Jumat, 10 Oktober 2008

Bagaimana Anda Bereaksi Terhadap Situasi?



(Personality Plus Florence Litteur)
oleh : Nilna Iqbal

Tiap saat kita berhadapan dengan bermacam-macam situasi. Terutama ketika berhubungan dengan orang lain.

Sebagai pemimpin, mengertikah kita bagaimana cara `membakar' motivasi para pegawai kita? Sebagaiibu, kita sering bingung nggak habis pikir
plus pusing oleh watak keras kepala anak-anak kita?! Tak jarang pula,sebagai suami kita terus-terusan bertengkar sama istri yang padahal
juga kita sayangidan cintai?Adakah `zat kimia' tertentu atau pola tertentu yang mempengaruhi sifat, sikap dan reaksi kita dan merasa
dalam menghadapi berbagai situasi… sehingga kita bisa lebih berdamai dan mengerti mengapa semua reaksi itu terjadi? Bukankah akan lebih
nikmat hidup ini kalaukita satu sama lain saling memahami?

Florence Litteur, penulis buku terlaris "Personality Plus" menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Kalau saja semua
sudah kita pahami, kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang lain.Kita akan jadi mengerti mengapa suami kita tiba-tiba
marah sekali ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa pegawai kita gampang sekali berjanji…
dan hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, "Oh ya, saya lupa"katanya sambil tertawa santai. Kita juga akan mudah mengerti
mengapa istri kita nggak mau dengar sedikitpun pendapat kita, tak mau kalah,cenderung mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan
pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.

Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, "Yang Populer". Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain.
Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan.
Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.

Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek', dan hidupnya serba tak
beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun
kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan
dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia
bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, "Yang Sempurna". Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi,
terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan
segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung
menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam
sekali.

Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli' tak
`kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang
telah disusun istri `melankoli' anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia
perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau
susunan itu tiba-tiba jadi lain.

Berikutnya, manusia Koleris, "Yang Kuat". Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia
tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh' melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy' itu
membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban'
karakternya yang suka `ngatur' dan tak mau kalah itu.

Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, "hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya
berantakan semua". Karena itu mereka sangat "goal oriented",tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah
tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah
kobarkan semangat "ya pasti jadi…" maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia
tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis "Cinta Damai". Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa
saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau
pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan
masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat
menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau
anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang
berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, "kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak
jalan". Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Mencoba Mengerti Orang Lain

Nah, sekarang anda masuk golongan mana? Coba amati istri, suami atau anak-anak anda, mereka golongan apa? Jangan-jangan anda sekarang mulai
mengerti mengapa suami-istri- anak-rekan anda bertingkahlaku "seperti itu" selama ini. Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat
berbagai perilaku dan kejadian selama ini.

Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata
keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah `kadar'nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak
manusia.

Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan sekali dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya
dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara
(dan mudah juga jadi pelupa).

Ada pula golongan Koleris Melankolik. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, baku, suka mengatur, tak
mau kalah dan terasa kadang menyakitkan (walaupun sebetulnya iatak bermaksud begitu). Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai
mendalam. Sehingga kadang serasa diintrogasi, sebab memang ia ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Menghadapi orang
koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang `begitu' dan tingkatkan kesabaran anda. Yang penting sekarang anda
tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.

Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolik. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia
analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.

Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam
berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan' pasangannya.
Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.

Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih
baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna. Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh
lebih tepat anda tempatkan orang-orang sanguinis. Lalu jangan posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun
penjualan. Hasilnya pasti akan amat mengecewakan.

Begitulah, manusia memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut
Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa orang sanguinis, dunia ini akan terasa sepi. Tanpa orang melankoli,
mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa
sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.

Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill).
Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain, ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi
sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukansegera.
Ia jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau `membakar' sang phlegmatis agar segera bertindak saat
itu juga."Inilah seninya", kata Florence "dalam berinteraksi dengan orang lain". Tentu saja awalnya adalah, "Anda dulu yang harus
berubah". Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)!
--------
Untuk memahami isi hati dan pikiran seseorang, jangan melihat hanya pada apa yan sudah
dicapai, tetapi juga lihat juga pada apa yang digagas (Kahlil Gibran)

Mencederai membuat anda lebih rendah dari musuh anda; membalas dendam
membuat anda setara dengan musuh anda; memaafkan membuat anda lebih tinggi
darinya. (Benjamin Franklin)

Kehidupanmu tidak banyak ditentukan oleh apa yang diberikan hidup ini kepadamu,
tetapi lebih ditentukan oleh sikap yang kau bawa dalam menjalani kehidupan ini;
tidak banyak hal ditentukan oleh apa yang terjadi padamu tetapi lebih ditentukan oleh
bagaimana caramu memandang apa yang terjadi (John Homer Miller)

Kehidupan adalah rentetan perubahan alamiah dan dadakan. Jangan engkau
halangi yang justru menciptakan kesempitan. Biarkan realita menjadi realita.
Biarkan segalanya mengalir secara natural ke arah yang dituju (Lao Tse)


How to Propose your love

How to propose?
When I saw your name next to mine,
In our wedding card,
I felt blessed.

When I saw you smile,
Seeing me in the traditional bride groom dress,
I felt teased.

When I held your hand,
During the marriage rituals,
I felt responsible.

When you entered my lonely bachelor life,
And changed it into a heavenly abode,
I felt lucky.

When you showed the same love as I did,
Towards my parents,
I felt proud.

When you scolded me,
For neglecting my heath amidst my hectic work,
I felt pampered.

When I saw you scream,
Crying out of labor pains,
I felt helpless.

When I saw tears of happiness in your eyes,
As you looked at our kid,
I felt blessed once again.
All these feeling have bloomed in my heart,

But are yet to blossom in reality.
As these are feelings I long to feel,
For these are still unfelt.

Will you marry me?

Tidak ada komentar: