Minggu, 12 Oktober 2008

Konsep Diri Positif: Kunci Keberhasilan Hidup




Perubahan dunia yang sangat pesat membuat persaingan hidup semakin meningkat. Para orangtua saat ini berlomba-lomba untuk memberikan bekal pendidikan, yang dipercayai sebagai bekal terbaik bagi anak yaitu pendidikan. Asumsi orangtua pada umumnya adalah semakin tinggi level pendidikan formal maka akan semakin terjamin masa depan anaknya. Apakah benar demikian?

Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu melihat ke sekeliling kita. Berapa jumlah sarjana yang ”ngganggur”? Berapa jumlah lulusan luar negeri, yang setelah pulang ke Indonesia, tidak bisa bekerja atau tidak berhasil? Berapa banyak yang lulus cum laude namun prestasi hidupnya biasa-biasa? Sebaliknya ada banyak orang yang prestasi akademiknya biasa-biasa namun prestasi hidupnya sangat luar biasa. Jadi, sebenarnya prestasi akademik bukan merupakan jaminan keberhasilan hidup.

Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Eli Ginzberg beserta timnya menemukan satu hasil yang mencengangkan. Penelitian ini melibatkan 342 subyek penelitian yang merupakan lulusan dari berbagai disiplin ilmu. Para subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan bea siswa dari Colombia University. Dr. Ginzberg dan timnya meneliti seberapa sukses 342 mahasiswa itu dalam hidup mereka, lima belas tahun setelah mereka menyelesaikan studi mereka. Hasil penelitian yang benar-benar mengejutan para peneliti itu adalah:

Mereka yang lulus dengan mendapat penghargaan (predikat memuaskan, cum laude atau summa cum laude), mereka yang mendapatkan penghargaan atas prestasi akademiknya, mereka yang berhasil masuk dalam Phi Beta Kappa ternyata lebih cenderung berprestasi biasa-biasa

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keberhasilan akademik dan keberhasilan hidup. Lalu faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan hidup manusia?

Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.

Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.

Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Glasser, seorang pakar pendidikan dari Amerika, menyatakan bahwa lima tahun pertama di SD akan menentukan ”nasib” anak selanjutnya. Sering kali proses pendidikan yang salah, saat di SD, berakibat pada rusaknya konsep diri anak.

Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

*Adi W. Gunawan, seorang Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri.

Five Stages of Love

Let's break down love into five stages: (1) attraction, (2) romance, (3) passion, (4) intimacy, & (5) commitment.

Stage 1. ATTRACTION

- a positive response to a person beyond friendship. This can further be broken down into two areas: (a) physical attraction & (b ) emotional attraction.
A. Physical Attraction - happens when your body reacts to another person. Heart rate increases; temperature rises, palms get sweaty; stomach flutters; throat tightens; etc. This is the most superficial of "loves" on one level, but one of the most powerful on another. It represents the first contact.
B. Emotional Attraction - develops next if the circumstances are right. After being drawn to a person physically, you then begin to converse. If you find you have things in common -- hobbies, ideologies, career, education, or some other common ground -- then an emotional attraction starts to form. An emotional attraction can also occur even when a physical attraction does not. And in this case, the bond may even be stronger between the two who connect, since no preconceived notions based on physical appearance has occurred

Stage 2. ROMANCE

- essentially an act of trying to influence or gain favor of another by lavishing attention or gifts upon them. There are two type of romance: (a) selfish romance & (b ) selfless romance.
(A ) Selfish Romance - occurs when you do romantic acts solely for the purpose of gaining something for yourself -- like to get gifts, to impress someone else, or even simply for sexual favors whether your partner is interested or not.
(B ) Selfless Romance - occurs when you do romantic acts for the enjoyment and pleasure of your partner. You receive your enjoyment and pleasure through their happiness.
Selfish romance (& love) will quickly die out. Selfless romance (& love) will endure. Because romance is an "act," many couples who have been together a long time take it for granted. With a conscious effort, it can be rekindled.

Stage 3. PASSION

- a desire for another person, which has grown to an intensity that can't be ignored. This is often where an emotional relationship turns into a physical relationship. The passion stage is very important. It's a plateau.
From here, the relationship will fork into two roads, and the couple must decide which path to take. The relationship will either burn itself out or will move onto the next stage.

Stage 4. INTIMACY

- a close association with another person of the deepest nature. You share you thoughts, your feelings, your dreams. In true intimacy, there is nothing that you cannot tell this person (though we often hesitate because of our own unfounded fears).
Intimacy is not total in one swoop. It is a developing process, which never ends. If you can't establish intimacy with your partner, your relationship may work for a while, but is unlikely to endure throughout the years.

Stage 5. COMMITMENT

- a pledge to remain true to your mate throughout good and bad times. Commitment is easy when times are good. Commitment can be extremely difficult when times are bad. Learn to ride out the bad times.
If you've made it this far, why give up? Listen to each other, be willing to compromise, and remember why you got together in the first place.


Keep Smiling..... .... Smile

Tidak ada komentar: