Minggu, 12 Oktober 2008

Whatever You Need



Chicken Soup for the Soul at Work

I was working as a consultant in a beer company, helping the president and senior vice-presidents formulate and implement
their new strategic vision. It was an enormous challenge. At the same time, my mother was in the final stages of cancer.

I worked during the day and drove 40 miles home to be with her every night. It was tiring and stressful, but it was what I wanted to do.
My commitment was to continue to do excellent consulting during the day, even though my evenings were very hard. I didn't want to
bother the president with my situation, yet I felt someone at the company needed to know what was going on. So I told the vice-president
of Human Resources, asking him not to share the information with anyone.

A few days later, the president called me into his office. I figured he wanted to talk to me about one of the many issues we were working on.
When I entered, he asked me to sit down. He faced me from across his large desk, looked me in the eye and said, "I hear your mother is very ill."

I was totally caught by surprise and burst into tears. He just looked at me, let my crying subside, and then gently said a sentence I will never
forget: "Whatever you need." That was it. His understanding and his willingness to both let me be in my pain and to offer me everything were
qualities of compassion that I carry with me to this day..

-----------

Sikap positif mungkin tidak dapat memecahkan semua perosalan anda, tetapi
akan mengusik cukup banyak orang untuk melakukan upaya berharga yang
diperlukan. (Herm Albright)

Apa pun fakta yang ada di depan kita tidak lebih penting daripada sikap kita
dalam menghadapinya, karena itulah yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan kita. (Norman Vincent Peale)

Sebodoh-bodohnya orang ialah yang tak mampu memperoleh kawan-kawan untuk
dirinya, namun yang lebih bodoh lagi adalah mereka yang membuat kawan-kawannya
pergi. (Imam Ali R.A.)

Dibutuhkan dua puluh tahun untuk membangun reputasi, dan hanya lima menit
untuk menghancurkannya. (Warren Buffett)

Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang.
Bila ada kecantikan dalam diri seseorang, akan hadir keharmonisan dalam
rumah tangga. Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga, akan hadir
ketertiban dalam negara. Dan bila ada ketertiban dalam negara, akan hadir
kedamaian di dunia (pepatah Cina)

------

Menjadi Bintang.....

Apa yang anda jadikan pertimbangan dalam memilih orang yang akan menjadi karyawan anda? Apa kriteria paling utama yang anda gunakan untuk membuang atau menarik seorang kandidat? Kecerdasan kognitif merupakan salah satu kriteria seleksi paling populer, walau ditengah banyaknya bukti kecerdasan kognitif tidak banyak berperan terhadap kesuksesan seseorang. Sebagian dari kita juga menggunakan beberapa kriteria seperti kompetensi teknis, soft skill, kepribadian, dan yang paling baru, talenta.

Sayang, manusia bukanlah sebuah mesin dengan seperangkat kapasitas terpasang, yang tinggal digunakan setelah kita dapatkan. Akibatnya, kapasitas yang terbaca pada saat tes seleksi dalam kenyataannya tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Sekalipun, tes seleksi itu menggunakan tes simulasi kerja yang membuat kandidat harus mengerjakan sebuah tugas secara langsung. Semisal, kita menseleksi juru ketik dengan memintanya mengetik sebuah naskah. Anggap saja, seorang kandidat mampu mengetik 500 kata per menit. Kita menganggap mengetik 500 kata/menit ini sebagai kompetensi, yang dibedakan sebagai potensi. Padahal sesungguhnya, kemampuan mengetik 500 kata/menit tetaplah sebuah kemungkinan, berbeda dengan kapasitas terpasang pada sebuah mesin.
Apa sebabnya? Pertama, manusia merupakan mahluk yang menjadi, selalu dalam proses untuk menjadi seseorang yang diidamkannya. Manusia dapat menjadi apapun yang dimauinya.

Dalam kasus diatas, selalu ada intensi yang berbeda dari seorang kandidat, antara intensi mengikuti seleksi dan menjalankan tugas sebenarnya. Kedua, setiap orang menjalankan tugas selalu dalam konteks pola interaksi tertentu. Mengerjakan tugas tidak pernah terjadi di ruang hampa. Mau tak mau, seorang kandidat masuk dalam sebuah dunia yang dialami, sebuah dunia yang seringkali tidak bisa ditentukan baik oleh kandidat maupun oleh organisasi.

Robert E. Kelley menawarkan sebuah teori unik mengenai kesuksesan seseorang di dunia kerja, back t-shirt theory (teori bagian belakang kaos? Hehehe jadi lucu ya..). Menurut Kelley, kecerdasan, kompetensi, soft skill, kemampuan dan yang lainnya merupakan bagian depan kaos. Bagian kaos yang seringkali kita lihat ketika menghadapi seseorang, sebagaimana yang sering kita pandang dalam melakukan seleksi. Bagian yang membuat kita silau, dan mengabaikan bagian lain dari kaos yang digunakan seseorang. So What? Melihat bagian depan kaos memang penting, sebagaimana pentingnya melihat bagian belakang kaos seseorang.

Apa itu yang menjadi bagian belakang kaos? Tepat! Sesuatu yang mentransformasikan bagian depan kaos menjadi sebuah tindakan nyata. Apa itu? Tunggu kelanjutannya di http://appreciative organization. wordpress. com.

Tidak ada komentar: