecewakan timnya.
MJ dan semua pemain Bulls berjalan dengan kepala tertunduk menuju ruang ganti pemain. MJ dan Chicago Bulls meratapi kekalahan tersebut. Seolah-olah tidak bisa pulih dari trauma kekalahan di pertandingan tersebut.
Mengalami Krisis Kepercayaan diri
Sejak sekembalinya MJ ke pentas NBA, MJ sering gagal sebagai penentu kemenangan bagi timnya. Dan kegagalan di partai final adalah kegagalan terbesar yang membuat seluruh perjuangan dan kemenangan selama satu musim menjadi sia-sia.
Sejak kekalahan di partai final tsb, MJ mulai menyadari bahwa kemampuan dan kehebatan dirinya untuk mengangkat timnya menjadi juara, kini hanyalah tinggal kenangan. Kini MJ berpikir apakah dia bisa tahtanya lagi, tahta gelar juara NBA. Para rekan2 MJ juga dihinggapi rasa kurang percaya pada kemampuan dan kehebatan MJ. Mereka masih tetap memuji MJ, namun mereka beranggapan MJ sudah tidak sehebat dulu lagi.
Apa yang dirasakan MJ saat itu?
“Aku merasa mentalku sangat jatuh. Aku mengalami krisis kepercayaan diri. Dan aku bercermin saat itu. Aku ragu, mungkin aku tak bisa bermain seperti dulu. Karena terbukti aku tidak bisa melakukannya sesuka hati. Aku duduk di ruang loker, aku merasa kecewa. Aku membuat janji kepada diriku, bahwa tahun depan aku akan siap merebut kemenangan lagi.”
Menyiapkan diri untuk Musim berikutnya
Kembali menunjukkan dedikasi dan jati diri, MJ berlatih kembali sangat keras untuk musim berikutnya. MJ menghabiskan musim panas, mengasah bakatnya dengan keras. Kini setiap hari MJ merasa terdorong untuk bangun, ....keluar dan latihan untuk menjadi seperti dulu lagi. MJ sangat termotivasi .... untuk membuktikan pada dunia, “Jangan lupakan Aku lagi !”
Pada awal musim pertandingan 1996, MJ memulai musim itu, bukan hanya kemenangan pribadi yang ingin dia raih. Tapi juga adanya misi sejarah. Karena tidak ada yang seorang pemain yang telah pensiun, lalu main kembali dan meraih gelar NBA. Itulah tantangan bagi seorang MJ. Setelah berhenti bermain selama hampir 2 tahun, kini mencanangkan tekad untuk meraih lagi gelar NBA. Namun ini bukan isapan jempol bagi pribadi sekelas MJ. Musim itu MJ bermain dengan kekuatan penuh dan selalu mendominasi di setiap pertandingan. Kembalinya kekuatan dan kemampuan MJ, menjadi kesenangan dan kebanggaan bagi para penonton.
Berkat kerja kerasnya, MJ berhasil meraih gelar MVP (Most Valuable Player). MJ membawa Chicago Bulls mencetak salah satu sejarah NBA dengan total 72 kemenangan. Dengan gelar Juara NBA, maka MJ dan Bulls total mencapai 4 gelar juara. Dan secara mengejutkan kemenangan dan gelar juara tersebut telah meningkatkan kepopulerannya ke tempat yang lebih tinggi.
MJ telah membuat sejarah baru, pensiun hampir 2 tahun dan kembali lagi dengan kekuatan lebih dahsyat dari sebelumnya dan meraih MVP dan gelar juara NBA. Saya kira tidak ada orang dalam sejarah olah raga yang sanggup melakukan seperti itu.
Point Penting untuk Topik ini:
Kurangnya kepercayaan diri, telah mengunci potensi dan kemampuan seseorang dalam mencapai sesuatu. Seperti yang dialami oleh MJ, pada awal kembalinya setelah pensiun dari NBA. Namun karena adanya ‘harapan baru’ dan komitmen baru untuk meraihnya, membuat keyakinan diri menjadi semakin kuat. Kekuatan itu cukup untuk menggerakkan diri menggapai impian dan menjadi yang terbaik.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan pencerahan
----------
Thank's Papa..Kau Sudah Berbuat Begitu Banyak
By Made Teddy Artiana
http://semarbagongp etrukgareng. blogspot. com/
Kali pertama dalam hidupku merenungkan hal ini. Sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Sederhana tetapi dalam. Biasa tetapi sarat dengan anugerah. Anehnya pewahyuan ini terkuak, karena berbagai peristiwa dan cerita yang datang beruntun bak pawai tujuh belasan. Hikmat dan kebijaksanaan memang sering berkunjung terbungkus baju tak sewajarnya.
Bermula ketika menghadiri sebuah pemakaman seorang suami sekaligus ayah, yang meninggalkan istrinya dan kedua anak yang masih kecil. Kemudian mendengarkan seseorang yang dianiaya oleh bapak kandung nya sendiri, hingga gendang telinganya pecah. Ini gila. Bapaknya penjudi dan main perempuan. Sampai-sampai menghamili tetangga sebelah rumah. Setelah itu beberapa hari kemudian menyaksikan orang lain, seorang lelaki muda dengan kepribadian tidak utuh, karena sampai sekarang tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya. Lalu iseng mendengarkan curhat pembantu, yang sempat belasan tahun dititipkan oleh bapak ibunya pada saudara, hanya karena sebuah kepercayaan yang tidak masuk akal. Sampai kepada keluh kesah famili jauh yang ayahnya harus melarikan diri dari kejaran polisi, meninggalkan istrinya dipenjara dan tiga orang anak-anaknya, karena ia dan istrinya berjualan handphone selundupan. Kisah nyata ini ditutup oleh air mata istri tercinta yang kadang tumpah, karena memendam rindu kepada ayah tercinta yang telah meinggalkannya sejak ia kecil. Ditambah lagi keinginannya yang dalam untuk sekedar menikmati pelukan ayah tercinta. Sebenarnya rentetan ini tidak akan pernah tertutup, jika saja Anda semua bersedia menambahkan kisah lain dalam pawai karnaval bertema 'ayah' ini.
Anehnya semua itu membuat tiba-tiba saja aku merasa menjadi seorang yang paling beruntung didunia ini. Dalam hal memiliki ayah tentunya. Atas nama takdir, semua tragedi diatas tidak pernah aku alami. Bahkan sampai sekarang aku masih dapat merasakan kasih saya seorang papa. Tidak hanya itu, entah karena beruntung atau apapun namanya, aku memiliki seorang papa yang luar biasa. Ia sederhana, setia pada istrinya, rajin bekerja keras, mencintai anak-anaknya dan selalu saja siap mengorbankan apapun untuk keluarga. Tetapi kalau boleh jujur, walaupun malu untuk mengakuinya, tidak pernah terucap kata syukur ataupun terima kasih atas semuanya itu. Kepada Ilahi yang memberikan takdir manis untuk dijalani. Begitu juga kepada Sang Papa, yang telah bertarung sekian lama, melawan kemiskinan, godaan, bertarung habis-habisan untuk aku, kakak dan mama. Terlintas cerita-cerita 'luar biasa' tentang awal perjuangan papa ku. Masuk keluar pasar, berjalan kaki berkilometer jauhnya, ketika harus berjualan minyak kayu putih eceran, supaya kami dapat makan dengan layak. Belum lagi berjualan kaset bercampur baur diantara pedagang miskin, gembel dan preman disebuah pasar loak kecil, di Denpasar sana. Sebuah cerita agak tragis pernah kami alami. Waktu itu aku sudah duduk dikelas lima SD. Cukup besar untuk dapat mengingat. Rumah kami sekeluarga mengalami ancaman gusuran. Waktu itu papa, tanpa mengindahkan harga dirinya pergi menghadap mereka yang berwenang Mudah ditebak, ia pasti memelas meminta belas kasihan agar kami tidak digusur. Akan dikemanakan anak dan istrinya jika itu sungguh-sungguh terjadi. Untunglah TUHAN masih berpihak pada kami. Hati mereka, yang berwenang itu melembut dan kami diijinkan untuk tetap tinggal dirumah itu untuk waktu yang tak terbatas. Tetapi yang kuingat jelas dari kejadian itu adalah bekas air mata papaku yang masih membekas dipipi ketika pulang kerumah. Mungkin ia lupa menghapusnya.
Akhirnya perjuangan panjang berbuahkan hasil. Aku dan kakak ku berhasil mengeyam pendidikan perguruan tinggi dan berada pada tingkatan kehidupan yang baik hingga sekarang. Setelah umur ini mencapai 30 tahun baru aku sadari, itu semua karena mimpi seorang papaku. Entah apa jadinya jika papa puluhan tahun yang lalu,hanya karena kemiskinan, tidak berani bermimpi besar untuk anak-anaknya. Mimpi itulah yang agaknya membuat ia, dengan gagah berani bertarung di arena kehidupan. Meski tidak jarang harus babak belur dihajar oleh ujian nasib, aku bersyukur papa ku tidak pernah membuat sekalipun bendera putih dikibarkan. Ia memutuskan untuk berdiri hingga menang. Dan yang paling penting, ia mewariskan 'keberanian untuk bermimpi' kepada kami anak-anak papa, sehingga kami menjadi orang-orang yang selalu berani berharap untuk sesuatu yang luar biasa diluar sana. Terlepas dari kenyataan didepan hidung yang seolah-olah membuat itu mustahil.
Aku sadar sesadarnya. Seberapapun kerasnya mencoba, tidak akan pernah bisa membayar semua keringat, air mata bahkan darah yang sudah ditumpahkan papa untuk kehidupanku. Meskipun seandainya IA, Sang Pemilik Hidup ini, memberikan tambahan umur 100 tahun lagi. Membalas kebaikan papa, sama seperti menggarami lautan luas. Mustahil. Tetapi ada sebuah janji dihati ini, untuk bertarung selama nyawa masih membuat mata ini terbuka lebar. Selama TUHAN masih mempercayakan aku untuk hidup dibumi milik-NYA. Sebuah tekad untuk menjadi seorang papa yang terbaik bagi anak-anakku. Menjadi suami yang terbaik bagi istriku. Dan menjadi yang terbaik bagi orang lain. Paling tidak supaya perjuangan papaku tidak menguap sia-sia ditiup angin. Setidaknya ketika nama belakang keluarga disebutkan oleh siapapun, nama itu menebarkan bau harum.
Thank's papa…walaupun tak pernah kau pinta, akhirnya aku menyadarinya. Kau sungguh sudah berbuat begitu banyak untuk aku, anakmu. Semoga TUHAN yang telah menganugrahkan kau padaku, selalu menjagamu setiap waktu. Dan semoga Dia juga yang telah mengirimkan aku pada mu, mampu membuat mu tersenyum bangga menjadi papaku. (***)
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar