Jumat, 17 Oktober 2008

AKIBAT DARI KEMARAHAN




Seorang anak memiliki sifat yang suka marah. Ayahnya memberikan kepadanya sekantong
paku dan mengatakan agar setiap kali rasa marahnya timbul, agar ia memasukkan sebuah
paku di dalam pagar kayu yang ada di belakang rumah mereka.

Pada hari pertama ia memaku 37 paku ke dalam pagar. Kemudian secara bertahap setiap
hari jumlah paku yang dimasukkan menjadi kurang. Ia berpendapat bahwa lebih mudah
untuk menguasai rasa marahnya daripada memasukkan paku ke dalam pagar itu.

Akhirnya, tibalah hari di mana anak itu sama sekali tidak timbul rasa marahnya. Hal ini ia
ceritakan kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan anak pemuda itu mencabut
paku-paku itu satu persatu setiap hari ia berhasil untuk mengendalikan rasa marahnya.

Hari lepas hari lewat dan akhirnya tibalah hari dimana ia dapat mengatakan kepada
ayahnya bahwa semua paku di dalam pagar telah tercabut.

Ayahnya membimbing anaknya ke pagar itu. Ia mengatakan, Kamu telah melakukannya
dengan baik, anakku, namun lihatlah lubang-lubang pada pagar itu. Keadaan pagar itu
selamanya tidak akan bisa sama lagi seperti semula. Tatkala kamu mengatakan sesuatu di
dalam kemarahanmu, mereka meninggalkan sebuah bekas luka seperti yang kita lihat.

Kamu dapat memasukkan sebuah pisau di dalam tubuh seseorang. Tidak peduli berapa
kali kamu meminta maaf kepadanya, luka itu masih tetap di sana. Kata-kata yang melukai
sama buruknya seperti luka-luka jasmani.

Rangkuman :
Kata-kata apapun yang diungkap keluar dari mulut maupun terkirim melalui tulisan kepada
orang lain, kitalah yang menentukan untuk memilih apakah akan menorehkan luka
bagi orang lain atau tidak. Pahamilah bahwa luka hati secara perlahan mengikis pondasi
kepercayaan yang telah dibangun. Marilah kita bersikap lebih bijak, berpikir sebelum lidah berucap
menebarkan ribuan huruf kepada orang lain. (MY)

I May Never See Tomorrow

I may never see tomorrow; there's no written guarantee
And things that happened yesterday belong to history.
I cannot predict the future, I cannot change the past,
I have just the present moments, I must treat it as my last.

I must use this moment wisely for it soon will pass away,
and be lost forever, as part of yesterday.
I must exercise compassion, help the fallen to their feet,
Be a friend unto the friendless, make an empty life complete.

The unkind things I do today may never be undone,
And friendships that I fail to win may nevermore be won.
I may not have another chance on bended knees to pray,
and I thank God with a humble heart for giving me this Day

Italia vs Montenegro 2-1
Lagi-Lagi Pas-pasan

Belum ada yang istimewa dari Italia ala Marcello Lippi episode kedua. Setelah kembali menangani tim yang diantarnya menjuarai Piala Dunia 2006, Lippi belum membawa permainan spektakuler dalam tubuh Gli Azzurri.

Untuk keempat kali berturut-turut, Italia bermain pas-pasan. Di awal September, dua kemenangan atas Siprus dan Georgia didapatkan tanpa kesan fantastis. Kondisi fisik para pemain yang belum optimal menjadi alasan.

Bulan ini Italia kembali tidak mengesankan. Kali ini badai cedera yang menimpa sejumlah pemain dituding sebagai penyebabnya. Setelah ditahan Bulgaria 0-0 (11/10), Si Biru hanya mampu menang tipis 2-1 melawan Montenegro di kandang sendiri, Rabu (15/10).

Dari starter yang tampil menghadapi Bulgaria, Lippi hanya mengganti Riccardo Montolivo dengan Alberto Aquilani. Sisanya adalah pemain-pemain yang sama. Uniknya, Aquilani yang kemudian membuat perbedaan.

Gelandang asal klub Roma ini memborong dua gol Italia. Namun, gol keduanya bisa dianggap sebagai bunuh diri Jovan Tanasijevic karena tembakan Aquilani berbelok arah setelah membentur bek Montenegro itu. Ketidakmampuan Italia membuat gol-gol berikutnya nyaris dimanfaatkan lawan.

Montenegro ternyata cukup merepotkan. Dua bintang Serie A, Mirko Vucinic dan Stevan Jovetic, tampil bagus memimpin rekan-rekan setimnya mengancam gawang Italia, yang dikawal deputi Gianluigi Buffon, Marco Amelia.

Lippi mengakui penampilan timnya masih "standar", tapi dia tetap bangga. "Kami meraih empat poin dalam empat hari. Kami sedang mencoba membangun skuad yang baru. Ini butuh waktu dan beberapa kritikus akan mengeluh, tapi saya sama sekali tidak peduli," kata Lippi kepada Football Italia.

Kemenangan 2-1 atas Montenegro ini semakin berarti buat Lippi karena ia sekarang menyamai rekor Vittorio Pozzo di era 1930-an. Digabung dengan catatannya sebelum dan selama Piala Dunia 2006, Lippi kini sudah membawa Italia tak terkalahkan dalam 30 partai. (wid)

Tidak ada komentar: