Jumat, 26 September 2008

10 Principles of Servant-Leadership




After carefully considering Greenleaf's original writings, Larry Spears, CEO of the Greenleaf Center has identified a set of 10 characteristics that he views as being critical to the development of servant-leaders. These 10 are by no means exhaustive. However, they serve to communicate the power and promise that this concept offers:

1. Listening

Traditionally, leaders have been valued for their communication and decision making skills. Servant-leaders must reinforce these important skills by making a deep commitment to listening intently to others. Servant-leaders seek to identify and clarify the will of a group. They seek to listen receptively to what is being and said (and not said). Listening also encompasses getting in touch with one's inner voice, and seeking to understand what one's body, spirit, and mind are communicating.

2. Empathy
Servant-leaders strive to understand and empathize with others. People need to be accepted and recognized for their special and unique spirit. One must assume the good intentions of coworkers and not reject them as people, even when forced to reject their behavior or performance.

3. Healing
Learning to heal is a powerful force for transformation and integration. One of the great strengths of servant-leadership is the potential for healing one's self and others. In "The Servant as Leader", Greenleaf writes, "There is something subtle communicated to one who is being served and led if, implicit in the compact between the servant-leader and led is the understanding that the search for wholeness is something that they have."

4. Awareness
General awareness, and especially self-awareness, strengthens the servant-leader. Making a commitment to foster awareness can be scary--one never knows that one may discover! As Greenleaf observed, "Awareness is not a giver of solace - it's just the opposite. It disturbed. They are not seekers of solace. They have their own inner security."

5. Persuasion
Servant-leaders rely on persuasion, rather than positional authority in making decisions. Servant-leaders seek to convince others, rather than coerce compliance. This particular element offers one of the clearest distinctions between the traditional authoritarian model and that of servant-leadership. The servant-leader is effective at building consensus within groups.
Top

6. Conceptualization
Servant-leaders seek to nurture their abilities to "dream great dreams." The ability to look at a problem (or an organization) from a conceptualizing perspective means that one must think beyond day-to-day realities. Servant-leaders must seek a delicate balance between conceptualization and day-to-day focus.

7. Foresight
Foresight is a characteristic that enables servant-leaders to understand lessons from the past, the realities of the present, and the likely consequence of a decision in the future. It is deeply rooted in the intuitive mind.

8. Stewardship
Robert Greenleaf's view of all institutions was one in which CEO's, staff, directors, and trustees all play significance roles in holding their institutions in trust for the great good of society.

9. Commitment to the Growth of People
Servant-leaders believe that people have an intrinsic value beyond their tangible contributions as workers. As such, Servant-leaders are deeply committed to a personal, professional, and spiritual growth of each and every individual within the organization.

10. Building Community
Servant-leaders are aware that the shift from local communities to large institutions as the primary shaper of human lives has changed our perceptions and caused a send of loss. Servant-leaders seek to identify a means for building community among those who work within a given institution.




-------------

yuk sopan-santun di jalan raya

Setiap hari saya berangkat menuju tempat kerja melalui jalan raya, betapa sedihnya hati saya melihat pengguna jalan raya semakin menunjukan ego pribadinya masing-masing. Semua orang merasa penting dan patut di dahului. Sehingga semua memaksakan keinginannya dan menyebabkan hokum yang berlaku di jalan raya adalah hokum rimba. Siapa kuat dia yang menang. Dan hal ini yang menyebabkan besarnya kecelakaan lalu lintas.

Saya akan membahas beberapa sudut pandang saya sebagai pengguna jalan raya dari berbagai sudut. Pertama saya sebagai penggendara motor, jujur motor adalah kendaraan yang saya pakai sebagai transportasi utama saya menuju tempat jemputan saya dengan alas an cepat, murah dan bisa nyelip.

Diri saya sebagai pengendara motor, musuh utama saya adalah pengguna jalan mobil pribadi, saat saya menggunakan motor terkadang saya kesal dengan mobil pribadi karena tidak mau ngalah dan berjalan berbelok tanpa send, nanti saya senggol dan mobilnya baret pasti akan marah. Kedua angkutan umum dimana angkutan umum dengan sembarang berbelok, berhenti ngebut sembarangan saya hamper celaka karena angkutan umum… pejalan kaki yang tiba-tiba melintas terkadang hamper saya menabraknya. mungkin sahabat pengendara motor akan setuju dengan pendapat ini, tapi jujur ini tidak semuanya benar. karena motor seperti kita sering menjadi penyebab macet dan rawan kecelakaan.

Kedua Diri saya sebagai pengendara mobil pribadi, saya sering menggunakan metode ini sekali-sekali saja jika libur atau pun kepepet. Musuh utama saya adalah motor dimana saya suka bingung untuk menempatkan posisi, jujur saya pernah menabrak motor sehingga motor terguling, karena motor memotong jalur saya tiba-tiba. Kedua angkutan umum yang sering membuat macet dengan berhenti sembarangan dan menyupir ugal-ugalan, ketiga pejalan kaki, seperti kasus saya menggunakan motor musuh pengendari pribadi adalah pejalan kaki yang tidak tertib. Yang terakhir adalah sesama mobil pribadi yang terkadang memancing saya untuk menjadi mental sembalab. Yang menyebkan kerawanan kendara di jalan raya.

Ketiga Sebagai pejalan kaki, terkdang saya sering berjalan kaki dimana sebagai pejalan kaki saya merasa ngeri untuk berjalan di trotoar apa lagi jika jalanan macet, hak saya diambil motor trotoar dinaiki oleh motor. Untuk menyebrang pun saya bingung untuk menyebrang dimana , motor, mobil pribadi, angkutan umum semua jalan serba cepat dan tidak tertib. Sebagai pejalan kaki saya sadar posisi saya sangat lemah dan rentan di jalan raya dan saya target kecelakaan yang paling rentan.

Keempat sebagai pengguna angkutan umum, saya menyadari supir angkutan umum sering melanggar aturan lalu lintas demi setoran dan strees menghadapi macet walau terkadang angkutan umum sering menjadi sumber kemacetan.

Kalau melihat dari sudut pandang masing-masing semua memiliki alas an untuk cepat dan di dahulukan dalam di jalan raya. Pernah kh terpikir oleh masing-masing untuk saling menjaga . coba lah kita bayangkan bila semua mengikuti aturan seperti sepeda motor tidak berajlan main serobot, angkurn umum tidak berhenti sembarangan, pejalan kaki berjalan di tempat yang ditentukan, menggunakan jembatan peyebrangan jika menyebrang. Mobil pribadi berjalan dengan tenang. Mungkin jalanan Jakarta tidak akan macet seperti sekarang .

saya pribadi dalam hati menginginkan Jalan raya yang tertib. Untuk pemerintah dan polisi saya memiliki perintaan. Untuk bapak polisi yang terhormat tolong pak atur kami yang terkadang nakal di jalan raya, dan tertibkan jalan raya. Tetapi jangan pak kami dijadikan tempat mencari uang dengan melakukan jebakan dan bersembunyi, dimana jika kami melanggar bapak polisi yang terhormat segera muncul untuk menilang kami, diman transaksi tawar-menawar seperti di pasar pun dilaksanakan. Dimana ada uang pelanggaran kami akan selesai. Semoga pak polisi jadi aparat yang jujur dan berwibawa dalam menertipkan lalu lintas.

Untuk pemerintah tolong kami pak sediakan solusi kemacetan ini, kami hanya mengingatkan sebelum bapak menjadbat bapak pernah menjanjikan kami memperbaiki keadaan termaksud keadaan lalulinta. Dan tolong berikan kami solusi angkutan umum yang tertib, aman dan Nyman. Jangan karena bapak menjabat ketika kami bermacet-maceten, bapak dengan kawalan polisi bapak melenggang dengan mengorbankan kami dengan cara menyetop semua kendaraan yang ada. Tolong bapak pemerintahan mari kita rasakan kemacetan bersama agar kami dapat diberikan solusi, betapa tidak enaknya kemacetan ini.

Kepada semua pengguna jalan raya saya berharap kita untuk sadar dan menggunakan jalan raya untuk kepentingan bersama agar tertib.karena jika kita perpribadi dapat tertib akan terujud ketertiban nasional. Dan jalan raya akan lebih manusiawi. Mari bersama kita wujudkan ketertiban dijalan raya, agar tercipta jalan yang baik, nyaman, dan manusiawi.



" Dengan menghargai dan memberikan hak orang lain, sama dengan kita menghargai dan menggormati diri kita sendiri " EA


--------------

Pak Andrie Wongso Mematok Bayaran Rp...

Ya saya pikir tergantung sudut pandang siapa dulu?
Kalau dari sudut pandang saya sebagai pengusaha, yang meng-hire seorang Trainer, lihat dulu, apa dan bagaimana materi yang dibawakan, lalu sejauh mana si Trainer punya "Credential" maupun kemampuan "Delivery" nya.

Kemudian nego harganya berapa, yang seimbang antara "KoceK Saya", "Credential & Delivery si Trainer", "Materi-nya". Kalau setelah ditimbang-timbang cocok harganya, ya go ahead aja. Kalau dirasakan kemahalan ya cari Trainer lain aja deh...

Dan, kalau sudut pandang pengusaha kan diusahakan biaya "hire" trainer ya seminimal mungkin lha ya...pokoknya harus sesedikit mungkin keluar biaya, tapi menghasilkan hasil yang luar biasa prima. Daripada sudah keluar biaya besar, eehh..ternyata hasilnya gak ada...atau gak signifikan.. .gak sesuai yang diharapkan.

Tapi, kalau dari sudut pandang si Trainer...ya emang lebih besar terima "Doku" kan lebih baik ya...hehehe. ..makin tinggi nila jual si trainer, ya makin oke buat trainer tsb. Kan hukum dagang berlaku juga di dunia training. Nama Trainer makin ngetop, pasti mematok harga jual.. ya makin tinggi. Meskipun materi yang dibawakan sama, tapi kalau yang membawakan sudah ngetop, ya pasti beda harga jualnya, dan jelas minta tinggi-tinggi sekali, ya..nggak...

Nah, untuk menjawab pertanyaan sdr. Tome Beka ini ya sangat relatif sifatnya, gak mungkin bisa ditentukan dengan pasti. Tapi kalau pak Andrie Wongso mematok tarif Rp.30Juta,- per Dua Jam...wah itu sih ya kemahalan banget deh, untuk ukuran saya lho. Kalau ada juga yang meng-hire-nya, ya...itu sudah rejekinya pak Andrie...hehehe. ..

Secara umum, setahu saya untuk rata-rata biaya meng-hire seorang Trainer kelas Menengah-Atas, per Jam-nya adalah Rp.5Juta,-.. .dan masih banyak yang per Jam-nya di bawah RP.5Juta,-. Dan, paling murah, biaya seorang Trainer Menengah-Bawah. ..per Jam-nya adalah Rp.500Ribu,- ....saya belum pernah tahu yang di bawah Rp.500Rubu,- per Jam.

Mungkin kalau ada...ya...maaf, Bapak atau Ibu Guru kita kali ya...memang nasibnya masih memprihatinkan. ...lho kok ngelantur... hehehe...
Nah, kalau seorang Trainer, biaya sewanya sudah lebih dari Rp.5Juta,- per Jam...wah, saya salut kepada Anda dan yang menyewa Anda...Luar Biasa Prima!!!

Dan, satu lagi...masih banyak Trainer yang juga selalu membantu tanpa perlu membayarnya, meskipun mereka ini sudah kelasnya Menegah-Atas. ..nah salut untuk mereka ini yang bisa membedakan situasi dan kondisinya. Pasti Anda semua para Trainer sudah tahu siapa saja mereka ini, dan saya yakin, Anda juga termasuk salah satu Trainer yang senang beramal tsb.

Ok, segitu dulu sharing saya ya. Semoga nasib para Trainer gak seperti para guru kita dulu ya. Tapi juga harapan saya, jangan kelewat mahal deh, kalau pasang tarif training...harus tetap ada misi sosialnya gitu, meskipun yang meng-hire Anda perusahaan besar, kan di bawahnya juga ada banyak karyawan. Jangan-jangan karena sewa trainer yang kelewat mahal, nanti para karyawannya tidak dinaikkan gajinya dalam waktu lama...atau naiknya kecil banget...nunggu BEP dari meng-hire Anda itu...




----------

Here comes the LG Lotus, LX600, a handset that LG Electronics worked together with fashion designer Christian Siriano. Christian Siriano is the designer who won the season IV of the reality show known as Project Runway.


The team-up between LG and fashion designer, Christian Siriano, shows that it’s the recent trend that many gadget makers are keen to team up with fashion designers to spice up their products. The LG Lotus comes in a clamshell form factor, features a QWERTY keyboard. It takes on a special square shape and comes in a few choices of colors which are textured purple and satin black.

The LG Lotus is made to ride on Sprint network. It’s the first device on Sprint that boasts One Click, which is a highly customizable interface that allows super easy access to various applications such as texting, Web access, email, Sprint Navigation, Sprint TV, Sprint Music Store etc.

Other goodies found on the LG Lotus Clamshell including a 2-megapixel camera that is capable of video recording, stereo Bluetooth connectivity, music playback with external controls and a microSD card slot that gives you up to maximum of 12GB of memory expansion.

The LG Lotus so has pretty good achievement in the design line, which it’s picked up the Red Dot Design Award, which is one of the largest and most renowned design competitions in the world by virtue of the Lotus’ original form factor. The LG Lotus is scheduled to hit the Sprint retail channels this October.

Telinga Pemimpin



Pemimpin seharusnya orang yang bertelinga
Ia bukan saja harus dapat mendengar (hearing)
, tetapi mampu mendengarkan (listening)


Salah satu rahasia kepemimpinan Mary Kay Ash adalah kemampuannya dalam mendengarkan orang lain. Ia pernah mengatakan bahwa pada saat ia sedang berusaha mendengarkan orang lain, “Saya akan menutup mata dan telinga terhadap hal-hal lain. Saya langsung memandang orang yang berbicara kepada saya. Bahkan andai ada seekor gorila yang berjalan memasuki ruangan, barangkali saya tidak akan memperhatikannya” .

Mary Kay Ash mungkin mendramatisir soal seni mendengarkan ini. Namun, ia agaknya benar-benar meyakini bahwa kemampuan mendengarkan merupakan suatu kemampuan yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinannya. Ketika beberapa konsultan kecantikan (beauty consultant) yang bekerja di perusahaannya datang untuk minta nasihat, ia seringkali merasa bahwa yang perlu dilakukannya hanyalah mendengarkan cukup lama, sampai pihak yang meminta nasihatnya itu menemukan sendiri cara penyelesaian masalah yang mereka hadapi.

Mendengarkan adalah seni, sama halnya dengan kepemimpinan. Dan seni tidaklah sepenuhnya bertalian dengan soal-soal kecerdasan intelektual. Kalau toh seni mendengarkan ingin dikaitkan dengan soal kecerdasan, maka mungkin ia merupakan bagian dari kecerdasan emosional (emotional intelligence) atau bahkan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) . Artinya, mendengarkan lebih berurusan dengan telinga hati ketimbang telinga fisik. Itu sebabnya mendengarkan harus dibedakan dengan sekadar mendengar. Jika orang memiliki masalah dengan pendengaran fisiknya, maka ia memerlukan hearing aid, alat bantu mendengar yang bisa dibeli di beberapa toko. Namun jika orang tidak mampu mendengarkan orang lain, ia tidak bisa membeli alat bantu apapun di toko manapun. Ia hanya perlu menata hati dan pikirannya agar tidak melanglang buana ketika orang lain sedang berbicara kepadanya.

Dalam berbagai program pelatihan kepemimpinan, perihal mendengarkan ini juga sering dilatihkan. Sejumlah teknik diajarkan untuk dipraktekkan berulang-ulang. Namun saya kira mendengarkan sebagai seni tidaklah bisa dilatihkan. Sebab seni bukan cara, bukan teknik. Namun tidak berarti latihan mendengarkan tidak perlu. Latihan dan bahkan disiplin untuk mendengarkan tetaplah perlu, bahkan penting. Yang ingin saya tegaskan adalah bahwa mendengarkan hanya bisa dilakukan bila hal itu merupakan keputusan hati.

Sebagai teknik, mendengarkan hanyalah soal menciptakan kesan. Dan mereka yang terlatih untuk bersikap dan berpenampilan “seperti” orang yang mendengarkan, memang dapat dilatih. Mata kita dapat dilatih untuk memandang lawan bicara kita. Tubuh kita dapat diatur posisinya agar terkesan sungguh-sungguh memperhatikan orang lain. Namun pikiran dan hati kita tidak bisa dipaksa untuk mengikuti penampilan fisik kita, kecuali bila penampilan fisik itu benar-benar merupakan ekspresi yang jujur dan tulus dari hati
Sejumlah pakar ilmu komunikasi dan kepemimpinan sering membedakan soal kemampuan mendengarkan ini dalam berbagai tingkatan. Pertama, kita dapat mendengar (hearing), tetapi sama sekali tidak mendengarkan (listening). Ini hanya berarti bahwa secara fisik telinga kita normal (tidak tuli). Misalnya, saat ada demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, sejumlah orang memberikan semacam orasi dan yang lain mendengar tapi tidak sampai mendengarkan. Buktinya, banyak orang sibuk sendiri dengan obrolan dan kegiatan lainnya yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan orasi yang sedang disampaikan. Jadi, secara fisik mereka mendengar, tapi dalam hati mereka berkata “emangnya gue pikirin”. Juga bila orang sedang mengunjungi berbagai pameran, ikut sekatenan atau pasar malam, dan sejenisnya. Pada saat itu ada banyak suara disana sini, termasuk suara radio, televisi, atau peralatan multi media yang sedang didemonstrasikan penggunaannya. Namun, kebanyakan orang yang mendengar tidak pernah mendengarkan, tidak memberikan perhatian penuh. Apa yang mereka dengar tidak mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka.

Kedua, kita dapat mendengar tapi tidak sampai mendengarkan ketika kita memberikan kesan seolah-olah mendengarkan tetapi sesungguhnya tidak. Artinya, kita cuma pura-pura mendengarkan, cuma basa basi sosial untuk tidak membuat orang lain tersinggung. Pada tahap ini apa yang masuk dari telinga kanan, langsung keluar dari telinga kiri. Informasi, keluhan, nasihat, kritik, atau apapun yang disampaikan lawan bicara kita tidak sampai menetap di otak, apalagi sampai ke dalam hati. Jadi, pada tahap ini pun keterlibatan pikiran dan hati belum terjadi. Biasanya inilah yang terjadi saat seorang pegawai mendengarkan atasannya memberikan pengarahan yang membosankan. Para penatar P-4 di masa Orde Baru, mungkin banyak didengarkan dalam arti ini juga.

Ketiga, kita dapat mendengarkan secara amat selektif. Kita mendengarkan juga, tetapi tidak sampai memahami secara utuh apa yang sebenarnya ingin disampaikan lawan bicara. Kita hanya sibuk mencari cara untuk memberikan tanggapan balik kepada lawan bicaranya, entah dengan maksud untuk menyenangkan ataupun dengan maksud untuk mencari kelemahan dari kata-kata yang disampaikan lawan bicara kita. Misalnya, dalam diskusi yang sarat dengan adu argumentasi. Pihak-pihak yang setuju dan pihak-pihak yang berpendapat sebaliknya hanya mendengarkan pihak lain dalam rangka mencari-cari alasan untuk “memukul balik”. Tidak ada kejujuran dan ketulusan untuk memahami secara sungguh-sungguh. Kita berusaha mencari pembenaran dari pendapat kita sendiri.

Keempat, kita dapat mendengarkan secara logika. Pada tahap ini kita sudah melangkah lebih jauh dari sekadar hearing. Kita mendengarkan dengan “otak”, mampu mengingat/menghafal apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita. Jika kita diminta mengulangi apa yang telah dikatakannya secara verbal, maka kita dengan mudah akan dapat melakukannya. Sebagian besar mahasiswa, saya kira, mendengarkan kuliah-kuliah dikampus dalam arti ini. Mereka ikut kuliah dan bisa menjawab soal ujian semester persis seperti yang dikuliahkan dosen sebelumnya. Masalahnya, apakah mereka sungguh-sungguh mengerti (understanding) atau baru sekadar tahu (knowing)?

Kelima, kita dapat mendengarkan sampai benar-benar memahami apa yang sesungguhnya ingin disampaikan lawan bicara kita. Pada tahap ini kita mendengarkan dengan tujuan untuk memahami sepenuhnya. Dan ini tidak saja menuntut keterlibatan pikiran, tetapi juga ketulusan hati. Sebagian orang menyebut tahap ini sebagai empathic listening.
Jika Mary Kay Ash mengatakan bahwa mendengarkan adalah seni, saya kira ia bicara soal empathic listening di atas. Dan dalam pengertian ini mendengarkan tidak saja menyangkut soal apa yang didengar secara verbal (kata-kata) atau fisik (mimik muka yang bisa dibuat-buat) , tetapi juga pesan yang disampaikan secara nonverbal, yakni lewat bahasa tubuh, intonasi, dan kecepatan suara. Lebih jauh, empathic listening dapat dikatakan upaya mendengarkan dari hati ke hati, bukan sekadar dari telinga ke telinga atau dari pikiran ke pikiran. Jadi ada keterlibatan diri secara total.

Mendengarkan dengan melibatan diri secara total (telinga, pikiran, dan hati) mengandung sedikitnya dua konsekuensi. Pertama, kita harus bersedia membuat pikiran kita terbuka (open mind) untuk dipengaruhi. Kedua, karena kita bersedia dipengaruhi, maka kita dimungkinkan untuk mengubah persepsi awal kita yang mungkin keliru. Dengan kata lain, empathic listening membantu kita untuk memahami kerangka pikiran dan perasaan lawan bicara kita, dan dengan pemahaman itu kita diperhadapkan pada kemungkinan mengubah persepsi awal kita. Bila persepsi kita berubah, maka kemungkinan sikap dan perilaku kita pun akan berubah. Inilah, hemat saya, yang tidak disukai banyak orang. Kita, khususnya orang berusia dewasa, tidak suka berubah. Kita cenderung mempertahankan apa yang kita miliki, termasuk pandangan dan sikap dasar kita terhadap persoalan-persoalan hidup. Kita sudah merasa benar, merasa tahu, merasa mengerti persoalan, dan sikap dasar gede rasa ini menutup telinga pikiran dan hati kita.

Saya kira, proses reformasi yang sedang kita jalani di negeri ini terhambat oleh ketidakmampuan banyak pihak, terutama para pemimpin formal (baca: pejabat) di lembaga tertinggi dan tinggi negara untuk mendengarkan aspirasi rakyat banyak secara empatik. Dari hari ke hari sangat sulit mencari tanda-tanda (sign) bahwa para pejabat itu benar-benar mendengarkan pandangan pihak-pihak yang berbeda dengan dirinya. Demonstrasi buruh yang sering marak juga mengindikasikan bahwa eksekutif puncak perusahaan, baik milik negara maupun swasta murni, juga tidak mendengarkan aspirasi para buruh yang ketakutan karena merasa periuk nasi satu-satunya selalu terancam hilang dalam hitungan detik. Sangat sulit mengusahakan adanya kesepahaman, sekalipun ada begitu banyak forum “dialog” yang dibuat. Akar masalahnya adalah karena masing-masing atau salah satu pihak tidak pernah sungguh-sungguh mendengarkan secara empatik. Para pejabat dan eksekutif perusahaan cenderung merasa paling benar, sudah tahu, sudah mengerti dan tidak mau mendengarkan. Pada sisi lain, rakyat banyak dan kaum buruh merasa tetap tidak dimengerti, tidak dipahami, tidak didengarkan sungguh-sungguh. Akibatnya buntu, mandeg, not going anywhere. Kebuntuan ini memicu berbagai bentuk tindak kekerasan sebagai cara menyatakan dan memaksakan kehendak.

Mungkin baik jika setiap pemangku jabatan kepemimpinan di berbagai organisasi politik maupun ekonomi/bisnis, belajar kembali (re-learn) ilmu psikologi komunikasi. Kita perlu mengingatkan para pejabat itu bahwa perasaan “didengarkan” ibarat oksigen bagi jiwa. Pihak-pihak yang merasa tidak didengarkan berada dalam posisi sesak nafas, kekurangan oksigen. Jiwanya meronta-ronta. Ekspresi dari jiwa yang dying (sekarat) ini bisa macam-macam. Mulai dari diam, apatis, sampai demonstratif atau bahkan beringas tak karuan. Yang dibutuhkan mungkin bukan sekadar alternatif solusi yang rasional, tetapi perasaan “didengarkan” secara empatik, dimengerti, dipahami apa adanya. Apabila rakyat banyak atau kaum buruh merasa bahwa para pemimpin formal itu sungguh-sungguh mendengarkan jeritan hatinya, maka solusi alternatif yang rasional tentu banyak gunanya. Namun tidak sebaliknya. Banyaknya solusi yang rasional tidak dengan sendirinya membuat rakyat dan buruh pabrik merasa didengarkan. Jadi, dengarkanlah lebih dulu, berusahalah mengerti lebih dalam, bukalah pikiran, rendahkanlah hati untuk menerima kemungkinan bahwa anda keliru mempersepsi persoalan.

Sejauh yang saya pahami, di dunia ini tidak ada hal yang lebih mengerikan daripada pemimpin yang merasa dirinya paling benar, paling tahu/pintar, paling mengerti dan karenanya tidak bersedia berubah sama sekali. Sebab bila pemimpin merasa dirinya serba super, maka ia telah kehilangan kemanusiawiannya dan tak lagi mampu mendengarkan dengan pikiran hatinya (mind-heart) .

Sekali lagi, mendengarkan sebagai salah satu atribut penting kepemimpinan, adalah seni dalam mengelola perubahan. Dan mengelola perubahan di tengah paradok globalisasi versus otonomi daerah, pertama-tama dan terutama memang merupakan tanggung jawab para pemimpin. Pemimpinlah yang harus mengambil inisiatif untuk lebih banyak mendengarkan, dalam arti membuka pikiran dan menyediakan hati untuk mengubah salah persepsi yang mungkin dimilikinya. Pemimpinlah yang pertama-tama harus mentransformasikan dirinya untuk menjadi lebih manusiawi. Dengan cara itu ia dapat benar-benar memimpin proses transformasi masyarakat dan organisasi dimana ia dipercaya untuk kurun waktu tertentu.

Haruskah kita mengundang Mary Kay Ash untuk memberikan “pelatihan” kepemimpinan kepada para pemimpin kita? Mudah-mudahan tidak.[]

* Andrias Harefa adalah pembelajar sekolah kehidupan. Selain sebagai motivator, pembicara publik, trainer, dan ia juga telah menulis 25 buku laris



---------------

Orang yang sukses akan memetik manfaat dari kesalahan-kesalahannya
dan mencoba lagi dengan cara lain. (Dale Carnegie)

Cara kita memandanng persoalan adalah persoalan itu sendiri. (Stephen Covey)

Kapanpun Anda mengalami konflik dengan seseorang, ada satu
faktor yang bisa membedakan antara konflik yang merusak dan
konflik yang memperkuat hubungan yaitu sikap (Timothy Bentley)

Kesalahan kita yang paling buruk adalah terlalu sibuk mengurusi kesalahan
orang lain. (Kahlil Gibran)



-------------


MENGAPA TERJADI KE KENTALAN DARAH
DALAM TUBUH ?

Ada satu pertanyaan yang masuk ke mailbox saya, yaitu "Mengapa harus minum
air putih banyak-banyak. .?"
Well, sebenarnya jawabannya cukup "mengerikan" tetapi karena sebuah
pertanyaan jujur harus dijawab dengan jujur, maka topik tersebut bisa dijelaskan
sbb:

Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri dari air.

Malah ada beberapa bagian tubuh kita yang memiliki kadar air di atas 80%.Dua
organ paling penting dengan kadar air di atas 80% adalah :
Otak dan Darah. !!

Otak memiliki komponen air sebanyak 90%,
Sementara darah memiliki Komponen air 95%.

Jatah minum manusia normal sedikitnya adalah 2 liter sehari atau 8 gelas
sehari.

Jumlah di atas harus ditambah bila anda seorang perokok.

Air sebanyak itu diperlukan untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh
kita lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi.
Apa yang terjadi bila kita mengkonsumsi kurang dari 2 liter sehari...?

Tentu tubuh akan menyeimbangkan diri. Caranya...?
Dengan jalan "menyedot" air dari komponen tubuh sendiri.Dari otak...?

Belum sampai segitunya (wihh...bayangkan otak kering gimana jadinya...),
melainkan dari sumber terdekat : Darah. !!

Darah yang disedot airnya akan menjadi kental.
Akibat pengentalan darah ini, maka perjalanannya akan kurang lancar
ketimbang yang encer.

Saat melewati ginjal (tempat menyaring racun dari darah)
Ginjal akan bekerja extra keras menyaring darah.
Dan karena saringan dalam ginjal halus, tidak jarang darah yang kental bisa
menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal.

Akibatnya, air seni anda berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan
ginjal. Bila dibiarkan terus menerus, anda mungkin suatu saat harus menghabiskan
400.000 rupiah seminggu untuk cuci darah

Eh, tadi saya sudah bicara tentang otak ' kan...?

Nah saat darah kental meng alir lewat otak, perjalanannya agak terhambat.
Otak tidak lagi "encer", dan karena sel-sel otak adalah yang paling boros
mengkonsumsi makanan dan oksigen,

Lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya..(ya wajarlah namanya juga kurang
makan...)

Bila ini ditambah dengan penyakit jantung (yang juga kerjanya tambah berat
bila darah mengental... ),maka serangan stroke bisa lebih lekas datang

Sekarang tinggal anda pilih: melakukan "investasi" dengan minum sedikitnya 8
gelas sehari- atau- "membayar bunga" lewat sakit ginjal atau stroke.

Anda yang pilih...!

I S I T S T I L L P O S I B B L E T O C R E A T E D R E A M S ?




Ada satu pepatah klasik yang sering diajarkan pada kita sewaktu kecil yang mengatakan "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit". Dalam perkembangannya, berapa banyak dari kita yang merasa dirinya sebagai orang dewasa yang masih `mempercayai' pepatah klasik tersebut ? Atau lebih dalam lagi, berapakah di antara kita yang mau `mempercayai' nya, melakukannya dan berhasil mencapainya ? Ataukah kita hanya menganggapnya sebagai hiburan bagi anak kecil belaka ? Jika sebagian dari anda mungkin menganggap mempunyai cita-cita atau impian hanya sebagai suatu khayalan belaka, mengapa hampir semua buku motivasi dan buku-2 pengembangan diri justru terus menerus mengingatkan kita akan pentingnya mempunyai impian yang harus dicapai di dalam hidup ?

Faktanya, hampir sebagian besar orang saat ini mendasarkan hidupnya pada realitas yang ada, dan hanya sebagian kecil yang masih mempunyai impian dan menganggap impian itu bisa diwujudkan dalam hidupnya. Banyak hal yang membuat hal tersebut terjadi. Yang pertama, karena dalam masa pertumbuhan kita, terutama saat kita berada dalam usia pertumbuhan mental hingga 7 tahun, kita banyak menerima hal-hal yang berupa `doktrin' yang dimasukkan oleh orang tua, guru, serta lingkungan. Ada hal-hal yang positif yang dimasukkan, seperti budi pekerti, tata krama, dan sopan santun. Namun seringkali masuk juga doktrin yang `negatif' yang bisa menghambat pertumbuhan mental kita, seperti "Kamu kan dilahirkan sebagai anak orang miskin, jadi jangan berharap jadi orang kaya", "Kamu kan wanita, jadi enggak usah sekolah tinggi-tinggi nantinya, toh bakalan jadi ibu rumah tangga juga", "Jangan jadi orang kaya, orang kaya itu jahat", dan sebagainya. Doktrin semacam itu apabila diterima oleh pikiran kita berulang kali, akan dianggap sebagai suatu kebenaran. Dan akibatnya,
dapat menurunkan tingkat kreativitas kita dalam menginginkan sesuatu. Dalam satu survey yang pernah diadakan di USA, ada sekelompok anak kecil yang berusia 0 hingga 5 tahun yang disurvey, dimana tingkat kreativitas mereka bisa mencapai hingga 95 %. Pada saat mereka berusia 5 hingga 7 tahun, anak-2 yang sama tersebut disurvey kembali, dan tingkat kreativitas mereka menurun hingga sekitar 15 %.

Yang kedua, system pendidikan kita lebih mengutamakan cara berpikir yang mengandalkan logika daripada kreativitas. Seorang anak yang pandai matematika dicap sebagai anak pandai, sedang anak yang lebih suka menggambar tapi kurang suka matematika dicap anak bodoh. Cara berpikir logika ini akhirnya terus terbawa hingga kita dewasa, sehingga saat kita menciptakan impian, tanpa sadar kita akan bertanya dalam hati "Logis nggak kalo saya pengen jadi orang kaya, dengan kondisi saya yang biasa-2 saja sekarang ini" misalnya.

So, dengan keadaan pikiran kita yang banyak dipengaruhi oleh doktrin-2 dari lingkungan tersebut, masihkah kita bisa menciptakan impian yang membuat hidup kita menjadi lebih baik ? BISA, dengan menciptakan kondisi-2 tertentu sebagai berikut.

1. Apabila anda berpikir selalu berdasarkan logika, buat suatu impian yang `masuk akal' menurut logika anda. Menurut suatu penelitian, suatu impian akan dianggap masuk akal oleh orang-orang yang selalu berpikiran logis, apabila hanya meningkat sekitar 20% hingga 30 %, atau maksimal meningkat `satu level' dari kondisi anda saat ini. Misal, gaji anda saat ini adalah satu juta rupiah. Punya impian untuk meningkatkan pendapatan menjadi 1,2 juta hingga 1,3 juta tahun depan masih masuk akal. Anda saat ini naik sepeda, ingin mempunyai sepeda motor dua tahun lagi masih masuk akal. Anda naik motor saat ini, punya impian membeli mobil bekas tiga tahun mendatang masih masuk akal.

2. Bagi anda yang cara berpikirnya tidak terbatasi oleh logika, dan lebih mengandalkan kreativitas (otak kanan), boleh saja membuat impian yang setinggi mungkin. Misal anda saat ini hanya mempunyai sepeda, dan ingin memiliki mobil BMW, itu impian yang normal-normal saja. Kadang-2 dalam seminar saya, ada orang yang bertanya, "Kalau begitu, orang yang berpikiran dengan logika impiannya dibatasi dan `kalah level' donk dengan impian orang yang berpikiran menggunakan kreativitas ? Sama-sama asalnya punya sepeda, yang berpikir logika anda sarankan punya motor dulu, yang berpikiran dengan kreativitas anda sarankan boleh mempunyai BMW". Saya selalu bertanya balik ,"Kalau begitu, apakah menurut anda langsung mempunyai impian punya BMW `masuk akal" dan logis ?" Tentu tidak, menurut orang yang berpikiran logis. Karena itu, lebih baik orang yang berpikiran logis dalam membuat impian dibuat bertahap daripada langsung besar. Misal, dari sepeda – motor – mobil bekas – mobil kijang – mobil BMW. Urutan seperti itu akan lebih masuk akal dibanding anda langsung ingin mobil BMW.

3. Ciptakan kondisi yang menyentuh emosi anda, sehubungan dengan impian tersebut. Semakin dalam emosi yang terkait dengan impian tersebut, semakin kuat motivasi anda untuk mencapainya. Misal anda ingin mempunyai motor baru, apa manfaatnya bagi anda secara emosi ? Apakah hanya sekedar untuk meningkatkan gengsi anda ? Jika hanya ini alasan anda, bisa jadi impian ini bisa tidak tercapai, karena alasan emosionalnya kurang kuat. Mungkin bila alasannya ingin membuat istri anda bangga karena anda telah bekerja keras mencapainya, akan lebih memotivasi anda untuk bekerja keras mencapainya.

4. Buat impian anda secara spesifik dan tertulis. Semakin spesifik, akan semakin mudah mencapainya. Jadi, daripada anda mengatakan ingin computer saja, akan lebih baik jika anda mengatakan ingin computer Pentium IV, memory 512 MB, layar VGA 128 MB, harddisk 60 MB dan sound card.

5. Ciptakan batas waktu, kapan impian tersebut harus dicapai. Buat batas waktu yang menurut anda logis dan bisa dicapai. Misal anda ingin mempunyai tabungan 100 juta rupiah. Dengan penghasilan anda perbulan saat ini yang sekitar 2 juta rupiah misalnya, mungkinkah impian tersebut bisa dicapai dalam 1 tahun ? Jika tidak mungkin, panjangkan waktunya menjadi 7 atau 8 tahun misalnya, tentu lebih masuk akal.

6. Buat `pengumuman' kepada orang-2 di sekitar anda (bisa rekan kerja, istri, suami, atau orang tua), bahwa anda akan mencapai suatu tujuan tertentu. Mereka bisa menjadi semacam `pendorong' tidak langsung, karena anda akan dihadapkan pada kondisi malu bila ternyata tidak berhasil mencapai apa yang telah anda `umumkan'.

7. Buat kondisi seolah-olah anda sudah memiliki apa yang anda inginkan. Misalnya anda ingin motor baru. Sering-2lah pergi ke showroom motor, cobalah rasakan duduk di salah satu motor baru disana, rasakan emosi apa yang anda rasakan ketika mencoba duduk disana. Contoh kedua : Apabila anda ingin menjadi seorang manager di perusahaan anda, misalnya. Cobalah untuk berpakaian sebagaimana layaknya seorang manager. Pelajari dengan baik bagaimana seorang manager berbicara kepada anak buahnya. Jika memungkinkan, cobalah sekali-kali mencoba duduk di kursi manager. Rasakan apa emosi yang anda rasakan ketika anda duduk disana. Ingat, otak bawah sadar kita tidak bisa membedakan mana yang impian dan mana yang realitas. Semakin sering kita menciptakan kondisi seolah-olah impian kita sudah tercapai, akan semakin mendekatkan cara pikir dan tindakan kita menuju impian tersebut.

8. Cari seorang mentor atau tokoh panutan yang bisa anda tiru. Dengan belajar dari seorang mentor, anda akan lebih cepat mencapai impian anda, karena anda belajar dari kesuksesan dan kesalahan orang tersebut, sehingga anda tidak perlu melakukan `trial & error" dalam mencapai impian tersebut. Seorang mentor bisa berarti orang yang anda
kenal, yang mau membimbing anda mencapai seperti apa yang dia telah capai, ataupun anda bisa belajar dari cara kerja orang sukses yang bisa anda baca di buku-buku.

9. Masuk ke dalam `dunia' impian anda. Misal, apabila anda menginginkan menjadi seorang pembicara, cobalah bergaul dengan orang-2 yang sudah berprofesi tersebut, dan cobalah menjadi seorang ahli di sana. Anda harus tahu bagaimana bersikap saat diatas panggung, anda harus tahu bagaimana menciptakan suasana yang mengesankan bagi para penonton, anda harus tahu siapa-2 saja event organizer yang biasa menyelenggarakan seminar, anda harus tahu lokasi-2 mana saja yang bagus untuk dijadikan tempat seminar, anda harus tahu buku-2 apa saja yang dibaca oleh para pembicara, anda harus tahu musik apa yang harus digunakan saat pembukaan acara, dll. Intinya, jadilah seorang expert di bidang yang anda suka.

10. Take Action ! Mulailah melangkah, detik ini juga setelah anda membaca artikel ini. Sebagus apapun impian anda tentu tidak akan terwujud tanpa tindakan nyata dari anda.

Satu hal yang pasti, anda pasti akan menemui hambatan dalam mencapai impian anda tersebut. Tidak ada kegagalan di dalam mencapai suatu impian, yang ada hanyalah orang yang berhenti melakukannya. Karena itulah maka dia disebut gagal. Jadi, janganlah berhenti sebelum impian anda tercapai. Sukses untuk anda !



---------------



Tips 163: Sepuluh Cara Mudah Mencerdaskan Emosi Anda

Saya kok merasa agak gimana gitu ya. Soalnya, Saya lupa dari mana sumbernya tips ini. Tapi menurut Saya, akan sangat bermanfaat bagi kita semua jika Saya berbagi tips ini dengan Anda. Berikut ini adalah 10 tips yang cukup sederhana untuk memuluskan jalan Anda menuju keberhasilan dan kesuksesan.

10 tips ini adalah tips-tips yang terbilang mudah untuk dilatih dan diimplementasikan. Seingat Saya, semuanya powerful dan sangat membantu untuk kepentingan stabilitas emosi di tengah cuaca dan musim yang gak karuan seperti sekarang.

MULAILAH DENGAN CERDAS LITERASI

Maxudnya, perkayalah vocabulary emosi Anda dengan berbagai kata-kata yang erat hubungannya dengan perasaan. Menurut sejumlah sumber, daftar "perasaan" itu ada sekitar 200-an kosa kata. Kemudian, biasakanlah mengatakannya secara eksplisit atau implisit, dalam cara yang "gue banget".

Berilah label pada perasaan Anda dan bukan pada orang atau situasinya. Gunakanlah kata-kata perasaan se-spesifik mungkin.

"Aku ngerasa udah nggak sabar nih."

bukan

"Ini udah keterlaluan."

"Ndengerin kamu, aku kok merasa sakit hati ya."

bukan

"Kamu emang nggak sensitif deh."

"Heehh... gua jadi ngeri nih!"

bukan

"Elu nyupir udah kayak oran gila!"

"Saya kok merasa tidak enak hati ya," bukan seperti kalimat pertama Saya di atas.

Dengan cerdas emosi secara literasi, Anda akan menjadi lebih mudah memahami, menyelami, dan mengontrol emosi Anda pribadi.

BEDAKAN PIKIRAN DARI PERASAAN

Pikiran:

"Saya merasa seperti..."
"Saya merasa seolah-olah. .."
"Saya merasa bahwa..."

Perasaan:

"Saya merasa..."

Gunakan secara langsung kata-kata perasaan yang terkait dengan perasaan Anda. Hilangkan kata penghubungnya.

Dengan lebih mampu membedakan pikiran dari perasaan, Anda akan menjadi lebih yakin dengan berbagai jawaban, inspirasi, keputusan dan tindakan Anda sendiri.

BERTANGGUNGJAWABLAH UNTUK PERASAAN ANDA

"Aku merasa cemburu."

bukan

"Engkau membuatku cemburu."

Yang cemburu adalah diri Anda sendiri. Yang menciptakan perasaan cemburu adalah emosi Anda sendiri. Bukan orang lain, bukan situasi atau keadaan.

"Saya merasa marah karena perbuatan kamu!"

bukan

"Perbuatan kamu membuat Saya marah!"

Yang marah adalah diri Anda sendiri. Yang menciptakan kemarahan adalah emosi Anda sendiri. Bukan orang lain, bukan situasi atau kejadian.

Dengan bisa bertanggungjawab untuk emosi Anda, Anda akan lebih independen, lebih mandiri, dan lebih percaya diri.

GUNAKAN PERASAAN UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN

Tips yang satu ini bisa cukup berbahaya. So untuk latihan awal, sebaiknya Anda TIDAK KELUAR dari kerangka berikut ini.

"Apa yang akan Saya rasakan jika Saya melakukan ini?"
"Apa yang akan Saya rasakan jika Saya tidak melakukannya?"

Dengan terlatih jernih dalam melibatkan perasaan di dalam mengambil keputusan, Anda akan terlatih lebih baik untuk mengambil keputusan dalam cara yang lebih presisi. Intuisi Anda akan bisa diandalkan dan tidak akan menyesatkan.

Tips keputusan berbasis intuisi ini bisa membantu Anda.

DEMONSTRASIKAN PENGHARGAAN TERHADAP PERASAAN ORANG

Bukan hanya menghargai, tapi lebih dari itu demonstrasikanlah penghargaan Anda terhadap perasaan orang lain.

"Apa perasaan kamu kalo aku pilih yang ini?"
"Apa perasaan Anda jika Saya tidak melakukannya?"

Dengan menghargai emosi orang lain, orang lain juga akan menghargai emosi Anda. Dengan mendemosntrasikanny a kepada orang lain, orang lain juga akan mendemonstrasikanny a untuk Anda.

FEEL THE ENERGY NOT THE ANGRY

Manfaatkanlah apa yang disebut orang dengan "marah", sebagai alat bantu dan motivasi untuk bertindak produktif.

Belajarlah untuk mahir memisahkan "sebab kemarahan" dari "energi kemarahan". Saat Anda berhasil, Anda bisa melupakan sebabnya dan memanfaatkan energinya.

Cara yang mudah adalah dengan menjadikan apa yang pasti pernah Anda katakan ini menjadi sebuah skill. Sadarilah saat Anda mengatakannya. Latihlah mengatakannya dalam konteks positif.

"Awas ya..."
"Liat nanti..."
"Pada suatu saat..."
"Liat gue dua tahun lagi..."

Tempatkanlah ungkapan di atas dalam kerangka positive thinking, supaya energinya juga positif.

Dengan mampu mengelola energi emosi, Anda akan mendapatkan "turbo charge" untuk perjalanan Anda menuju sukses. Emosi Anda tidak lagi destruktif, ia telah menjadi bahan bakar.

Tips ini emosi mungkin bisa mengingatkan Anda kembali.

VALIDASI PERASAAN ORANG

Bukan hanya penghargaan, tapi juga tunjukkan bahwa perasaan orang lain itu memang "ada".

Tunjukkan empati, simpati, pengertian, dan PENERIMAAN akan keberadaan perasaan orang lain.

Latihlah kemampuan ber-empati dan ber-simpati Anda.

Jika Anda bisa menemukan bahwa emosi orang lain memang ada, maka mereka juga akan menemukan bahwa emosi Anda pun ada.

AMBIL NILAI POSITIF DARI BERBAGAI EMOSI

Latihlah paket-paket pertanyaan ini.

"Bagaimana rasanya?" dan "Apa yang bisa membuat Saya merasa lebih baik?"

"Bagaimana perasaan Anda?" dan "Apa yang bisa membuat Anda merasa lebih baik?"

Dengan terbiasa mengambil nilai positif, Anda akan makin pandai "menyamankan" perasaan Anda. Dengan perasaan yang nyaman, Anda akan bisa berjalan dengan melenggang.

BELAJARLAH MENDENGAR

DENGARLAH dengan EMPATI tanpa PENGHAKIMAN.

Mendengar, adalah keahlian yang paling sulit untuk dikuasai.

Dengan kemampuan mendengar yang lebih baik, orang lain akan lebih mendengarkan Anda.

Tips mendengar ini bisa membantu Anda.

HINDARI MEREKA DAN APA YANG MENYIKSA PERASAAN ANDA

Tentu saja, ini tidak bisa selalu Anda lakukan, tapi setidaknya, kurangilah kebersamaan Anda bersama mereka. Atau, cobalah berbagai cara agar Anda tidak berada di bawah kekuasaan psikologis mereka.

Cara yang paling tokcer, adalah "balas kejahatan dengan kebaikan." Dan dalam banyak hal, Anda pasti lebih mudah melakukannya. Dengan pilihan ini, Anda malah tidak menghindar tapi menghadapi dengan tenang. Alias, bersabar.

Menerima kiriman spam? Ya tinggal dihapus saja, nggak perlu marah.
Diejek orang? Senyum aja, walaupun kecut.

KESIMPULAN

Saya merasa senang karena sekarang, Anda pasti makin paham tentang semua ini. Semoga bermanfaat.

Stress di Kantor ? Coba Gerakan Ini




Mendadak bos Anda datang sambil membawa tumpukan berkas. "Tom, bikin
proposal penawaran secepatnya. Ini semua bahannya. Pelajari dan nanti
jam 9 malam, proposal itu sudah ada di meja saya!" katanya. Ini adalah
perintah yang Anda harus kerjakan. Tak peduli tiba-tiba bos Anda jadi
lebih mirip monyet, atau wanita yang baru Anda kenal membuang jauh-jauh
kartu nama Anda karena ingkar janji makan malam, atau timbunan rasa
penat yang mendadak muncul, toh proposal itu harus selesai tepat pada
waktunya.

Apa yang kita hadapi di kantor, di rumah, di jalan, terkadang membuat
Anda mendadak stres. Belahan dada sekretaris bos yang sejak pagi menjadi
hiburan hari ini, mendadak menjadi menyebalkan. Semuanya menyebalkan:
Mulai dari komputer, pulpen, kopi, dinding, sepatu, AC, dan sebagainya.

Sebelum stres itu membunuh Anda, Caninews memberikan 4 jurus pamungkas
yang mungkin bisa mengurangi rasa penat yang tiba-tiba muncul (tentu
saja Anda tak berpikir konyol bahwa kami bisa mengurangi pekerjaan Anda
kan?). Bahkan, membuka sejenak halaman Caninews, dan melupakan sejenak
himpitan yang datang tiba-tiba, bisa menjadi obat yang manjur. Tapi
baiklah, inilah empat cara pembunuh stres Anda:

1) BUAT LEHER ANDA RELAKS.
Angkat tangan kiri Anda dan lingkarkan di atas kepala sampai menyentuh
kuping kanan. Tarik kepala Anda ke arah kiri menjauhi bahu kanan, lalu
tahan. Lakukan untuk sisi lainnya.

2) TEKAN TANGAN ANDA.
Satukan telapak tangan Anda , dan tekan jari Anda secara bersamaan
sambil menarik nafas.

Kemudian buang nafas ketika mengendurkan tekanan pada jemari Anda.
Lakukan ini sebanyak lima atau enam kali.

3) ATUR MAKAN.
Jika Anda sedang dalam keadaan stres berat, sebaiknya makanlah makanan
yang rendah lemak dan kaya protein seperti ikan. Sebab, percayalah,
stres bisa membuat nafsu makan Anda bertambah.

4) BERDIRI SAAT MENERIMA TELEPON.
Anda akan meregangkan otot Anda dan bernafas lebih dalam, sehingga
mengalirkan darah yang kaya akan oksigen lebih banyak ke otak Anda.

Ketika Anda berpikir bahwa gerakan ini begitu sederhana, cobalah di saat
Anda merasa stres. Anda akan terkejut sendiri melihat efektivitas
gerakan ini. Kami telah buktikan sendiri -sehingga mendadak, sekretaris
yang menyebalkan itu menjadi cantik kembali. Hip... hip... hurrraaaa!!! !

Stress di tempat kerja: Kenali dan Kelola

Stress bisa dipicu masalah kecil, seperti bunyi telpon yang terus
berdering, peralatan kantor yang sebentar-sebentar rusak, dan
sebagainya. Atau lantaran masalah besar, seperti terlalu banyak atau
terlalu sedikit pekerjaan, tidak menyukai pekerjaan, kekhawatiran bakal
dipecat, atau tidak bisa akur dengan atasan.
Umumnya, masalah-masalah besar mudah menyulut stress, sehingga orang
menjadi merasa tidak bahagia dan kehilangan produktifitas. Namun stress
dalam tingkatan yang tidak terlalu berat justru dapat merangsang orang
untuk menjadi kreatif dan banyak akal. Tapi bila beban stress sudah
terlalu berat, bukan hanya berdampak pada psikis namun juga pada fisik
yang cukup parah.

Oleh karena itu, kenalilah sumber utama yang dapat memicu stress.

- Kewenangan
Banyak studi menunjukkan bahwa pekerja yang merasa mempunyai
tanggungjawab yang besar, namun hanya mempunyai sedikit kewenangan dalam
pengambilan keputusan, beresiko mengalami masalah pembuluh jantung, dan
berbaggai penyakit yang terkait dengan stress.

- Kompetensi
Apakah Anda peduli pada kemampuan Anda untuk selalu tampil prima? Apakah
Anda merasa cukup tertantang? Anda merasa tidak aman dengan pekerjaan
Anda? Perasaan tidak aman pada perkerjaan adalah pemicu utama stress
pada banyak pekerja.

- Kejelasan
Perasaan ketidakpastian pada tugas-tugas, berbagai perubahan, atau
ketidakjelasan tujuan perusahaan dapat memicu munculnya stress.

- Komunikasi
Tekanan di tempat kerja sering diakibatkan oleh buruknya komunikasi,
yang dapat berujung stress. Ketidakmampuan mengekpresikan kepedulian,
frustasi, atau emosi dapat memicu stress.

- Dukungan
Ketiadaan dukungan rekan kerja, akan mempersulit upaya mengatasi
masalah-masalah dalam pekerjaan sehingga menyebabkan stress.

- Signifikansi
Bila Anda mengganggap bahwa pekerjaan yang Anda lakukan tidak berharga
dan tidak merasa bangga karenanya, Anda akan merasakan tekanan stress.

- Tanggungjawab bertambah
Tambahan tanggungjawab kerja akan menambah tekanan stress.

Nah agar tidak menjadi korban deraan stress, maka Anda perlu mengelola
stress di tempat kerja. Anda perlu berbuat sesuatu untuk memperingan
tekanan yang bisa memicu stress

- Temui atasan Anda
Sedikitnya setahun sekali (lebih sering lebih baik), Anda perlu
membicarakan kinerja Anda dengan atasan. Sambil mencaritahu kelemahan
yang perlu dibenahi dan kekuatan yang perlu dikembangkan, Anda dapat
mencari "bocoran" tentang arah kebijakan perusahaan. Selain itu, Anda
pun dapat mengkonfirmasikan isu-isu yang mungkin menyebabkan
ketidaknayamanan dalam bekerja. Dengan demikian Anda dapat
mempersiapakan diri Anda, untuk menghadapi hari-hari mendatang, tanpa
terkaget-kaget.

- Atur waktu sebaik-baiknya
Tinggalkan pekerjaan Anda di kantor, jangan dibawa ke rumah. Bila Anda
sering mengorbankan waktu bebas untuk menyelesaikan pekerjaan,
tanda-tanda stress adalah ganjaran yang bakal Anda dapatkan. Bila
majikan Anda menawarkan jadwal kerja yang fleksibel, manfaatkan
kesempatan tersebut dengan menyesuaikan gaya kerja Anda. Misal, datang
lebih pagi agar bisa menikmati waktu istirahat siang yang lebih panjang,
atau pulang lebih cepat. Manfaatkan wakktu luang tersebut untuk
berolahraga atau bersantai.

- Matikan alat komunikasi
Ponsel dan internet memungkinkan setiap orang untuk dihubungi setiap
saat. Namun jangan biarkan teknologi menghapus batas antara waktu Anda
dan jam kerja Anda. Tinggalkan ponsel Anda, atau putuskan untuk tidak
menerima telepon ketika Anda sedang beristirahat, atau bersantai bersama
keluarga. Hindari memeriksa e-mail kerja ketika sedang di rumah.

- Tahu kapan harus keluar
Bila Anda merasa sangat menderita lantaran didera stress pekerjaan, dan
saran di atas tidak berhasil, mungkin sudah saatnya Anda berpikir untuk
berganti pekerjaan. Namun Anda harus yakin bahwa masalahnya ada pada
perkerjaan atau pada Anda. Sebaiknya, Anda meluangkan waktu untuk
mencari pekerjaan sebelum benar-benar mengundurkan diri. Menjadi
pengangguran juga dapat menyebabkan stress. Idealnya, Anda telah
mendapat pekerjaan baru sebelum mengundurkan diri, meskipun terkadang
sulit terlaksana. Oleh karena itu putuskan, mana yang lebih baik;
menjadi pengangguran atau menderita karena pekerjaan.


----------

Hindari 6 Pembunuh Karir Anda

6 hal itu tidak hanya akan menjadi perintang melainkan bahkan juga akan membunuh karir Anda.

1. Bangga

Keberhasilan demi keberhasilan di tempat kerja membuat Anda merasa luar biasa sehingga cenderung mengecilkan fakta bahwa itu semua tak lepas dari dukungan atau pun asistensi orang-orang di sekitar Anda, dan khususnya mereka yang berada di bawah Anda. Anda pun menjadi seorang yang egosentris, dam lambat-laun --mungkin tanpa Anda sadari- mulai meremehkan dukungan orang lain. Kebanggaan pada diri yang berlebihan akan mematikan semangat tim yang hakikatnya dibangun dari bawah dan bisa mempercepat laju karir seseorang. Merasa diri adalah bagian dari kesatuan sebuah tim, akan memberi sukses yang berjangka panjang.

2. Iri Hati

Penghargaan kepada individu diberikan oleh perusahaan berdasarkan prestasi yang dicapai oleh yang bersangkutan. Tapi, Anda selalu mempertanyakan, "Apa dia pantas mendapatkannya?" dan lalu merasa, "Saya lebih pantas." Perasaan seperti itu bisa merusak dan menjauhkan Anda dari kemampuan untuk fokus pada tugas dan tanggung jawab yang ada di tangan Anda sendiri. Menjadi orang yang selalu mencemburui orang lain di tempat kerja bisa menyabotase harga diri Anda. Dan, harga diri adalah karakteristik penting dari setiap pekerja atau pun eksekutif yang sukses. Daripada iri hati, lebih baik saling bergandeng tangan bahu-membahu, dan itu bisa memotivasi kerja menuju sukses.

3. Marah

Kemarahan perlu dikontrol. Marah tidak memberi keuntungan apapun di tempat kerja. Tak seorang pun akan terbantu kalau Anda marah. Sebaliknya, marah hanya akan merusak reputasi dan citra Anda di mata teman, atasan maupun bawahan. Boleh saja Anda tidak setuju dengan orang lain, dan berusaha untuk melindungi kepentingan Anda akan sebuah pekerjaan atau proyek yang sedang Anda tangani. Dan bagus kalau Anda merasa passionate pada tugas Anda. Namun pelajarilah bagaimana menyalurkan emosi-emosi itu dalam aksi-aksi yang akan menguntungkan Anda di mata orang lain, khususnya tentu di mata atasan. Seorang yang mudah marah jarang sekali mendapatkan promosi kenaikan jabatan karena dinilai akan sulit menginspirasi atau memotivasi orang lain.

4. Berpikir pendek

Selalu ingin "lebih" dan "segera" adalah hasrat yang mendasari setiap usaha untuk mencapai tujuan-tujuan karir. Namun, menyalurkan hasrat itu secara ekstrim, misalnya dengan "menghalalkan segala cara" akan merugikan diri sendiri. Anda jadi kehilangan arah dan kehidupan Anda menjadi tidak seimbang. Jalan menuju sukses menghendaki pendekatan jangka panjang dalam semua aspek pekerjaan. Fokus pada kecepatan dan capaian-capaian jangka pendek hanya baik untuk sesaat, dan ketika dihadapkan pada hal-hal di tahap berikutnya, Anda tidak siap.

5. Mudah puas

Pada sisi lain, mudah puas dan kemalasan tidak memiliki tempat di dunia kerja. Setelah berhasil mencapai satu tahap lalu berhenti dan berharap capaian itu bisa mengantarkan ke sukses berikutnya dalam perjalanan karir adalah mustahil. Lebih-lebih dalam iklim kompetitif dewasa ini, hanya mereka yang terus berproses dan menindaklanjuti pertumbuhannya, dan senantiasai memperbarui kontribusinya yang akan sukses.

6. Ketidakseimbangan

Sejumlah orang bergerak naik terlalu cepat dalam jenjang jabatan perusahaan tapi kemudian berakhir dengan kegagalan. Segala yang berlebihan dan tidak wajar tidaklah bagus --khususnya jika Anda tidak siap dengan tantangannya. Penting untuk memastikan bahwa Anda tidak hanya siap secara profesional untuk mengambil tantangan yang lebih besar, tapi juga kehidupan personal juga mesti disiapkan untuk tuntutan-tuntutan baru tersebut. Mencapai sukses karir sebaiknya tidak mengesampingkan keseimbangan hidup, dan hasrat profesional yang "salah tempat" bisa menciptakan masalah di kemudian hari.

TEN STEPS TO LEADERSHIP DEVELOPMENT



Step Two : History of Leadership
(Seri III)


Leadership definition – ten steps to leadership development.

What is the perfect definition of leadership? In order to understand what you are trying to achieve, it’s important to understand a true leadership definition.

Leadership takes into account several key characteristics – 14 leadership traits. These leadership traits are clearly defined and thoroughly explained on the following link.

While keeping the 14 leadership traits in mind, one must understand the differentiation between a Manager, and a Leader.

Management, involves making sure that tasks are completed properly and in a timely manner. In contrast, Leadership, is more about dealing with people versus tasks. In effect, leadership is more complex because people are so complex.

Great leaders are able to positively influence people to do what’s necessary to complete a task. Not because a person of authority has instructed them to complete the task, but because the employees wants to complete the task. In short, the definition we subscribe to is: “Leadership is effectively influencing others.”

It’s important to note that as our society has evolved, so has our understanding of leadership. In the early 1900’s, leadership was seen as an innate quality. All of the great ones had it and everyone else admired those superb individuals. Leadership was perceived simply as a quality an individual was born with.

In the 1930’s, leadership was defined as a characteristic one could learn and develop with the assistance of a respected mentor. In 1948, General Omar N. Bradley defined leadership as, “…the art of influencing human behavior through ability to directly influence people and direct them toward a specific goal.”

In 1958, this leadership definition was offered by General Maxwell D. Taylor, “Leadership is the art of influencing and directing men in such a way as to obtain their willing obedience, confidence, respect and loyal cooperation in order to accomplish a mission.” Note the shift in thinking to include the concept of willingness.

Jump ahead to 1986, and General John Wickler’s leadership definition, “the process by which an individual determines direction and influences others to accomplish the mission of the organization.”

It’s true, not only do leaders use their talents and experience to influence others, they also focus only on those activities necessary to achieve a desired outcome.

Leaders help others to believe in the vision, goal or objective. Leaders define the work environment and provide the framework to support their team. Leaders identify the priorities as well as provide the direction for completing tasks on time.

In conclusion, it is important to note that the primary measurement of leadership success, is the final outcome or result. Every leader is 100% accountable for the bottom-line results of the team.

Great leaders are the first to give the credit for successful results to the team. These same great leaders are the first to accept the blame personally when the team fails to perform.

In this same spirit, President Harry S. Truman subscribed to the famous leadership definition, “The Buck Stops Here!”

Apa Prestasi Anda?
Mungkin Anda sudah sekian tahun bekerja. Apa prestasi Anda selama sekian tahun itu? Bila Anda tidak bisa menjawab pertanyaan ini dalam 5 detik, maka Anda perlu merenung ulang. Untuk mendapatkan pekerjaan baru, daya saing Anda bisa lebih tinggi bila Anda bisa merumuskan prestasi Anda dalam pekerjaan sekarang atau sebelumnya.

Deskripsi mengenai prestasi Anda bisa menjadi nilai tambah karena deskripsi tugas saja bisa jadi belum cukup. Kandidat lain dengan latar belakang pekerjaan yang serupa dengan Anda mungkin mencantumkan deskripsi tugas yang mirip. Jadi pertimbangkanlah untuk menampilkan prestasi Anda di tempat kerja sekarang atau terdahulu di dalam resume Anda. Pekerja yang berkualitas pasti mempunyai prestasi, tetapi memang tidak mudah untuk merumuskannya dalam bentuk tulisan. Mungkin tips di bawah ini bisa membantu Anda.

Apa
Ada beberapa jenis prestasi yang mungkin bisa dipikirkan, pilih yang paling relevan.
1.
Pencapaian target. Cobalah untuk mengumpulkan dan mengingat-ingat target yang dibebankan oleh supervisor atau perusahaan kepada Anda. Target pribadi ataupun target tim sama-sama bisa digunakan. Tentunya tidak dalam semua proyek atau penugasan Anda selalu sukses. Pilih di mana Anda berhasil. Bila itu merupakan target pribadi, maka besar kemungkinan Anda adalah faktor penentunya. Tetapi bila itu merupakan pencapaian target tim maka Anda harus mendefinisikan kontribusi Anda dalam pencapaian itu secara jelas.

2.
Menepati tenggat waktu. Ada yang mengatakan bahwa salah satu kunci sukses dalam bisnis adalah kecepatan. Jadi, dapat dikatakan hampir semua industri harus berpacu dengan waktu dan karyawan ditekan untuk bekerja cepat agar bisa memenuhi tenggat waktu yang ketat. Tidak heran bila karyawan-karyawan yang mampu melaksanakan tugas dengan hasil yang berkualitas dan tepat waktu biasanya dihargai. Cantumkan ini bila Anda memang baik dalam hal ini.
3.
Pemecahan masalah. Harus diakui, bisnis tidaklah sederhana. Bisnis selalu kompleks dan penuh dengan masalah sehingga karyawan yang bisa menangani masalah dengan baik biasanya menjadi salah satu "bintang" di perusahaannya.
4.
Tugas ganda. Ada banyak orang yang bagus dan trampil menangani suatu tugas atau proyek yang datang silih berganti. Tetapi hanya sedikit yang tetap mampu menunjukkan hasil kerja yang berkualitas, bila diberi beberapa tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang kurang lebih bersamaan. Jadi, bila Anda mempunyai kemampuan ini tampilkanlah hal ini dalam resume Anda.

Bagaimana
Cara Anda merumuskan prestasi dalam bentuk tulisan sama pentingnya dengan isinya itu sendiri.
1.
Pencapaian target akan lebih mudah dicerna bila hal itu dikuantifikasikan atau disajikan dalam bentuk yang terukur. Misalnya pencapaian target penjualan. Anda bisa menyebutkan : meningkatkan sales menjadi dua kali lipat dalam waktu 3 bulan atau melampaui target penjualan lebih dari 50%. Contoh lain yang berkaitan dengan pemecahan masalah misalnya: menangani hutang dan melakukan penagihan dengan tingkat keberhasilan 85%.
2.
Lengkapi dengan konteksnya. Penjabaran konteks ini juga bisa membantu pembaca untuk lebih mudah menilai kualitas prestasi Anda. Contoh : sebutkan besaran atau skala organisasi perusahaan Anda, posisi produk/jasa perusahaan Anda di pasar atau kondisi sosial ekonomi setempat ketika prestasi Anda itu diraih.
3.
Jangan berlebihan. Jangan menggunakan "make-up" yang terlalu tebal untuk memikat orang lain. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengedepankan prestasi Anda secara proporsional.
4.
Nyatakan dengan singkat dan jelas. Gunakan bullet-point. Kalimat yang terlalu panjang membuat orang malas membaca atau salah-salah malah membingungkan.

Sumber karir.com

Memancing Kreativitas




Berapa kali Anda merasa otak tiba-tiba kosong dan tidak tahu harus
melakukan apa, yang sialnya selalu terjadi saat Anda dikejar deadline
laporan yang harus diberikan pada atasan? Bukan hanya itu, Anda tidak
bisa menulis apa-apa karena tidak ada bayangan apa yang harus ditulis,
sehingga hanya mampu menatap kertas kosong dengan perasaan tak berdaya.
Ups, jangan panik dulu. Ini kukan pertanda Anda mulai pikun (dan percaya
deh, Anda tidak mengidap penyakit Alzheimer yang menyerang secara
mendadak). Bisa jadi, hal ini disebabkan karena Anda harus mulai
menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.

Jadi bagi Anda yang mungkin saat ini sedang pusing karena terlalu sibuk,
istirahat dulu sebentar dan simak artikel berikut. Siapa tahu akan
membantu.

1. Lakukan pada waktu yang tepat

Kebanyakan orang yang telah berumur berpikir lebih jernih pada
pagi hari; sedangkan mereka yang lebih muda, pada siang hari. Temukan
kapan waktu Anda yang tepat, dan selesaikan masalah-masalah yang
memerlukan pemikiran di waktu-waktu tersebut.

2. Pendidikan tinggi - namun jangan terlalu berlebihan

Pendidikan sekolah memiliki pengaruh besar dalam memupuk
kreativitas seseorang terutama pada masa-masa akhir kuliah, namun
pengaruh tersebut mulai menurun setelah lulus. Pendidikan memang sangat
penting, namun hal itu tidak menjamin kesuksesan Anda di bidang tersebut
(alias banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan) .

3. Mengikuti nasehat Konfusius

salah satu petunjuk mengingat yang selalu digunakan oleh para
ahli yang melakukan penelitian tentang ingatan : Supaya tidak lupa bila
ada hal penting, tulis di secarik kertas. Sebagaimana kata pepatah Cina,
tulisan yang tintanya tidak jelas bertahan lebih lama daripada ingatan
paling kuat sekalipun.

4. Tampil bersemangat dengan doping

Penelitian menunjukkan kadar kafein dalam secangkir kopi dapat
membantu kita berkonsentrasi terhadap sesuatu hal dengan lebih baik.
Namun bagi Anda yang rentan atau mudah terkena depresi, sebaiknya
jauhkan diri dari sentuhan kopi karena akan berakibat buruk bagi sel-sel
otak.

5. Hubungkan hal baru dengan yang lama

Dengan menghubungkan informasi atau hal-hal baru dengan apa yang
telah Anda ketahui, percaya deh, akan lebih mudah untuk mengingatnya
kembali.

6. Berlatih terus

Belajar dan melatih kemampuan yang baru didapat dengan
berulang-ulang akan mengubah organisasi internal otak, yang pada
akhirnya akan sangat membantu dalam melakukan proses mengingat. Jadi
kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.

7. Beri kesempatan pada ide-ide baru

Kebanyakan dari kita memperoleh kelebihan kemampuan yang dengan
cepat menyaring fakta yang ada dan dengan cepat pula memutuskan
"ya-atau-tidak" . Kreativitas memerlukan lebih banyak waktu senggang atau
pendekatan yang lebih santai - yaitu dengan memberikan ruang bagi
ide-ide gila Anda.

8. Pilih profesi yang menghadirkan tantangan bagi otak dan pasangan
yang cerdas

Orang-orang yang berkarir di bidang yang memerlukan tingkat
konsentrasi atau penggunaan intelegensi tinggi besar kemungkinannya
untuk dapat mempertahankan kognisinya di level tertinggi. Selain itu,
menikahi seseorang yang pintar juga dapat membantu Anda untuk terus
mendapat stimulasi tingkat tinggi.

9. Jangan ragu untuk mengetahui hal-hal baru

Kreativitas kerap diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengadaptasikan satu cara penyelesaian masalah ke masalah lain yang
berbeda. Banyak sekali contoh kreativitas manusia yang bermula dari
hal-hal kecil (namun menjadi besar), misalnya ide membuat pin untuk
membuka kaleng minuman ringan yang berasal dari cara seseorang membuka
kulit pisang.

10. Belajar dari pengalaman Da Vinci

Seperti halnya Da Vinci yang terkenal dengan ide-ide
revolusionernya (dan membuatnya dijuluki sebagai pelopor jaman
rennaisance) , tidak ada salahnya melakukan hal-hal yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan, yang tujuannya adalah untuk merangsang
stimulasi otak. Beberapa diantaranya misalnya melakukan juggling bola
atau menulis dengan tangan kiri (atau kanan bagi Anda yang kidal).

11. Perhatian

Pernah mengalami lupa nama seseorang beberapa saat setelah Anda
bertemu atau berkenalan dengannya? Masalahnya bukan pada ingatan Anda,
namun lebih ke arah konsentrasi yang tercurah saat itu. Dengan
bertambahnya umur, kita harus lebih sering mengulang-ulang informasi
yang baru didapat supaya masuk ke pusat penyimpanan data yang terletak
di dalam otak kita.

12. Mendengarkan musik klasik

Seorang psiolog eksperimental menemukan sebuah bukti yang
mendukung adanya "Efek Mozart" - otak yang terekspos (dalam hal ini
mendengarkan) musik klasik (contohnya Mozart) akan dirangsang sedemikian
rupa sehingga informasi yang kita peroleh dapat masuk lebih cepat ke
dalam otak.

13. Menjaga kebugaran badan

Banyak yang percaya bahwa dengan berolah raga, maka kemampuan
berpikir/mengingat juga akan semakin menguat. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke dalam otak,
sehingga merangsang sel-sel otak untuk tumbuh lebih pesat. Meski
penelitian belum membuktikan pandangan ini akurat, rasanya tidak ada
salahnya kalau dicoba.

14. Mencoba sesuatu yang baru

Dalam sebuah studi yang membandingkan orang-orang yang mudah
mengalami burnout dengan mereka yang dapat mempertahankan
kreativitasnya, diketahui bahwa kelompok yang terakhir dapat
mempertahankan penampilannya karena terus berusaha menambah
pengetahuannya. Jadi, siapa bilang membaca itu tidak penting?

15. Hindari hal-hal yang bisa membuat Anda tidak fokus

Saat berada dalam situasi chaos atau berisik di mana banyak
hal-hal di sekitar yang mampu mengganggu konsentrasi. Seandainya harus
mengerjakan sesuatu yang penting, akan lebih baik bila Anda mampu
menjauh dari lingkungan tersebut, misalnya dengan menyendiri di tempat
sepi supaya lebih berkonsentrasi.

Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah untuk tetap mengobarkan
semangat (rasa cinta) Anda terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan!
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan seorang psikolog Belanda terhadap
master dan grandmaster catur menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat kecerdasan diantara mereka. Satu-satunya yang membedakan adalah
: para grandmaster menyukai dan menghayati permainan catur. Ini
menunjukkan bahwa semangat seseorang adalah pemicu yang paling baik bagi
kreativitas. Coba saja kalau tidak percaya! (unknown)

--------------



----------------

Rahasia #9 Keberhasilan Michael Jordan

Ini adalah kelanjutan dari serial artikel ”23 Rahasial Keberhasilan Michael Jordan”

Selamat Pagi Rekan-rekan Milis, setelah libur sejenak di weekend kemarin, kini kita melakukan tugas & karya kita masing-masing di minggu ini. Berikut kelanjutan kisah Michael Jordan:

Rahasia #9 : Halangan dan tantangan tidak boleh menghentikan langkah anda. Jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya atau mengitarinya.

Apa yang diperagakan MJ selama dalam karirnya adalah, dia tipe orang yang tidak mudah untuk menyerah pada keadaan.

Kisah MJ dalam menghadapi tantangan
Kisah ini terjadi pada pertandingan Washington Bullets melawan Chicago Bulls di 1993. Smith seorang pemain Bullets berhasil mengumpulkan 37 angka malam itu. Smith mengguman di depan MJ dengan wajah jenaka, “Permainan yang mengesankan.” MJ menjadi marah. Dia tidak berkata satu patah kata pun dalam perjalanan menuju Washington , tempat Bulls harus bertanding satu kali lagi melawan Bullets. Dia tidak makan. Dia tidak minum BJ. Amstrong mendekatinya untuk menenangkan MJ. MJ berkata, ”Jangan tersinggung, tetapi besok saya akan melakukan apa yang harus saya lakukan.”

Dalam pertandingan selanjutnya, setengah babak pertama, MJ hampir menyamai total nilai yang dikumpulkan Smith pada permainan sebelumnya. Selama permainan dia tidak pernah melepaskan Smith. Itulah gaya khas MJ dalam menghadapi tantangan.

Beberapa cerita MJ tentang halangan dan tantangan.
* Ketika Bulls ketinggalan 16 angka oleh Vancouver di quarter ke empat, MJ mencetak 18 angka berturut-turut untuk memenangi pertandingan tersebut. Setelah usai pertandingan seluruh pemain Bulls berlari ke lorong menuju ruang ganti sambil menyanyikan jingle iklan Gatorade, ”....Like Mike! If we could be like Mike!...” Seperti Mike! Anda saja saya bisa seperti Mike!

* Pada pertandingan di Orlando tahun 1991, pelatih Tim Orlando Magic, Goukas melakukan penggandaan penjagaan untuk MJ, sehingga hanya Horace Grant dan Scottie Pippen yang berjuang keras menekan tim Magic. Delapan hari kemudian, Magic melakukan perjalanan ke Chicago , namun sang pelatih menolak melipatgandakan penjagaan untuk MJ. Saat itu MJ mencetak 64 angka. Dan selama permainan itu MJ memasang wajah kecewa ketika melewati Goukas, seakan-akan menyayangkan mengapa dirinya tidak dijaga begitu ketat.

* Lain lagi dengan pertandingan final di Chicago, antara Bulls melawan Hawks. Waktu yang tersisa hanya dua puluh detik dan Steve Kerr memegang bola untuk Chicago . Dia pun mulai bergerak maju menuju keranjang, dan MJ tahu bahwa gerakan Steve tidak akan berhasil. MJ lalu meminta waktu time out (istirahat jeda). Sehingga sekarang, bola tersebut beralih ke tangan MJ. Dan dengan gerakan pasti MJ berhasil memasukkan bola dan memenangi pertandingan tersebut.

* Kejadian berikut pada pertandingan final tahun 1989 Knicks melawan Bulls. Dan Bulls unggul terhadap Knicks dengan skor 3-2. Mendekati akhir pertandingan, pelatih Knicks meminta waktu istirahat. Sang pelatih mengatakan, “apapun yang kita lakukan, kita tidak akan membiarkan Michael Jordan mengalahkan kita. Jangan biarkan dia menangkap bola. Saya ingin dua dari kalian menghadangnya dan jika dia berhasil mendapatkan bola, segera jaga dia dengan ketat.”

Namun apa yang terjadi?
MJ melawan pertahanan mereka. MJ mendapatkan bola. MJ menggiring bola melalui jebakan, ditabrak, memasukkan bola melalui lemparan bebas. Hingga akhirnya MJ memenangi pertandingan tersebut.

Bagaimana cara MJ mengatasi kendala dan halangan. Berikut cerita MJ:
”Pada waktu itu kaki saya terkilir, seluruh kaki saya membengkak. Kejadian ini terjadi dalam sebuah pertandingan penentuan. Saya balut kaki saya dengan kencang, dan juga tali sepatu saya, dan saya tetap bermain. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya mengompresnya dengan es. Keesokan harinya saya kompres lagi seluruh kaki dengan es. Namun apa yang terjadi? Malam itu saya berhasil mencetak 64 angka melawan Orlando. Semuanya itu hanyalah permainan pikiran. Saya tahu hal ini bisa diajarkan, karena semuanya datang dari dalam diri kita. Saya berharap bahwa semua orang yang mendengarkan cerita saya, dapat melihat ke dalam diri mereka dan berusaha lebih keras lagi.”

MJ punya semboyan bermain untuk menang. Keinginan kuat ini cukup untuk membuat MJ melupakan rasa sakit dan nyeri. Untuk mengubah faktor-faktor yang melemahkan menjadi kekuatan untuk mencapai hasil maksimalnya.

Dia juga pernah mengalami luka di lututnya, sehingga ditutupi luka itu dengan kain bantalan kecil. Teman-temannya tidak ada yang tahu kalau MJ terluka kakinya. Keesokan harinya, MJ tetap bertanding dengan kaki yang masih terbalut, kaki yang sakit dan lutut yang nyeri dan menjadi penentu pertandingan. Sungguh... ambang rasa sakitnya sungguh luar biasa. Jauh diluar jangkauan pemain lainnya.

Sulit untuk tidak menempatkan MJ di posisi yang lebih tinggi. Jarang sekali, olah raga dikaruniai seorang pemain sejati seperti MJ. Seseorang yang tujuannya hanya satu, yaitu kemenangan bagi dirinya dan tim yang diperjuangkannya.

Pelajaran untuk topik ini:
Selalu ada jalan keluar untuk suatu masalah yang kita hadapi. Halangan dan tantangan tidak boleh menghentikan langkah anda. Jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya atau mengitarinya.

Mungkin bagi sebagian orang, persaingan itu terlalu berat, tetapi dalam suatu bisnis, ini justru merupakan hal yang terbaik. Mengapa? Karena persaingan memastikan agar setiap pihak yang terlibat akan berupaya untuk menjadi yang terbaik. (Andrew Carnegie)

Why organizations fail




Daewoo founder, Kim Woo-Choong, is reported to be contemplating suicide over his role in the organization' s $80bn downfall in 1999. But what factors could be responsible for bringing such a giant to its knees? Why organizations fail investigates, and shows how many are quick to blame leaders for organizational failure…

It may come as a surprise to learn that Henry Ford went bankrupt five times before he ever made money from making cars. But as we enter the 21st Century, his famous words still ring true. Lessons can be learned from business failures, and practices developed that prevent failure from repeating itself.

As little as 15 years ago Pan American World Airways, better known as Pan Am, was one of the most famous airlines on the planet. Now it no longer exists. Although once a successful organization, it began to struggle to achieve goals and performance began to slip. When combined with bad publicity from security scares, the effects turned out to be terminal.

Companies such as Pan Am provide classic case examples of failure. From examining such cases, current literature has identified four notable areas of failure within organizations.

Failure at the top
When an organization fails, it makes complete sense that the CEO and other leaders become the 'fall guys'. They are the ones who must ultimately bear responsibility for failure. But why can they be blamed?


* Leaders can fail to create a clear vision and direction for the organization
* Leaders can fail to develop an effective business strategy
* Leaders can fail to make tough business decisions
* Leaders may have an unhealthy approach to risk taking.
* Therefore leaders can fail to perform the functions that are most critical to the organizations' current needs.


Customer and marketing failures
Failure can also point towards shortcomings in an organization' s approach to its customers and markets. It is often said that organizations are destined to fail if they do not satisfy the growing needs of their customers. The following factors are often highlighted:


* There may be a lack of knowledge about the competition
* A deterioration of key accounts
* A lack of creativity and innovation
* A poor marketing plan
* This approach believes that understanding failure involves coming to grips with customer and marketing issues in so much as a lack of proficiency in these areas will lead to a rapid change in fortunes.


Financial management failures
Another area of failure involves finance and its management. A multitude of financial factors can be identified which can cause failure:


* Excessive debt
* Excessive overhead
* Ineffective financial control services
* Inability to control organizational spending
* Financial management can have a tremendous impact on an organization' s ability to compete and can serve as an early warning system of potential failure.


System and structural failure
This area of failure is concerned with the internal operating systems that influence an organization' s ability to compete. Failure can be caused by systems and operating practices that do not function properly - for example a management information system that provides out of date information which can then cause leaders to make ill-informed decisions. Other factors include:


* Technology problems
* Unclear performance standards
* Lack of continuous improvement
* Centralized authority structures
* It is argued that organizations fail when their systems fail to stay aligned with current strategies and needs.


All of these four areas can be viewed as pieces of a puzzle about organizational failure, and thus for a clear view of the problem they should be looked at as a whole. An underlying theme seems to be that the leadership style impacts in several key areas and has profound implications on whether or not an organization will succeed.

Survey
For the purposes of this article, the authors carried out a survey on front-line supervisors and managers asking what factors they thought contributed to organizational failure.


One supervisor stated that the reason why his organization failed was that it spent more time looking at what it wanted to achieve than it did on actually getting the job done. Does this mean that a leadership style that concentrates more on planning than execution is likely to lead to failure?

"I strongly believe that there is often more to be learned from failure than there is from success if we but take the time to do so." -Henry Ford

From the survey, six of the top causes of failure are as follows:

Ineffective leaders
Poor leaders create tremendous stress on the rest of the management team and the workforce as a whole. They are likely to make poor decisions and organizational performance will suffer as a direct result.

Communication meltdown
The managers surveyed felt that having the proper flow of information as well as useful interaction with others was critical in getting good results. For example, poor bottom-up communication deprives leaders of day-to-day business information whilst poor top-down communication can result in failure to understand the direction of leaders. Communication is the lifeblood of any organization, and when breakdowns occur performance will be seriously affected.

Lack of direction
A lack of focus, vision or direction hampers goal setting and team building and reduces the manager's willingness to take risks. This can in turn affect innovation and problem solving

Lack of planning
Failure to plan leads to failure to organize and control operations. This can result in every issue leading to a crisis that demands an immediate solution. The old saying goes "those who fail to plan, plan to fail." Take heed of the five P's - poor planning produces poor performance.

Inability to change
Reluctance to change can produce stagnant organizations that fail to exploit new avenues of opportunity. Many organizations talk openly about change, but then fail to implement it at the workgroup and individual level.

Poor customer service and relations
Organizations fail when people across all departments lose sight of who the customer is and how he/she can be reached. Without customer satisfaction, the organization' s long-term success is in doubt as the customer is the ultimate judge of service.

Conclusions and implications
Failure is difficult to experience and even more difficult to talk about.

The results of the study show that front-line managers feel that business leaders can do more to improve the functioning of the organization by solving easily recognizable problems. The difficulty is that such problems are often deeply rooted and interrelated, which makes them difficult to change in practice.

It is noteworthy that front-line managers tend primarily to see organizational failure as a result of bad leadership. They appear to be crying out for the tools and the direction necessary to be successful.

What lessons can be learned from this? One manager said "when we do a good job of managing and leading our people it is amazing how well things flow, but when we take our eye off the simple and even basic things, trouble looms ahead."

Therefore, effective leaders make things flow. A good leader may be inclined to look at the organization as a whole in order to determine to what extent any of the causes of failure outlined above are present within an organization.

An even better leader would include front-line managers in the assessment process - realizing that a leadership style that encourages proactivity and involvement is one of the key ingredients of organizational success.

Siapa Saja Orang Terkaya di Dunia TI?
Wicak Hidayat - detikinet

Tokoh TI Terkaya (wikipedia)

Jakarta - Bill Gates sukses menjadi orang terkaya di Amerika Serikat versi majalah Forbes melalui perusahaan piranti lunak Microsoft. Selain Gates, siapa lagi orang terkaya di AS yang meraup hartanya dari dunia teknologi informasi (TI)?

Seperti dikutip detikINET dari TechCrunch, Jumat (19/9/2008), Larry Ellison dari Oracle adalah orang TI terkaya berikutnya setelah Bill Gates. Ia menduduki posisi tiga dalam daftar Forbes.

Menyusul kemudian adalah Michael Dell, pendiri produsen komputer Dell, pada posisi ke-11. Dell disusul oleh Paul Allen, pendiri Microsoft, pada posisi ke-12.

Duet Google Sergey Brin dan Larry Page berturut-turut ada di posisi 13 dan 14 dalam daftar tersebut. Kekayaan dua tokoh itu hanya terpaut 0,1 miliar.

Tokoh lain yang juga tercantum adalah Steve Jobs pada posisi ke-61. Kemudian patut jadi perhatian adalah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, yang masuk dalam daftar Forbes pada posisi ke-321.

Berikut adalah daftar lengkap tokoh-tokoh dunia TI yang masuk dalam daftar orang terkaya versi majalah Forbes (nomor urut menunjukkan posisinya dalam daftar Forbes):

1. Bill Gates (Microsoft), USD 57 miliar
3. Larry Ellison (Oracle), USD 27 miliar
11. Michael Dell (Dell), USD 17.3 miliar
12. Paul Allen (Microsoft), USD 16 miliar
13. Sergey Brin (Google), USD 15.9 miliar
14. Larry Page (Google), USD 15.8 miliar
15. Steve Ballmer (Microsoft), USD 15 miliar
33. Jeff Bezos (Amazon), USD 8.7 miliar
47. Rupert Murdoch (News Corp.), USD 6.8 miliar
54. Pierre Omidyar (eBay), USD 6.3 miliar
59. Eric Schmidt (Google), USD 5.9 miliar
61. Steve Jobs (Apple), USD 5.7 miliar
84. Gordon Moore (Intel), USD 4.4 miliar
84. John Sall (SAS Institute), USD 4.4 miliar
91. David Sun (Kingston Technology), USD 4 miliar
91. John Tu, (Kingston Technology), USD 4 miliar
105. Richard Shulze (Best Buy), USD 3.5 miliar
144. Ray Dolby (Dolby), USD 2.9 miliar
161. Mark Cuban (Broadcast.com), USD 2.6 miliar
246. Irwin Jacobs (Qualcomm), USD 1.9 miliar
246. Omid Kordestani (Google), USD 1.9 miliar
262. Henry Samueli (Broadcom), USD 1.8 miliar
281. David Filo (Yahoo), USD 1.7 miliar
321. Amar Bose (Bose), USD 1.5 miliar
321. Todd Wagner (Broadcast.com), USD 1.5 miliar
321. Mark Zuckerberg (Facebook), USD 1.5 miliar
355. Richard Egan (EMC), USD 1.4 miliar
355. Vinod Khosla (Sun Microsystems), USD 1.4 miliar
355. Theodore Waitt (Gateway), USD 1.4 miliar

Tips Konsentrasi




Kunci utama yang dibutuhkan oleh kita untuk bisa berhasil pada suatu hal yang kita kerjakan adalah pada faltor konsentrasi. Jika kita bisa fokus untuk berkonsentrasi maka, segala sumber daya yang kita miliki akan bisa mengalir dengan maksimal untuk tujuan yang kita butuhkan, seperti saat kita belajar, bekerja, atau pun melakuan hal apapun dengan lebih berkonsentrasi akan menghasilan hal yang maksimal.

Sebelum mencoba menjabarkan lebih lanjut lagi, coba secara sederhana saya akan menjabarkan apa itu konsentrasi. Konsentrasi adalah fokus atau pemusatan fikiran kita terhdap suatu hal yang kita kerjakan dengan mengenyampingkan hal yang lain. Dan perlu diketahui bahwa tiap orang mempunyai level konsentrasi yang berbeda.

Dalam tulisan ini pertama saya akan mencoba menjelaskan beberapa faktor yang menurut saya dapat menyebabkan kita tidak bisa konsentrasi atau yang menghambat konsentrasi
1. Belum memiliki tujuan terhadap apa yang dikerjakan
2. Kekurangan minat terhadap sesuatu yang dikerjakan
3. Urusan-urusan kecil atau fikiran-fikiran yang melintas dalam otak sehingga sering memecah perhatian yang sedang dipusatkan Gangguan kesehatan atau keletihan.
4. Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri.
5. Rasa Bosan
6. Kondisi Fisik yang menurun atau Rasa Lelah
7. Lingkungan yang tidak mendukung (berisik, Lingkungan berantakan, atau gangguan-gangguan yang tidak perlu)

Setelah mengetahui beberapa hambatan yang dapat membuat kita tidak konsentrasi, saya akan coba menjabarkan bagaimana kita untuk bisa berkonsentrasi.
1. Berdoa kepada Tuhan YME
2. Tetapkan target yang akan kita capai dalam melakukan sesuatu, dan berikan kejelasan batas waktu yang akan kita kerjakan
3. Persiapkan segala sesuatu sesuai dengan yang kita lakukan (persiapan yang matang)
4. Memberikan tantangan kepada diri Anda untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. (Beri semangat dan motivasi diri)
5. Pusatkan perhatian hanya pada pekerjaan yang sedang anda lakukan. Usahakan saat mengerjakan suatu tugas, jangan memikirkan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
6. Jangan biarkan mata Anda menatap berkeliling, tetapi jaga agar tetap menatap ke arah pekerjaan Anda,kita harus mengawasi pikiran kita secara sadar dan mencegah diri kita agar tidak terpengaruh gangguan apapun yang dapat mempengaruhi konsentrasi kita
7. Hindarkan diri anda dari gangguan-gangguan yang tidak perlu seperti interupsi telpon yang tidak penting, obrolan rekan kerja anda, dan tamu tak diundang.
8. Disiplin pada waktu.
9. Perhatikan Kondisi Fisik, jika perlu tetapkan waktu istirahat untuk memulihkan kelelahan dalam berkonsentrasi.

Kemampuan konsentrasi bukan bakat yang diperoleh sejak lahir tapi kebiasaan yang dapat dilatih. Pada dasarnya konsentrasi adalah akibat dari perhatian yang ditimbulkan secara sadar oleh seseorang. setiap orang dengan melatih diri dan mengembangkan minatnya dapat meningkatkan kemampuan konsentrasinya sehingga menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan sewaktu-waktu diperlukan. konsentrasi memiliki manfaat yang luar biasa terhadap hidup kita. Konsentrasi dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan ketenangan pikiran.

Konsentrasi adalah merupakan suatu aktivitas. Tentu saja, semakin kita praktekkan dan latih, akan semakin baik pula kemampuan konsentrasi kita. Kita tentunya tidak mengharapkan untuk bisa menjadi hebat tanpa pelatihan. Sama juga halnya dengan konsentrasi. Konsentrasi adalah seperti otot tubuh, semakin kita melatihnya, maka akan semakin kuat pula jadinya. Memang tidak ada latihan khusus yang spesifik untuk konsentrasi, namun hidup memberikan begitu banyak kesempatan bagi kita untuk melatih konsentrasi. Kuncinya adalah untuk selalu mengambil kesempatan untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi. Semoga tulisan ini dapat membantu anda dalam meningkatkan konsentrasi. (EA)

---------------

Komunikasi yang Efektif
Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel

Ketika kembali dari Singapura sehabis menerima MTV Awards Asia, Piyu,
salah seorang personal grup band PADI membawakan sebuah buku yang sangat
bagus buat saya. Judulnya Say it like Shakespeare karya Thomas Leech
seorang pakar dan konsultan komunikasi bisnis, pembicara publik yang
terkenal di Amerika Serikat. Kliennya termasuk perusahaan-perusaha an
besar yang terdaftar dalam Fortune 500.

Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah
produk, atau seberapa kuatnya sebuah kasus hukum, kesuksesan tidak akan
pernah diperoleh tanpa penguasaan ketrampilan komunikasi yang efektif.
Apakah anda sedang mempersiapkan presentasi, negosiasi bisnis, melatih
tim bola basket, membangun sebuah teamwork, bahkan menghadapi ujian
akhir gelar kesarjanaan, maka efektifitas komunikasi akan menentukan
kesuksesan anda dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Kemampuan anda dalam
mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi
pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai
media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan
komunikasi yang efektif.

Menurut penulis buku ini tidak ada seorang pun di dunia yang memiliki
kemampuan atau pengetahuan dan pemahaman mengenai komunikasi sebaik yang
dimiliki oleh William Shakespeare, sastrawan Inggris yang sangat
terkenal di abad pertengahan, yang hingga saat ini masih dipandang
sebagai referensi utama sastra dunia. Selama berabad-abad banyak sekali
komunikator ulung di dunia yang mendapatkan inspirasi dan panduan dari
karya-karyanya yang abadi. Buku ini justru menggali lebih dalam
karya-karya sang jenius sastra ini dan mengaplikasikan inspirasi dari
karya-karya tersebut dalam dunia komunikasi baik personal maupun dalam
komunikasi bisnis. Karya-karya Shakespeare ternyata mampu memberikan
pelajaran-pelajaran yang bernilai tinggi untuk menjadi komunikator yang
efektif dan ulung, baik dalam dunia pekerjaan kita maupun dalam
kehidupan pribadi kita.

Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita
perhatikan yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan
(message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau
media), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Kelima
hal inilah yang diuraikan dengan amat menarik melalui
penggalan-penggalan frase dari karya-karya Shakespeare tersebut. Seperti
penggalan syair berikut yang diucapkan oleh tokoh karakter Ulysses yang
diambil dari karya Shakespeare yang berjudul Troilus and Cressida yang
berbunyi:
No man is the lord of anything, Though in and of him there be much
consisting, Till he communicate his parts to others.

Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi yang
efektif yang merupakan salah satu ketrampilan yang amat diperlukan dalam
rangka pengembangan diri kita baik secara personal maupun profesional.
Paling tidak kita harus menguasai empat jenis ketrampilan dasar dalam
berkomunikasi yaitu: menulis - membaca (bahasa tulisan) dan mendengar -
berbicara (bahasa lisan). Bayangkan betapa waktu-waktu kita setiap detik
setiap saat kita habiskan untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari
keempat hal itu. Oleh karenanya kemampuan untuk mengerjakan ketrampilan
dasar komunikasi tersebut dengan baik mutlak diperlukan demi efektifitas
dan keberhasilan kita.

Menurut Stephen Covey, justru komunikasi merupakan ketrampilan yang
paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di
saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan
pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi
begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya
dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari
bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan
efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi
pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk
mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses
pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan
informal lainnya. Bahkan menurut Covey, hanya sedikit orang yang pernah
mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar pelatihan tersebut
adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan
dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap keberadaan
orang lain.

Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantunga n (interdependency)
untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting
dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita
katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan
kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita dibangun dari
teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian) , bukan dari
diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat
atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif
adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi
yang kuat.
Kita bisa menggunakan analogi sistem bekerjanya sebuah bank. Jika kita
mendeposito- kan kepercayaan (trust) kita, ini akan tergambar dalam
perasaan aman yang kita miliki ketika kita berhubungan dengan orang
lain. Jika saya membuat deposito di dalam rekening bank emosi dengan
Anda melalui integritas, yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran,
dan memenuhi setiap komitmen saya, berarti saya menambah cadangan
kepercayaan Anda terhadap saya. Kepercayaan Anda menjadi lebih tinggi,
dan dalam kondisi tertentu, jika saya melakukan kesalahan, anda masih
dapat memahami dan memaafkan saya, karena anda mempercayai saya. Ketika
kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif.
Covey mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening bank
emosi dalam hubungan kita dengan sesama:

Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication-
komunikasi empatik. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita
biasanya "berkomunikasi" dalam salah satu dari empat tingkat. Kita
mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan
yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif
berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun
komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar
berasal dari dalam diri kita.

Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan
komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain - memahami karakter
dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu
hubungan - hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar.
Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji
adalah penarikan yang besar.
Menjelaskan harapan. Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan
berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran
dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.

Meminta maaf dengan tulus ketika Anda membuat penarikan.
Memperlihatkan integritas pribadi. Integritas pribadi menghasilkan
kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda.

Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang
efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada
kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada
integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar
kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan
kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas
dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran
bersifat pasif.

Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang
efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan 5 Hukum
Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang
berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada
dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang
lain.

Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang
pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan
harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek
terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka
kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun
secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to
Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah
satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan
memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang
sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling
dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia
mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan
yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini
adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan.
Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak
tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan
Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun,
mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya
dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk
membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal
terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang
menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken
Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan
atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh
orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan
sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu
kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to
Understand - understand then be understood to build the skills of
empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang
disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar
orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi
dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing)
memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan.
Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari
konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya
komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan
mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita
perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan
sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan
saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari
komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan
efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus
balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi
pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan
untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima
pesan.

Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang
kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan
bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel
sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum
ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar
pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi
personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap
yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran
yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini
merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat
tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan
berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan) , sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa
keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati
pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh
melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator
yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan
orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang
dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan
saling menguatkan.