Senin, 20 Oktober 2008

Jadi Apa Kita?




"We change the world not by what we say or do, but as a consequence of what we have become."
- Dr. David Hawkins



Kadang kita bertemu dengan orang yang berkata maupun melakukan hal-hal yang diklaim sebagai tindakan mulia, sosial, sesuatu untuk orang banyak, untuk merubah bangsa, memotivasi, merubah orang lain menjadi lebih baik, dan sejenisnya. Ungkapan David Hawkins di atas telah membuat saya berpikir mengenai ‘orang-orang’ yang berkata atau berbuat sesuatu yang dipersepsikan seperti di atas, entah menurut pendapat sendiri atau dipersepsikan orang lain.

Ada beberapa orang yang saya tahu mementingkan apa yang mereka katakan atau lakukan dalam konteks tersebut, setidaknya itu yang mereka percayai atau coba untuk percayai, tapi mereka sendiri tidak mementingkan menjadi ‘manusia seperti apa’ mereka. Artinya mereka terus-menerus berkoar-koar, bahkan mungkin benar-benar melakukan hal-hal yang oleh ukuran banyak orang sebagai hal yang benar, tapi di belakang mereka sendiri menjadi manusia yang oleh ukuran banyak orang bukan sebagai manusia yang benar. Ini seperti mempunyai dua kepribadian yang kontradiktif. Jekyll and Hyde. Beberapa orang tahu, terutama yang dekat dengan mereka, tapi lebih banyak orang tidak.

Beberapa kita tahu dan mungkin kenal orang-orang yang di belakang layar menjadi ‘manusia’ dengan sikap yang dipaksakan atau dipercayainya sebagai manusia yang benar - walau kalau dinilai dengan ukuran kolektif sebagai manusia yang tidak benar, tapi merasa bahwa jati dirinya ini benar, karena apa yang dikatakan dan dilakukan di dunia luar dirinya dirasakannya sebagai benar juga, dan seolah menjadi pembenarannya. Seorang yang terus-menerus berteriak mengenai kegiatan sosial, melakukan hal-hal yang tampak sosial, di belakang layar ternyata adalah MANUSIA yang penuh ketakutan akan perolehan materil. Seorang yang berkoar-koar dan melakukan banyak hal yang menunjukkan kesucian, di belakang layar ternyata menjadi MANUSIA dengan moral yang melawan kesucian. Seorang yang mengajarkan dan terlihat di dunia luar menjalankan positive thinking, tapi di belakang layar, mereka menjadi MANUSIA yang serba pesimis dan berpikir negatif.



RENUNGAN hari ini, PIKIRKAN juga bertumbuh jadi manusia seperti apa kita. Karena konsekuensinya lebih besar dari apa yang kita katakan dan lakukan di dunia luar. Kita yang tahu SIAPA MANUSIA di dalam kita. Kita yang tahu TANGGUNG JAWAB seperti apa yang kita emban. Bukan hanya menengok keluar dan menyombongkan apa yang telah kita katakan dan lakukan di dunia luar. WE CAN’T GIVE WHAT WE DON’T HAVE – kita tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak kita miliki. Bagaimana memberikan kebenaran atau kebaikan kalau kita sendiri tidak memiliki kebaikan atau kebenaran? Bagaimana mengatakan atau melakukan sesuatu yang benar dalam ukuran kolektif kalau kita sendiri menjadi MANUSIA TIDAK BENAR untuk ukuran yang sama?

Mari RENUNGKAN, sahabatku. Di dalam hati dan pikiran kita masing-masing.

Salary Negotiation Do's and Don'ts

by Randall S. Hansen, Ph.D.

Here are the keys to successful salary negotiation. Follow these simple rules and you should achieve success in this important strategic tool of job-hunting. But remember, all negotiation carries risk.

* Do make sure you've done your research on the salary you should expect for the position you're seeking. And do use sources
* Don't bring up salary before the employer does. And do delay salary negotiation for as long as possible (until you know exactly what the position entails).
* Do be aware of your strengths and achievements. And do be sure to demonstrate the value you'll bring to the employer.
* Do let the employer make the first salary offer. And do, if asked, say you expect a salary that is competitive with the market -- or give a salary range that you find acceptable.
* Don't inflate your current earnings just to get a higher salary offer.
* Don't feel obligated to accept the first salary offer. And do negotiate salary if the offer made is inadequate.
* Do thank the employer for the offer when it is made, but don't try to negotiate right after the offer is made. Do take the time to consider all factors before making any job offer decisions.
* Don't get overly aggressive in negotiating the salary you want.
* Don't just focus on salary.
* Do try to obtain other concessions (shorter review time, better title, better workspace) or benefits (bonuses, vacation time) if you aren't successful at negotiating a salary you want.
* Don't enter salary negotiations as part of an ego trip or part of a game.
* Don't accept the first acceptable salary offer you receive if you're not sure about the job or the company.
* Do get the offer in writing.
-----------

Dapatkah Kita Mengenang Kebaikan Orang-orang Dalam Kehidupan Kita

Tak terhitung mungkin jumlahnya orang yang masuk dan keluar dalam kehidupan kita. Ada yang melintas dalam segmen singkat, namun membekas keras. Ada yang telah lama berjalan beriringan, tetapi tak disadari arti kehadirannya.

Ada pula yang begitu jauh di mata, sedangkan penampakannya melekat di hati. Ada yang datang pergi begitu saja seolah tak pernah ada. Semua orang yang pernah singgah dalam hidup kita bagaikan manik-manik pembentuk mosaik catatan sejarah yang menggoreskan setiap relung dinding hari kita. Gambaran itu sebenarnya telah terbentuk, hanya saja tak pernah selesai. Atau kita salah lihat, sehingga seringkali tak bisa dinikmati keindahan karyanya.

Ambillah waktu sejenak untuk mengenang mereka yang pernah hadir dalam hidup
kita. Kenanglah segala bentuk kebaikan yang mereka torehkan serta kebaikan yang mungkin tersembunyi di balik tabir kekecewaan. Mereka adalah orangtua, guru, atasan, bawahan, tetangga, sanak dan kerabat, teman bahkan seorang sahabat yang begitu berpengaruh dan mewarnai perjalanan hidup kita.

Sebenarnya tiada salah kita mengenang mereka yang pernah kita anggap musuh, membuat goresan luka hati atau pengkhianat sekalipun. Atau yang tak pernah kita tahu nama dan wajahnya. Bagaimana pun mereka telah turut memahat pribadi kita; menyapukan tinta pada lukisan hidup kita; menyiangi tanaman jiwa kita, dan sedikit banyak memberikan cemeti untuk mendorong kita menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas. Kenanglah dalam genangan cinta yang tak bertepi. Hanya dalam tatapan cintalah kita bisa memandang indahnya kehidupan ini. Karena tiada secuilpun hidup yang perlu disesali, maka hanya cinta dan kasih sayanglah jawabannya.

Ironisnya banyak diantara kita lebih suka menghapus jasa orang lain dan yang menyedihkan hanya karena tak dapat orang lain sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan egonya. Dengan demikian, bagaimana mungkin kita berharap orang lain akan menghargai jasa yang kita perbuat sementara kita sendiri tidak pernah belajar untuk menghargai atau bahkan mengingatpun tak kita lakukan. (Mohamad Yunus)

-----------
Promise Yourself

To be so strong that nothing can disturb your peace of mind;
To talk health, happiness, and prosperity to every person you meet;
To make all your friends feel that there is something in them;
To look at the sunny side of everything and make your optimism come true;
To think only the best, to work only for the best, and to expect only the best;
To be just as enthusiastic about the success of others as you are about your own;
To forget the mistakes of the past and press on to the greater achievements of the future;
To wear a cheerful countenance at all times and give every living creature you meet a smile;
To give so much time to the improvement of yourself that you have no time to criticize others;
To be too large for worry, too noble for anger, too strong for fear; and too happy to permit the presence of trouble;
To think well of yourself and to proclaim this fact to the world, not in loud words, but in great deeds;
To live in the faith that the whole world is on your side so long as you are true to the best that is in you.

Takut Krisis Ekonomi

Keadaan terkini ekonomi dunia membuat Andrea Dossena khawatir. Merembesnya krisis finansial ke dalam dunia sepakbola itu disangkal sebagian klub BPL, tetapi Dossena yakin dunia sepakbola Inggris akan merasakan akibatnya.

“Sebagai contoh, Barclays kehilangan banyak uang hanya dalam beberapa jam. Padahal bank itu salah satu yang terbesar Inggris dan sponsor utama BPL,” cetus pemain kelahiran 11 September 1981 ini seperti dikutip skysports.

Dirinya pun prihatin dan mengungkapkan bahwa jika krisis ini terjadi sebelum ia pindah ke Inggris, ia akan berpikir dua kali sebelum menandatangani kontrak di Liverpool.

“Secara finansial, semua klub Inggris tampak aman. Organisasi dan solidaritas klub terlihat sangat baik. Akan tetapi, beberapa bank terjerat dalam utang besar. Setelah itu, West Ham merasakan dampak langsung krisis perbankan sehingga keuangan klub hampir ambruk dan mungkin harus dijual,” cetus Dossena kian khawatir. (cw-3)

Tidak ada komentar: