Senin, 13 Oktober 2008

Kekuatan Memberi




"Rahasia kemakmuran adalah kedermawanan, karena dengan membagi
kepada orang lain, hal baik yang akan diberikan dalam kehidupan
kita, bahkan berkelimpahan. "
-- J. Donald Walters, penulis dan pengajar asal Rumania, tinggal di
India

KISAH nyata ini keluar dari mulut Sang Dokter. Pria yang sehari-hari
berprofesi sebagai dokter mata ini membuka prakteknya di bilangan
Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu, ia juga melayani konsultasi
masalah keluarga, termasuk masalah spiritual. Tanpa dipungut biaya,
alias gratis. Sang dokter menolak dengan halus setiap pemberian uang
sebagai imbalan jasa konsultasi. Ia malah menyarankan agar uangnya
diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya, seperti
yayasan yatim piatu.

Suatu hari, sang dokter kedatangan tamu seorang ibu beserta putranya
yang telah menginjak usia paruh baya. Sang anak dalam keadaan lumpuh
kakinya, sehingga ia harus berada di kursi roda. Maksud kedatangan
mereka sesungguhnya ingin menanyakan seputar masalah keluarga.
Tetapi begitu tiba di ruang dokter, sebelum menyampaikan keluhannya,
sang dokter mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap si
anak. Putranya, menurut sang dokter, pernah mempunyai kesalahan yang
membuat ibunya sakit hati. Sang anak tentu saja kebingungan. Begitu
pula sang ibu, yang tahu-tahu diungkit peristiwa di masa lalu. Sang
anak mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa masa lampau. Sang ibu
memang mengakui kalau ia dulu pernah sakit hati oleh tindakan
anaknya. Hal itu terus membekas di hatinya menjadi goresan luka
batin, yang akhirnya teringat kembali saat itu juga.

Akhirnya, sang anak pun teringat akan kekilafannya. Ia menyesal dan
menangis. Secara susah payah, sang anak berusaha bangkit dari kursi
rodanya untuk bersimpuh di hadapan kaki ibunya meminta maaf. Ibunya,
dengan berlinang air mata, secara tulus akhirnya memaafkan kesalahan
putranya di masa lampau. Secara refleks, sang ibu mengangkat
putranya berdiri untuk memeluk dan menciumnya. Ajaib, seketika itu
juga sang anak dapat berdiri tanpa dibantu lagi oleh kursi roda.
Sang ibu memang hanya memberikan maaf dengan tulus, tetapi efeknya
sungguh luar biasa.

Kisah ini memang bertolak belakang dengan legenda Malin Kundang.
Dimana sang Ibu menyumpah anaknya menjadi batu. Tak ada batu
berbentuk manusia. Itulah logika yang paling benar dari cerita yang
menyangkut hubungan ibu dan anak. Kisah Malin Kundang selama ini
oleh beberapa pihak dinilai jauh dari cinta kasih seorang ibu yang
sebenarnya. Walau begitu, tetap ada hikmah yang dapat dipetik dari
legenda tersebut.

Sejatinya, Ibu mana yang tega melihat anaknya susah, apalagi menjadi
batu sesuai dengan sumpahnya. Alamak, Ibu adalah pintu keluasan hati
dan penuh maaf. Berkacalah pada ibu. Dia akan rela lebih menderita,
ketimbang melihat anaknya yang kesusahan. Dia akan menyisihkan nasi
yang ada untuk anaknya, walau ia sendiri lapar. Dia akan memakan
makanan yang bergizi agar janin dalam tubuhnya bisa tumbuh sehat.
Seperti dalam bait lagu, 'hanya memberi, tak harap kembali.' Betul,
tak pernah berharap mendapatkan balasan dari semua yang telah
dilakukannya. Itulah makna dari memberi yang sesungguhnya.

Memberi? Betul, memberi. Makna dari sebuah pemberian memang besar
artinya. Lantas, mengapa orang yang berkelimpahan enggan untuk
memberikan sesuatu? Atau, mengapa orang enggan memberikan maaf?
Karena mungkin ia berpikir, bila ia memberi kekayaan, pemberian itu
akan habis begitu saja tanpa kembali. Atau mungkin ia berpikir,
harga dirinya akan turun kalau ia memberikan maaf kepada orang yang
menyakitinya. Padahal justeru sebaliknya. Semakin banyak memberi,
akan lebih semakin banyak menerima. Kalau orang mengetahui kekuatan
memberi, percayalah, akan banyak orang yang berlomba-lomba untuk
memberikan segala sesuatunya.

Itulah mengapa, dalam setiap agama selalu diajarkan untuk memberikan
sesuatu yang kita miliki. Selain diajarkan selalu memberikan
kebajikan, juga kekayaannya. Umat Islam mengenal Zakat dan Sedekah.
Umat Kristen Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk
memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan, dan
Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah.
Umat Katholik mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah. Umat Hindu
mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara
sukarela dan tulus ikhlas berupa materi. Sedangkan Buddha
mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki,
yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan
cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain
dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan
bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.

Pemberian itu seyogianya dilakukan dengan ikhlas, diberikan pada
tempat dan waktu yang tepat. Juga pemberian itu haruslah bertujuan
mulia. Yang patut diingat, memberi tak harus berupa uang. Ia bisa
berupa apa saja. Sekarang, tengoklah lemari pakaian Anda. Apa yang
Anda lihat? Tentu saja sederetan pakaian yang Anda miliki. Nah,
ambil sebanyak mungkin. Bila perlu semuanya, untuk kemudian Anda
serahkan kepada mereka yang membutuhkannya, misalnya yayasan yatim
piatu. Kalau merasa sayang, sisakan beberapa setel saja untuk Anda
pakai dalam bekerja selama satu minggu atau untuk Anda pakai sehari-
hari. Tak perlu banyak berpikir. Pakaian itu mungkin sudah
ketinggalan jaman. Anda perlu memberi lagi yang baru.

Sebuah penelitian menunjukkan, dengan memberi terhadap sesama,
membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Hukum kekekalan energi
mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan
kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan, apapun. Ia tak
akan hilang walau Anda telah memberikannya. Bahkan Deepak Chopra
dalam '7 Spiritual Law of Success' mencantumkan 'Law of Giving'
sebagai hukum kedua untuk sukses.

Nah, mulai sekarang, banyak-banyaklah memberi. Memberi maaf. Memberi
senyum. Memberi kebajikan. Memberi kemuliaan. Memberi materi. Dan
sebaiknya, tak usah berharap dari semua pemberian yang telah Anda
lakukan. Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya yang didapatkan.
Kebahagiaan memberi. Seperti yang dilakukan ibu terhadap kita: hanya
memberi, tak harap kembali. (220908)

Sumber: Kekuatan Memberi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta

Krisis Roma
Kompleks dan Menakutkan

Ada apa dengan Roma? Dari satu-satunya tim yang bisa bersaing dengan keperkasaan Inter dalam dua musim terakhir, I Lupi kini berada di peringkat ke-14 Serie A. Krisis melanda I Giallorossi dan bencana ini bisa berakhir menakutkan buat Romanisti.

Sulit menyebut dengan pasti apa sesungguhnya penyebab krisis di Roma. Pasalnya problem yang dihadapi I Lupi musim ini kompleks. Dari persiapan yang kurang matang, mercato yang tidak ideal, cedera pemain, formasi yang dipaksakan, sampai kemungkinan dekadensi motivasi yang dialami pemain.

Roma adalah klub Serie A yang paling akhir membuka ritiro pramusim. Uji coba mereka juga minim. Pelatih Luciano Spalletti tidak punya banyak kesempatan untuk membentuk pasukannya ke titik yang optimal.

Kondisi diperparah dengan mercato yang tidak sesuai target. Pemain-pemain baru Roma kebanyakan adalah solusi alternatif setelah I Lupi gagal mendapatkan target utama. Ambil contoh Julio Baptista, yang cuma menjadi "ban serep" Adrian Mutu.

Dosa Spalletti

Spalletti tidak mendapatkan pemain yang ia butuhkan dan problemnya bertambah dengan badai cedera yang bergantian menimpa para pemain. Pelatih mana pun akan mengalami kesulitan jika tidak pernah bisa menurunkan tim terbaik.

Tapi, Spalletti bukannya tanpa dosa. Ia tidak berusaha mengubah formasi timnya dari pola baku 4-2-3-1 walaupun materi tim kurang menunjang. Alberto Aquilani, Baptista, dan Mirko Vucinic adalah beberapa pemain yang mungkin tidak tampil maksimal karena dimainkan bukan pada posisi ideal mereka.

Yang paling berbahaya adalah adanya kemungkinan para pemain mulai kehilangan motivasi. Mereka tidak serius lagi pada Roma setelah melihat Cristian Chivu dan Amantino Mancini menjadi lebih kaya karena menyeberang ke Inter. Aquilani sudah disebut-sebut akan menjadi personel I Lupi berikut yang berganti baju menjadi I Nerazzurri. Dia dan Inter diisukan telah menyetujui sebuah kontrak.

Usai kekalahan dari Siena (5/10), Presiden Rosella Sensi mengeluarkan kata-kata yang cukup keras soal komitmen para pemain. "Tim ini tahu apa yang saya pikirkan. Saya ingin para pemain berusaha lebih gigih dan hasil yang ideal akan datang. Saya ingin mereka merasa terikat pada tim ini," ujarnya di Goal.com. (Dwi Widijatmiko)

Tidak ada komentar: