Selasa, 14 Oktober 2008

Irritable Bowel Syndrome



Irritable Bowel Syndrome (IBS) dapat diartikan sebagai Sindroma Iritabilitas Usus. Istilah bahasa Indonesia untuk penyakit ini memang belum ada yang baku. IBS merupakan salah satu penyakit dari kelompok Functional Gastrointestinal Disorders (Gangguan Fungsional Saluran Pencernaan) atau Functional Motility Disorders (Gangguan Fungsional Pergerakan Usus). Seringkali disebut sebagai gangguan, bukan penyakit, karena penyakit ini merupakan sekumpulan gejala yang terjadi akibat gangguan fungsional saluran pencernaan, dimana tidak terdapat kelainan organik dari saluran pencernaan itu sendiri. Tiga kelompok gejala pokok yang timbul pada penyakit ini biasanya berupa :
1. Nyeri perut
2. Kembung dan
3. Gangguan buang air besar.

IBS merupakan salah satu penyakit yang tidak mudah didiagnosa. Oleh karenanya, diagnosa penyakit ini seringkali didasarkan pada kriteria eksklusi, yaitu diagnosa ditegakkan setelah menyingkirkan semua kemungkinan adanya penyakit organik saluran pencernaan lain. Untuk memudahkan bagi Dokter dalam menegakkan diagnosa penyakit ini, maka sejak tahun 1970-an beberapa macam kriteria telah diterbitkan.

Diagnosa
Kriteria Rome II merupakan panduan kriteria mutakhir yang banyak dipakai untuk mendiagnosa penyakit IBS, yaitu:
Nyeri perut atau rasa tak nyaman di perut yang telah diderita dalam jumlah waktu 3 bulan/12 minggu (jadi bisa saja tidak berurutan) selama kurun waktu 1 tahun terakhir. Gangguan perut ini disertai dengan dua dari tiga gejala berikut:

* Nyeri akan membaik setelah buang air besar
* Terjadi perubahan pola buang air besar (menjadi lebih sering atau lebih jarang)
* Terjadi perubahan bentuk tinja (menjadi lebih lembek/cair atau lebih keras)

Beberapa gejala berikut ini juga akan menunjang diagnosa penyakit IBS:

* Abnormalitas sewaktu buang air besar seperti mengejan, kebelet atau rasa tak lega setelah buang air besar
* Keluar cairan mukus (ingus) saat buang air besar
* Kembung atau rasa sebah


Berdasarkan perubahan pola buang air besar dan bentuk tinja maka IBS dapat dikelompokkan menjadi 3 subtipe, yaitu:

* IBS Diare
* IBS Konstipasi
* IBS Alternating/ Berganti- ganti


Pada IBS Diare pola buang air besar menjadi lebih dari 3 kali sehari dengan bentuk tinja lembek atau cair. Pada IBS Konstipasi terjadi sembelit dengan pola buang air besar menjadi kurang dari 3 kali seminggu dan bentuk tinja menjadi lebih keras. Sedangkan pada IBS Alternating terjadi diare dan konstipasi secara bergantian dari waktu ke waktu.

Prevalensi
Belum ada penelitian statistik jumlah penderita IBS di Indonesia. Di seluruh bagian dunia, kekerapan penyakit ini diperkirakan sangat bervariasi. Di Amerika Utara dan Eropa bagian barat, survei penduduk menunjukkan bahwa penderita IBS sebesar 12-22% dari populasi umum, sementara kekerapannya di Asia Tenggara lebih jarang yaitu sekitar kurang dari 5%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metode survey, kriteria yang digunakan ataupun jumlah populasi yang diteliti.

Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor diperkirakan berperan di dalam timbulnya penyakit IBS, seperti gangguan fungsi usus, gangguan toleransi pola makan, dan gangguan persarafan usus.

Pengobatan
Pengobatan biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non-obat dan terapi obat.
Pada sebagian pasien, makan mengakibatkan timbulnya nyeri perut atau rasa kebelet buang air besar. Hal ini sebenarnya merupakan fenomena fisiologi gerakan usus normal setelah makan. Hanya karena usus mereka lebih sensitif maka reaksinya agak berlebihan. Makanan yang terlalu banyak mengandung lemak sebaiknya dihindari untuk mengurangi gejala ini. Kebiasaan tidak sarapan, apalagi tanpa sayur atau buah, dapat mengakibatkan sembelit, sementara minum kopi yang berlebihan dapat mengakibatkan perangsangan lambung. Diare dapat diakibatkan atau dicetuskan oleh makanan atau minuman mengandung gula fruktosa atau sorbitol, minuman beralkohol, susu dan produk susu. Untuk pasien dengan konstipasi, sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam menu makanannya.
Apabila terapi non-obat tidak membantu membebaskan pasien dari gejala IBS maka terapi dengan obat dapat dipertimbangkan untuk mengatasi gejala nyeri perut, kembung dan diare ataupun sembelit.

Untuk pengobatan IBS subtipe diare maka obat-obatan anti diare dapat diberikan, misalnya loperamid, difenoxilat ataupun kolestiramin. Sedangkan untuk IBS subtipe sembelit/konstipasi , maka obat-obatan yang bersifat laksatif seperti ispagula dan bisakodil dapat diberikan. Dan untuk gejala nyeri perut yang menyertai dapat diberikan mebeverin.
Tentu saja konsultasi dengan Dokter akan sangat membantu pasien mengatasi permasalahan IBS ini karena seringkali terapi psikologis diperlukan untuk membantu kesembuhan pasien. Dan yang lebih penting lagi adalah pemilihan diet dan obat yang tepat akan lebih membantu pasien dalam mengatasi penyakit IBS ini. (TD)

Bahan bacaan:
1. Roger Jones. Irritable Bowel Syndrome. Martin Dunitz Ltd, 2001.
2. Kenneth W Heaton and W Grant Thompson. Fast Facts - Irritable Bowel Syndrome Indispensable Guides to Clinical Practice. Health Press Ltd, Oxford, 1999.

Sumber : PT Novartis Indonesia

Jens Lehmann
Kiper Inggris Dungu!

"Kadang, kiper di Inggris kurang lama mencicipi pendidikan di sekolah." Sebuah ucapan pedas ini muncul dari Jens Lehmann, Mei 2008, seorang pria Jerman yang lima tahun memperkuat Arsenal (2003-08).

Hubungan sekolah dengan tugas seorang kiper? "Bila Anda seorang kiper, Anda harus bisa berkonsentrasi 90 menit, kadang 120 dan 150 menit," jelas Lehmann pada Daily Mail.

Nah, menurut Lehmann, cara terbaik melatih konsentrasi adalah dengan memfokuskan diri terhadap tugas-tugas yang diberikan pihak sekolah.

Kebiasaan kurang mampu berkonsentrasi sepanjang pertandingan itu pula yang dinilai Lehmann telah menjadi penyebab banjirnya kiper asing di kompetisi Inggris. Katanya, sulit bagi kiper-kiper Inggris bersaing melawan Petr Cech dan Edwin van der Sar yang tergolong pemain kelas dunia.

Ucapan Lehmann tentu saja menyakitkan hati pesepakbola Inggris, terutama di posisi kiper. Tentu ia tak mau ambil pusing karena musim panas lalu hijrah ke Jerman. Tapi, ternyata penilaian negatif terhadap kinerja penjaga gawang Inggris juga menjadi sorotan Fernando Torres.

Striker Liverpool asal Spanyol itu menganggap kiper-kiper asli Inggris sering terlalu cepat meninggalkan sarangnya untuk berduel satu lawan satu sambil menjatuhkan badan.

Dalam situasi seperti itu, menurut Torres tak heran banyak gol tercipta karena lawan bisa mengantisipasi gerak kiper.

Sebagai manusia biasa, memang tidaklah mudah untuk meredam emosi-emosi negatif yang merasuki kita. Kadang kita mudah tersulut oleh api kemarahan, kebencian, kekecewaan dan emosi negatif lainnya. Dan, memang, kita ini adalah makhluk hidup yang lebih sering bergerak karena dikendalikan oleh emosi diri. Jika emosi sudah mengendalikan, maka tidak ada daya upaya bagi pikiran kita untuk melawannya. Kalau emosi diri yang positif menguasai kita...wah itu justru menguntungkan kita sendiri. Tapi sebaliknya, jika kita sudah dikuasai oleh emosi negatif, maka bisa dipastikan, bahwa itu akan sangat merugikan diri kita...dan orang lain juga.

Untuk sanggup menguasai emosi ini, maka sebaiknya kita bisa merasakan dan membedakan lebih dulu emosi apa yang sedang merasuki diri kita. Dan, ini memang butuh latihan terus menerus, tidak hanya secara teori saja...kita harus melatih kemampuan untuk merasakan emosi dengan pikiran sesadar-sadarnya, untuk kemudian bisa membedakan apakah emosi tsb bagus atau jelek, positif atau negatif dampaknya bagi kita atau orang lain.

Mereka yang belum mampu melakukan tahapan ini, biasanya hanya merasakan bahwa emosi yang masuk ke dirinya itu selalu bagus buat dirinya...meskipun orang lain yang melihat, itu bisa berakibat buruk. Tapi, yang namanya manusia kan lebih senang memuaskan EGO nya masing-masing. Meskipun kita diberi tahu orang lain, bahwa itu emosi buruk...pasti kita tidak akan mau menerimanya. ..justru kita bisa semakin marah, bukan? Dan, sebenarnya itu malah membuat semakin jelek sikap kita, karena sudah dikuasai oleh emosi negatif.

Jaln satu-satunya. .ya anda harus berlatih setiap hari, secara sadar diri merasakan jenis emosi yang masuk ke anda, kemudian bisa membedakannya secara sadar pula, apakah jenis emosi anda tsb, positif atau negatif?

Jika anda sudah bisa secara sadar melakukan itu semua, maka sebenarnya bukan suatu hal sulit untuk mengendalikan emosi negatif anda...bahkan anda akan merasa semakin bersemangat, jika anda sudah bisa mulai melakukan itu semua...bisa membedakan emosi positif dan negatif dengan kesadaran penuh...dan pada gilirannya, jika ada hal yang secara umum bisa memicu emosi negatif seseorang, maka anda bisa menganggapnya sebagai "angin lalu" saja...anda bisa rileks menerimanya. Anda sudah bisa mengendalikan EGO anda dengan sangat bijak.

Ingatlah, bahwa "kesabaran itu sebenarnya tidak ada batasnya"....jika anda sudah menyadari sepenuhnya kekuatan anda dalam menangani emosi negatif ini.

Daily Wisdom Words (180)

Jika kamu tidak membakar semangatmu, maka kamu akan dibakar
oleh semangatmu (Zig Ziglar)

Mengetahui saja tidak cukup, dan kita harus menggunakan.
Kemauan saja tidak cukupdan kita harus melakukannya. (Goethe)

Sembilan puluh sembilan persen orang gagal adalah mereka yang
sudah biasa membiarkan kenyataan sementara yang terjadi
pada dirinya (Goerge Washington Carver)

Ingatkah Anda ketika merasa puas dan lega? Pastilah bukan hari-
hari dimana Anda tidak melakukan apapun, melainkan ketika
Anda telah menyelesaikan pekerjaan yang ingin Anda lakukan
dan telah Anda selesaikan (Margaret Thatcher)

Tidak ada komentar: