Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat, sedangkan sebagian besar meninggal saat terjadinya serangan atas WTC - untuk menceritakan pengalamannya.
Pada pertemuan pagi itu, pimpinan keamanan menceritakan kisah bagaimana mereka bisa selamat ... dan semua kisah itu adalah hanyalah mengenai :
HAL-HAL YANG KECIL :
Kepala kemanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknya hari pertama masuk TK.
Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawa kue untuk murid di kelas anaknya.
Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.
Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.
Seorang karyawan ketinggalan bus.
Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.
Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.
Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yang berdering.
Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.
Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.
Sedangkan satu hal yang menahan saya sendiri adalah: sebuah sepatu baru.Saya memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja dengan bersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini.
Sekarang, jika saya terjebak dalam kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, harus masuk ke rumah lagi untuk menjawab telpon ... dan semua HAL KECIL yang mengganggu - sekarang ini saya sangat memahami, bahwa Tuhan benar-benar menginginkan saya berada di sini untuk saat ini.
Jika suatu pagi jika saudara merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak lambat berpakaian, saudara tidak bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala; jangan terburu-buru marah atau frustrasi, karena TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda!
Kiranya Tuhan selalu memberkati saudara dengan semua hal-hal kecil yang tampaknya mengganggu dan semoga saudara mengingat akan maksud dari semua peristiwa kecil itu terjadi.
Sumber: NN
Mike Ashley Menunda Tenggat Waktu
Tiga Angkat Suara
Setelah Mike Ashley mengundur Hari-H penjualan Newcastle United menjadi Jumat (17/10), suara sumbang mengenai dirinya kian bertambah. Freddy Shephard, Newcastle United Supporter Club (NUSC), dan Sam Allardyce mengeluarkan suara sumbang untuk semakin memojokkan tycoon dunia ritel tersebut.
“Tidak mungkin mendatangkan pembeli yang tepat dengan adanya krisis kredit dunia. Orang awam pun mengerti bahwa tidak ada pihak yang akan memberi Ashley keuntungan besar dari penjualan ini,” cetus Freddy Shepherd, mantan pemilik The Magpies, seperti dikutip Daily Mirror.
Pendapat Shepherd ini mendapat dukungan dari kelompok suporter The Magpies. Suatu hal yang unik mengingat Toon Army menyimpan kebencian besar kepada Shephard.
Para Geordie marah karena Ashley terlalu lama mengulur waktu dalam menjual klub. “Ashley tidak bertindak cepat dalam mengakhiri hubungan yang merugikan dengan klub kami,” cetus pernyataan resmi NUSC, kelompok suporter terbesar Newcastle.
Seakan dua suara tadi tidak cukup menusuk, bos jaringan ritel olahraga Sports World International ini mendapat kritik pedas dari Sam Allardyce, pelatih yang ia pecat sewaktu pertama membeli Newcastle 16 bulan lalu.
“Motif Ashley sejernih kristal. Ia jelas-jelas membeli klub ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu dekat,” cetus Allardyce.
Betapa cepat dunia ini berubah mengingat satu tahun yang lalu Ashley adalah penyelamat Newcastle dari “kejahatan” rezim Shephard.
Rakus atau Lihai?
Pria kelahiran 1963 itu menunda tenggat waktu penjualan dengan harapan mendapat 300 juta pound (4,9 triliun rupiah) untuk klub Inggris Utara ini. Jika berhasil menjual di kisaran itu, maka Ashley akan meraup keuntungan 70 juta pound.
Jumlah yang mungkin menampakkan kerakusannya atau berpotensi menunjukkan kelihaiannya dalam berbisnis. Thaksin Shinawatra sendiri dikabarkan berhasil menjual Manchester City dengan meraup keuntungan 20 juta pound.
“Enam konsorsium telah menyatakan ketertarikannya. Tapi, krisis ekonomi dunia membuat segala sesuatu tidak bisa ditebak,” jelas Keith Harris dari Seymour Price, bank investasi yang dipercaya Ashley untuk mengatur proses jual-beli klub.
Sebuah kisah inspirasional dari negri China
13 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar