Rabu, 15 Oktober 2008

Motherhood Improves Brain



15 Oct 2008

Researchers in the US found that contrary to the popular view that having children reduces a woman's brainpower, having children actually improves her lifelong mental agility and protects her brain against the neurodegenerative diseases of old age.

The research was carried out by Dr Craig Kinsley, professor of neuroscience at the University of Richmond, Virginia, and colleagues, and will be presented at the Society for Neuroscience 2008 conference which is to take place from 15 to 19 November in Washington DC.

Kinsley said that while a woman may experience an apparent loss of brain function while she is pregnant, this could be because parts of her brain are being remodelled in preparation for dealing with the complicated demands of childrearing.

"The changes that kick in then could last for the rest of their lives, bolstering cognitive abilities and protecting them against degenerative diseases," said Kinsley, according to a Times Online report.

A number of studies have reported that women appear to reduce their memory and reasoning ability when they are pregnant. But Kinsley and colleagues suggest this is a temporary result of the remodelling that is going on, which in the long term boosts the woman's brainpower beyond what she had before she was expecting.

The researchers studied rats and primates and compared the brains and skills of females with and without offspring. As well as physical brain differences, they found that females with offspring were braver, could find food up to five times more quickly, and had better spatial ability than females without offspring.

Among the physical differences in the brains of mothers versus non-mothers, the researchers found that nerve cells in parts of the brain important for tending to offspring were larger and more richly connected to other cells. The mothers' brains also showed newly formed clusters of cells that the researchers referred to as "maternal circuits".

Although most studies like this are done on animals, said Kinsley, it's likely that human women will also have similar benefits because the same regions of the brain are used in maternal behaviours.

Another study by Australian researchers took issue with the idea that women's mental powers diminish during pregnancy.

Mental health scientists at the Australian National University recently found there was no evidence that cognitive function declines during pregnancy. They interviewed 2,500 women aged from 20 to 24, first in 1999 and then in 2003 and 2007.

They found that the women who were pregnant during the second or third batch of interviews performed the same on tests of logic and memory as they did before, and there was no difference between the pregnant women and the controls.

Lead researcher Professor Helen Christensen told AFP:

"It really leaves the question open as to why [pregnant] women think they have poor memories when the best evidence we have is that they don't."

Perhaps women notice minor lapses in mental ability and then attribute it to being pregnant because that is the most significant thing in their mind at the time.

Christensen said perhaps it was easier to "attribute what might be just normal lapses in memory to pregnancy". She told reporters that mother rats were much better at multi-tasking than non-mothers, they were better at finding their way through mazes and they were less anxious and fearful.

She said the brain of a rat undergoes a lot of change during pregnancy, and thus one might assume that human women were more likely to have better not worse mental ability during pregancy compared to before.

Other studies have also found evidence of brain changes in pregnancy, some quite unexpected. In 2005, according to an article in Scientific American, scientists at the National University of Singapore reported that they found evidence of new brain circuits growing from fetal cells that had migrated into the brains of pregnant mice.


Source: Times Online, AFP (via Yahoo), Scientific American.

Written by: Catharine Paddock, PhD.

MENGATUR EMOSI DIRI..

Emosi" menurut Oxford English Dictionary, adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Ada dua macam emosi yang kita kenal, yaitu: "emosi negatif" dan "emosi positif". Untuk bisa menjalani kehidupan dengan kegembiraan, kebahagiaan yang dinamis di sepanjang hidup Anda, maka Anda harus bisa mengatur dan mengendalikan "emosi Anda".

Mengendalikan emosi tidak berarti Anda berhenti merasa, atau berhenti mengekspresikan diri Anda. Ini berarti, Anda harus bisa mengenali, dan bisa memahami; mana yang berupa "emosi positif" dan mana yang "emosi negatif". "Emosi negatif" itu mempunyai ciri khas, yaitu membuat perasaan frustasi, putus asa, dendam, iri hati, dengki, dan hal negatif lainnya. Sedangkan ciri "Emosi positif" adalah selalu membuat perasaan Anda gembira, damai, sejahtera, rasa persahabatan, dan hal positif lainnya.

Memang kalau dipikirkan adalah sangat mengherankan, jika dalam setiap perilaku kita, peran emosi dalam pengendalian diri kita ternyata sangat besar. Anda mau semangat atau mau frustasi, itu juga merupakan hasil kerja emosi. Keputusan-keputusan dalam hidup kita, sebagian besar juga diambil berdasarkan emosi. Banyak sudah bukti, bahwa manusia dalam mengambil keputusan lebih sering didasarkan pada emosi. Penyair Inggris, Alexander Pope, yang pernah hidup 300 tahun lalu, mengatakan, "Nafsu yang memerintah, jadilah seperti keinginannya. Nafsu yang memerintah mengalahkan nalar pikiran".

Mengingat bahwa emosi mempunyai dua sisi, "positif dan negatif"; maka semestinya Anda bisa belajar mengatur dan mengendalikan emosi, dan bukan emosi yang justru mengatur dan mengendalikan Anda. Anda harus selalu berusaha memahami kedua sisi emosi Anda itu, semata-mata biar Anda bisa mengendalikannya dengan baik.

Banyaknya kasus-kasus kekerasan di negara kita ini, juga diakibatkan oleh mereka yang gagal dalam mengatur emosinya, sehingga mereka malah dikuasai dan diatur oleh "emosi negatif" yang sangat kuat. Bergolaknya pertempuran dan peperangan di belahan bumi lainnya, juga pasti diakibatkan oleh pemimpinnya yang tidak bisa mengendalikan emosi negatifnya. Sepanjang sejarah dunia, sudah banyak dicatat bahwa peran pengendalian emosi ini memang sangat mutlak sifatnya.

Jadi, adalah sangat penting dan mutlak sifatnya, bahwa kita, Anda dan saya memang harus bisa mengendalikan emosi diri, terlebih lagi emosi diri yang negatif. Intinya adalah, konsekuensi bertindak itu lebih berdasarkan emosi daripada nalar logika; sehingga bisa mengakibatkan dua macam hasil, yaitu: bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik...atau bahkan mengakhiri kehidupan selamanya, jika konsekuensi emosi tak terkendali. Salah satu kunci "kecakapan sosial" adalah seberapa baik atau buruk seseorang mengungkapkan perasaannya sendiri.

Banyak contoh di negara kita ini, bagaimana bisa terjadi begitu banyak kasus kekerasan, pembunuhan, perampokan, kasus hamil di luar nikah, kecanduan obat-obatan berbahaya, naik motor "ugal-ugalan" di jalan raya, kasus "bonek" sepak bola, bahkan kasus korupsi uang rakyat, dan masih sederet panjang lagi kasus negatif yang merusak citra bangsa ini; yang dulunya lebih dikenal sebagai bangsa cinta damai dan ramah tamah. Dan, sekarang ini dikhawatirkan akan menjadi bangsa yang diperbudak oleh nafsu angkara, yang dikendalikan oleh "emosi negatif". Ingatlah kalimat bijak ini, "Harapan utama suatu bangsa, terletak pada baiknya pendidikan kaum mudanya".

Jika Anda menginginkan tetap memiliki pribadi positif dan dinamis, dengan semangat juang dan daya juang yang tidak pernah luntur; maka Anda harus sungguh-sungguh memahami dan menghargai "kekuatan emosi positif", untuk kemudian belajar mengendalikannya. Emosi positif justru akan semakin mendorong Anda ke arah sasaran-sasaran Anda, dan membantu memenanginya. Kontrol emosi diri sangat penting bagi kesuksesan Anda. Tanpa itu, Anda bisa bertindak dengan "membabi buta", dan tidak terarah secara benar.

Hughes Idamkan Titi-Robinho

Setelah Barcelona, di masa depan Thierry Henry berhasrat untuk kembali ke salah satu klub Prancis untuk menutup karier. France Football menyebut AS Monaco atau Bordeaux sebagai pelabuhan berikut lelaki berumur 31 tahun tersebut.

Hal ini tidak banyak dikomentari Titi, tapi ketika dirinya dihubung-hubungkan dengan tawaran Manchester City barulah ia kerepotan. Striker utama Prancis yang berharap menemukan performa terbaiknya di Los Azulgranas tersebut menilai kaitan dirinya dengan City akan membuat pelatih Pep Guardiola berpikir macam-macam.

Well, pada kenyataannya bos City, Mark Hughes, memang mengidam-idamkan untuk menduetkan Henry dengan Robinho. Hal ini jelas membuat para pendukung Arsenal langsung bak kebakaran jenggot lantaran sang pemain telah berjanji tidak akan kembali Inggris demi menjaga hubungannya dengan Gunners.

“Aku baru bermain tiga kali di La Liga dan mencetak dua gol musim ini. Rasanya itu wajar karena aku memang sempat sakit. Lionel Messi dan Samuel Eto’o mengalami nasib sama, tapi tak pernah dirumorkan pindah. Mengapa aku yang menjadi korban pemberitaan saat ini?” kata Henry.

Pada sisi lain, Hughes sendiri justru tetap berkeinginan mendekati Barcelona untuk diizinkan berbicara dengan Titi. The Welshman percaya bahwa kekuatan otot finansial Abu Dhabi United Group (ADUG), yang sekarang memiliki City, akan membuat banyak bintang besar sepakbola mendengarkan tawarannya.

Meski belum meraih tiket Liga Champion, City disebutnya punya banyak tawaran menarik untuk membuat bintang top memandang klub tersebut sebagai opsi bagus untuk berkarier.

“Kedatangan Robinho adalah sebuah sinyal awal bahwa di kota Manchester tengah tumbuh sebuah klub yang akan punya peran penting dalam dunia sepakbola global,” ujar Hughes.

Sayangnya, Hughes ogah mengomentari rencana Cristiano Ronaldo untuk tetap melirik Real Madrid ketimbang City. Hal ini jelas terkait dengan pernyataan prematur salah satu investor utama ADUG, Sulaiman Al-Fahim, yang mengklaim sanggup mendatangkan CR7 dengan nilai lebih dari dua triliun rupiah.

Tidak ada komentar: