I've heard the phrase "All boss's are jerks" several times through out my life. Granted I've agreed with that statement once
or twice during my working years. But over all that is not how I feel about my present boss.
My mother and I work in the same plant together. She's been there almost twenty years. I've been there less than ten. It
was in 1990, my senior year in high school, that I realized what kind of man this boss was.
My grandmother, my mom's mother, past away the morning of February 19, 1990. It was a very unexpected death that
traumatized the family. Of course, everyone in the family missed a days work or school that day, and the day of the funeral.
My mother was unable to work that week. Before that following Monday, my now present boss, called gave his condolences,
and told my mother not to worry about work. Take as many weeks off that she needed. He would still pay her regardless,
and her job would be waiting. He sent flowers, and he also had a platter of food sent to our home.
Now I, not yet enrolled in the work force, took the time to look closer at what this man did. That year he paid her for five
weeks of personal time, three weeks for my grandmother's death, and two weeks normal vacation. He was kind to send
flowers and food.
From this I grew a deep respect for this man. He did the extra that was not asked of him, nor expected. I'll be the first to admit
that I don't always agree with his way of thinking, but that in no way has dwindled the respect that I have for him. So when I
hear that phrase "All boss's are jerks." I just smile and say "Not my boss".
----------
"Yang lebih penting daripada ilmu ialah pemindahan ilmu tersebut
dari hati ke hati "
"Kita tidak minta untuk dikenali dan menjadi sesuatu, karena selagi
kita menginginkannya, maka kita masih belum lagi sempurna"
"KedaulatanNya adalah Melalui KekekalanNya"
"Perjumpaan dengan para awliya meringankan beban kita
dan kita akan merasa ringan dan gembira" , "Adalah mustahil untuk
kita memahami diri kita. Sekurang-kurangnya kita perlu melihat
cermin, karena tiada siapapun yang dapat mengenali kepincangan di
dalam dirinya "
Saya tidak berkata, "Ikut saya," karena saya tahu
siapa yang akan ikut bersama saya di Mahsyar kelak "
"Keikhlasan dan Politik tidaklah serasi sebagaimana Iman dan
Penipuan "
"Sudah menjadi suatu aturan yang disepakati di antara Rijal-Allah,
Para Kekasih Allah, bahwa keragaman jalan ini adalah diperuntukkan
bagi mereka yang belum terhubungkan dan mereka yang belum mencapai
akhir perjalanan, dan belum mendapatkan `amanat'-nya, sementara
mereka yang telah mawsul ("sampai") semua berada pada satu jalan
dan dalam satu lingkaran dan mereka saling mengetahui dan mencintai
satu sama lain".
" Mereka akan berada di mimbar-mimbar cahaya di Hari Kebangkitan.
Karena itu, kita, para Murid dari jalan-jalan Tariqah mestilah pula
saling mengetahui, mengenal dan mencintai satu sama lain demi
keridhaan Allah dan Nabi-Nya serta para Kekasih-Nya agar diri kita
mampu memasuki cahaya penuh barakah tersebut dan masuk dalam
lingkaran tertinggi dari suhbah persahabatan dan jama'ah, jauh dari
furqa (perpecahan) dan keangkuhan".
"Kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang suci.
Mereka adalah para Nabi, dan setelah para Nabi, adalah para pewaris
mereka, Awliya'. Kita telah diperintahkan untuk beriman pada para
Nabi, dan iman memberikan pada diri kita Cinta".
"Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang dicintai. Ittiba'
bermakna untuk mencintai dan mengikuti, sementara Ittaat' bermakna
[hanya] untuk mengikuti".
"Seseorang yang taat mungkin saja mereka taat karena paksaan
atau karena cinta, tapi tidaklah selalu karena cinta."
" Allah Ta'ala menginginkan hamba-hamba- Nya untuk
mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai secara
langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena itulah, Allah Ta'ala
mengutus, sebagai utusan dari Diri-Nya, para Nabi yang mewakili-Nya
di antara para hamba-Nya.
"Dan setiap orang yang mencintai Para Nabi, melalui AwliyaNya maka
mereka akan menggapai cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi,
kalian akan menggapai cinta Allah Ta'ala."
"Karena itu, tanpa cinta, seseorang tak mungkin dapat menjadi orang
yang dicintai dalam Hadirat Ilahi. Jika kalian tak memberikan cinta
kalian, bagaimana Allah Ta'ala akan mencintai kalian?" "Namun manusia
kini sudah seperti kayu kering, mereka menyangkal cinta. Mereka
adalah orang-orang yang kering tak ada kehidupan! Suatu pohon,
dengan cinta, bersemi dan berbunga di kala musim semi".
"Tetapi kayu yang telah kering, bahkan seandainya tujuh puluh kali
musim semi mendatanginya, mereka tak akan pernah berbunga. Cinta
membuat alam ini terbuka dan memberikan buah-buahannya, memberikan
keindahannya bagi manusia. Tanpa cinta, ia tak akan pernah terbuka,
tak akan pernah berbunga, tak akan pernah memberikan buahnya."
"Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari Iman.
Tanpa Cinta, tak akan ada Iman. Saya dapat berbicara tentang
hal ini hingga tahun depan, tapi kalian harus mengerti,
dari setetes, sebuah samudera!"
Menyukai Keterbukaan
Prestasi mengejutkan Hull City di awal musim ini tentu tidak lepas dari peran sang manajer, Phil Brown. Hingga pekan ketujuh, tim yang memiliki julukan The Tigers ini menduduki peringkat tiga klasemen sementara Premier League.
Kondisi tersebut pasti menimbulkan pertanyaan, apa rahasia sang manajer untuk membuat tim debutan di divisi teratas sepakbola Inggris ini tampil luar biasa.
“Saya punya sekelompok pemain yang memiliki karakter dan kekuatan fisik luar biasa. Tapi, yang terpenting, saya menyukai suasana keterbukaan yang terjadi di dalam tim ini,” jelas Brown seperti dilansir Dailly Mail.
Sikap terbuka itu terlihat ketika pria yang bernama lengkap Phillip Brown ini tak segan meminta pendapat pada seluruh unsur klub, mulai dari kit men hingga koki tim. Sampai-sampai dirinya mengagendakan sebuah rapat khusus dengan mereka untuk membahas perkembangan tim setiap Senin pagi.
“Anda tidak pernah tahu dari mana informasi berharga akan datang. Karena itu, saya sangat menyukai sebuah diskusi terbuka dengan siapa saja,” tutur pria kelahiran 1959 yang banyak belajar dari pelatih Sam Allardyce selama menjadi asistennya di Bolton tersebut.
Selain itu, mungkin sikap rendah hati pria yang juga ahli listrik itulah menjadi kunci suksesnya.
“Ambisi saya saat ini sederhana, tetap menjadi manajer di Premier League saat usia mencapai 50 tahun,” ujar Brown, yang berulang tahun pada 30 Mei atau tepat enam hari setelah pertandingan terakhir musim ini dilaksanakan. (cw-5)
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar