That you may be strong be a craftman in speech for the strength of one is the tongue, and the speech is mightier than all fighting.-Ptahhotep , written 5.000 years ago
Saya yakin anda pasti tahu atau mengenal kata afirmasi (affirmation) . Affirmation, kalau menurut kamus elektronik Encarta mempunyai makna ”declare something to be true: to declare positively that something is true” (menyatakan sesuatu sebagai hal yang benar) atau ”declare support for something: to declare support or admiration for somebody or something”(menyataka n dukungan terhadap seseorang atau sesuatu).
Afirmasi sangat populer digunakan sebagai alat untuk memprogram ulang pikiran kita. Saya juga membahas mengenai hal ini pada artikel sebelumnya. Dalam kesempatan ini saya ingin mengulas afirmasi dengan cara yang agak berbeda. Saya membahas afirmasi sebagai bagian dari komunikasi kita sehari-hari baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Apa maksudnya?
Selama ini kita telah ”terprogram” bahwa afirmasi adalah kalimat yang kita pilih secara khusus untuk kita baca berulang-ulang, seperti layaknya mantra, agar dapat mempengaruhi pikiran kita. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan pada diri kita.
Kita, selama ini, jarang memperhatikan pilihan kata yang kita gunakan saat kita berkomunikasi. Coba anda renungkan sejenak. Bagaimanakah pola komunikasi anda selama ini. Apakah saat suatu bentuk pikiran (thought) muncul di pikiran (mind) anda langsung bicara ataukah anda memperhatikan dengan saksama pilihan kata yang anda gunakan?
Mengapa kita perlu hati-hati dalam memilih kata? Setiap kata mempunyai kekuatan dalam memprogram pikiran kita. Kata yang kita gunakan ini, suka atau tidak, sebenarnya adalah adalah afirmasi yang sangat dahsyat efeknya. Kata yang kita gunakan, secara sadar atau tidak, menentukan level dan kualitas berpikir kita. Saya teringat saat membaca Bagavadgita. Saat itu Arjuna bertanya kepada kusir kereta kudanya,”Bagaimana cara yang paling efektif untuk mengetahui kualitas seorang manusia?”
Sang kusir, yang sebenarnya adalah penjelmaan dari Wisnu, dengan bijak menjawab, ”Apa yang keluar dari mulut seseorang menentukan kualitas kepribadiannya.”
Nah, sebelum saya lanjutkan, coba rasakan di hati anda apa perasaan yang muncul saat saya berkata, ”Cinta”, ”Sukses”, ”Bahagia”,”Kasih Sayang”,”Tenang” ,”Indah”, ”Damai”,”Pengorbanan” ,”Benci”, ”Bangsat”, ”Jahanam”, ”Diperkosa”.
Bisakah anda merasakan bedanya? Untuk lebih jelas merasakannya coba anda baca satu kata lalu tutup mata anda dan ulangi kata itu di dalam hati. Setelah itu baca kata lainnya lagi.
Bila anda melakukan dengan sungguh-sungguh maka di hati anda pasti akan muncul perasaan yang sejalan dengan kata yang anda ucapkan. Pertanyaannya sekarang adalah,”Mengapa hanya dengan mengucapkan suatu kata kita langsung merasakan suatu emosi?”
Pikiran kita bekerja bukan berdasarkan kata-kata. Pikiran bekerja dengan menggunakan gambar. Saat suatu kata kita ucapkan atau pikirkan maka pikiran akan langsung mengubah kata itu menjadi suatu gambar, di dalam pikiran kita, yang sejalan dengan pengalaman hidup kita, yang berhubungan dengan kata itu.
Misalnya? Ambil kata ”Cinta”. Saat kita mengucapkan atau memikirkan kata ”Cinta” maka pikiran kita akan mengubahnya menjadi gambar ayah atau ibu, istri atau anak, pacar, gambar hati, hari pernikahan, saat-saat indah pacaran, atau mungkin mantan kekasih. Selanjutnya gambar ini membangkitkan emosi yang terkait dengannya. Selanjutnya emosi ini akan membangkitkan emosi lainnya. Demikian selanjutnya.
Contoh lainnya? Coba rasakan bedanya efek kata ”Mati”,”Tewas”,”Wafat” ,”Mangkat”, ”Meninggal”, dan ”Mampus”. Bisa anda rasakan bedanya? Meskipun semuanya mempunyai makna yang sama namun efeknya di pikiran dan perasaan berbeda.
Dengan memahami dan menyadari bahwa setiap kata mempunyai pengaruh yang begitu dahsyat maka kita harus benar-benar hati-hati memilih kosa kata.
Contoh saya di atas adalah kata yang berdiri sendiri. Bagaimana kalau sudah dirangkai menjadi kalimat? Wah ini jauh lebih dahsyat lagi efeknya. Coba, sekali lagi, anda rasakan di hati anda perbedaan kalimat berikut ini:
1. Massa menghakimi pencuri ayam hingga tewas
2. Massa menghajar pencuri ayam hingga tewas
3. Massa menganiaya pencuri ayam hingga tewas
4. Massa menyiksa pencuri ayam hingga tewas
Efek perasaan negatip ini akan lebih kuat bila anda membaca setiap kalimat dengan sungguh-sungguh dan menggunakan intonasi atau tekanan suara.
Sekarang, saya perlu menetralisir perasaan negatip di hati anda, karena membaca kalimat-kalimat di atas dengan perasaan positip. Coba rasakan kalimat berikut: ” Cinta kasih Ibu begitu tulus, hangat, dan tanpa syarat mengisi relung hati dan jiwaku, menguatkan dan sekaligus meneguhkan hatiku. Terima kasih Ibu.”
Setiap kata atau kalimat yang memberikan pengaruh negatip, karena membangkitkan emosi negatip, harus kita hindari. Mengapa? Emosi negatip ini sangat merugikan diri kita karena bersifat sebagai lintah energi. Emosi negatip ini akan menguras energi psikis kita. Satu prinsip emosi yang jarang orang perhatikan adalah bahwa emosi, baik positip maupun negatip, akan semakin kuat bila sering diakses atau dirasakan.
Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Pertama, kita memilih kosa kata dengan saksama dan bijak. Pilihlah kosa kata yang mempunyai efek positip. Kalaupun terpaksa menggunakan kata yang agak negatip maka kita perlu menyatakannya dengan cara yang positip. Misalnya anda merasa tersinggung. Daripada berkata ”Saya tersinggung atas pernyataannya” anda akan lebih positip bila berkata ”Saya kurang setuju dengan pernyatannya” . Kalimat kedua selain lebih positip karena tingkat intensitas emosinya lebih rendah juga lebih intelek. Kalau anda kurang setuju maka anda pasti punya alasan sehingga bisa terjadi diskusi atau komunikasi yang konstruktif. Kalau anda tersinggung maka anda dikuasai emosi sehingga sulit berpikir jernih.
Kedua, kita mengurangi atau kalau bisa menghindari sama sekali membaca berita-berita negatip. Ketiga, menghindari berita televisi yang negatip. Keempat, menghindari kawan atau lingkungan yang negatip, yang sudah tentu banyak menggunakan kosa kata negatip.
Selain mengurangi atau menghindari yang negatip kita perlu memperbanyak pemakaian kosa kata positip yang mempunyai efek kuat. Rasakan bedanya kalimat ini, ”Pikiran saya tenang” dan ”Pikiran saya damai”,”Saya suka baca buku” dan ”Saya sangat menikmati membaca buku”.
Oh ya, selain perlu hati-hati memilih kosa kata kita juga perlu mengembangkan perbendaharaan kata. Semakin banyak kosa kata seseorang biasanya semakin baik kemampuannya mengutarakan isi hati dan pikirannya. Dengan demikian akan semakin efektif ia melakukan afirmasi, komunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, yang tentunya berpengaruh dalam memprogram pikirannya.
Bagaimana caranya? Ya, banyak-banyaklah membaca dan belajar. Anda harus, saya menggunakan kata “harus” bukan sebaiknya, mempunyai KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu anda perlu memiliki kamus bahasa Inggris. Minimal English-Indonesia. Akan lebih baik lagi kalau punya English-English Dictionary.
Saya menutup artikel ini dengan pertanyaan,”Sudahkah anda memiliki kamus bahasa, khususnya KBBI?”
* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success, Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan ?, dan Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication.
Pemegang Rekor 100%
Tinggal Sisakan Trio
Empat tim memasuki laga keempat dalam kualifikasi Piala Dunia 2010 zona Eropa berbekal tiga kemenangan beruntun. Football pundits menilai kuartet ini, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Yunani, diyakini bakal mulai menemui kesulitan di sini.
Sejumlah faktor jadi pertimbangan. Kecuali Yunani, yang menjamu Swiss, trio sisa harus melakoni partai tandang. La Furia Roja bertamu ke rumah Belgia, The Three Lions bertandang ke markas Belarusia, sedangkan Oranje kudu melawat tuan rumah Norwegia.
Faktor pengganggu lain juga sempat menghadirkan kekhawatiran tersendiri. Inggris misalnya. Anak-anak asuh Fabio Capello ini terpaksa memasuki stadion nasional Minsk, tanpa sang kapten John Terry, dan bek kiri Ashley Cole akibat cedera.
Sementara itu, ketidakyakinan Spanyol muncul atas dasar status Iker Casillas dkk. sebagai kampiun anyar Eropa sehingga membuat Belgia punya determinasi dobel untuk menjungkalkan mereka. Bahkan sebelum laga, el entrenador Vicente del Bosque sempat melempar nada pesimistis.
“Posisi Spanyol saat ini cukup sulit karena seluruh tim akan berupaya maksimal untuk mengalahkan kami,” begitu kata Del Bosque seperti dikutip situs resmi RFEF. Dugaan bekas peracik strategi Real Madrid itu tepat. Rode Duivels benar-benar menghentak sejak menit awal.
Penumpukan bek dan gelandang dengan menyisakan Wesley Sonck seorang diri di depan membuat Belgia mendominasi alur bola. Bahkan gol pembuka mampu dicetak Sonck ketika waktu baru memasuki menit ke-7. Berulang kali tuan rumah juga nyaris menggandakan skor jika tidak digagalkan aksi brilian Casillas.
Torres Cedera
Optimisme seisi Stadion Koning Boudewijn kian meningkat seiring keluarnya Fernando Torres akibat cedera. Kendati demikian, Del Bosque punya pertimbangan lain. Sadar kalah dominan di tengah, ia langsung memasukkan Cecs Fabregas. Sejak momen inilah plot cerita ganti memihak Espana.
Cesc menjadi salah satu aktor kunci dalam terciptanya gol balasan yang dicetak Andres Iniesta di meni ke-36. Meski harus diakui kehebatan skill individu Iniesta sangat berperan, jika bukan lantaran umpan terobosan Cesc, gol ini mustahil hadir.
Hingga dua menit menjelang bubaran, kedua kubu sempat saling jual beli serangan. Namun, ketenangan Spanyol dan pilihan Del Bosque dalam mengganti pemain lagi-lagi membuktikan superioritas El Matador. Baru masuk pada menit ke-82, Dani Guiza muncul sebagai pemberi assist bagi David Villa.
Skor 2-1 bertahan sampai bunyi terakhir peluit. Spanyol sukses meneruskan streak tak terkalahkan mereka ke angka 27. Mereka juga sukses menjadi negara yang mengukir rekor 100% alias selalu menang di Kualifikasi Piala Dunia menuju Afrika Selatan ini.
Pesaing mereka dalam mempertahankan rekor ini praktis tinggal Inggris, yang memukul Belarusia 3-1 dan Belanda yang menang atas Norwegia 1-0. Yunani, yang tampil di hadapan publik sendiri, justru harus mengakui keunggulan Swiss 1-2. (Sapto Haryo Rajasa)
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar